Pembatasan Fisik di Sidoarjo Diperluas hingga Perdesaan
Untuk memutus rantai penyebaran virus korona baru penyebab Covid-19, kebijakan pembatasan jarak fisik di Sidoarjo, Jawa Timur, terus diperluas hingga perdesaan.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·3 menit baca
SIDOARJO, KOMPAS — Dua pasien dalam pengawasan Covid-19 di Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, meninggal pada Sabtu (28/3/2020) malam. Hal itu menambah jumlah pasien meninggal karena virus korona galur baru tersebut menjadi tiga orang dalam kurun waktu sepekan. Untuk memutus rantai penyebaran virus, kebijakan pembatasan jarak fisik terus diperluas hingga perdesaan.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sidoarjo Syaf Satriawarman, Minggu (29/3), mengatakan, dua pasien dalam pengawasan (PDP) yang meninggal adalah seorang laki-laki (67) warga Kecamatan Buduran dan seorang perempuan (65) warga Kecamatan Sukodono. ”Salah satu dari dua pasien yang meninggal itu hasil rapid test (tes cepat) dinyatakan positif,” ujarnya.
Dengan meninggalnya dua pasien baru tersebut, total PDP di Sidoarjo yang meninggal menjadi tiga orang dalam kurun waktu sepekan. Dari ketiga pasien yang meninggal, dua di antaranya dinyatakan positif Covid-19. Pasien pertama adalah seorang laki-laki (70) warga Sedati, yang meninggal pada Rabu (25/3).
Semua korban meninggal akibat Covid-19 ini dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Delta Pralaya, Jalan Lingkar Timur, Sidoarjo. Proses pemakaman menerapkan penanganan khusus untuk mencegah penularan kepada petugas yang memakamkan.
Berdasarkan data Dinkes Provinsi Jatim, hingga Sabtu (28/3), jumlah orang terkonfirmasi positif Covid-19 di Sidoarjo sebanyak sembilan orang. Mereka tersebar di Kecamatan Candi, Sidoarjo, Taman, dan Sedati. Satu pasien positif Covid-19 dari Sukodono belum masuk dalam data peta sebaran karena baru diketahui.
Selain itu, jumlah PDP di Sidoarjo total 48 orang. Mereka dirawat di lima RS rujukan, yakni RSUD Sidoarjo, RS Mitra Keluarga, RS Siti Hajar, RS Anwar Medika, dan RS Siti Khodijah. Namun, karena kapasitas ruang isolasi hanya 19, pasien lainnya dirawat di rumah sakit di Surabaya dan isolasi mandiri di rumah.
Seiring meningkatnya jumlah orang yang terkonfirmasi positif dan pasien yang meninggal, upaya pencegahan pun terus ditingkatkan. Saat ini, pencegahan penyebaran virus difokuskan pada pembatasan fisik dan penyemprotan cairan disinfektan, baik yang dilakukan oleh instansi pemerintah maupun swadaya masyarakat.
Kepala Kepolisian Resor Kota Sidoarjo Komisaris Besar Sumardji mengatakan, kawasan tertib pembatasan fisik, yang awalnya dikonsentrasikan di pusat kota, sekarang diperluas hingga ke desa-desa. Awalnya, pembatasan diberlakukan di jalan protokol, seperti Jalan Ahmad Yani, Sultan Agung, Gubernur Surya, dan Cokronegoro. ”Penutupan jalan diberlakukan Jumat, Sabtu, dan Minggu pada waktu tertentu, seperti pukul 19.00-23.00. Selain itu, pagi mulai pukul 10.00-14.00,” katanya.
Kawasan tertib pembatasan fisik kemudian diperluas di kawasan perumahan, seperti di Puri Surya Jaya, Perum Mutiara, Jalan Taman Pinang Indah, Gading Fajar, hingga Sumokali. Selain itu, Perum Pesona Sekar Gading di Desa Sekardangan. Warga digugah kesadarannya untuk berdiam di rumah dan tidak melakukan aktivitas keluar rumah, apalagi nongkrong di warung kopi berjubelan.
Di Desa Bakung Temenggungan, Kecamatan Balongbendo, warga berkomitmen menangkal virus korona dengan melakukan penyemprotan cairan disinfektan secara rutin. Selain itu, mereka juga menerapkan pola hidup bersih dengan rajin mencuci tangan menggunakan sabun.
Warga pun berkomitmen berdiam di rumah untuk mencegah penyebaran virus korona. Mereka hanya keluar rumah apabila ada keperluan mendesak, seperti bekerja bagi yang wajib bekerja di kantor atau berbelanja kebutuhan pokok.