Pemberlakuan Jam Malam di Kota Mataram Dinilai Efektif
Jam malam yang diberlakukan Pemerintah Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, mulai Sabtu (28/3/2020) dinilai efektif mengurangi aktivitas warga di luar rumah demi meminimalisasi risiko penyebaran Covid-19.
Oleh
Khaerul Anwar
·3 menit baca
MATARAM, KOMPAS — Pemerintah Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, memberlakukan jam malam mulai Sabtu (28/3/2020) sebagai upaya konkret memutus penyebaran coronavirus disease (Covid-19). Hasilnya pun dinilai efektif mengurangi aktivitas warga di luar rumah demi meminimalisasi risiko penyebaran virus korona baru.
Wakil Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Bencana Nonalam Covid-19 Pemkot Mataram Lalu Martawang, Minggu (29/3), di Mataram mengatakan, berdasarkan hasil rapat koordinasi pihaknya, jam malam mulai diberlakukan pada Sabtu (28/3). Penerapannya di enam kecamatan yang meliputi 50 kelurahan dan 325 lingkungan di ibu kota NTB itu.
Menurut Martawang, yang juga Asisten Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Pemkot Mataram, jam malam berlaku pukul 22.00-06.00 Wita. Selama jam malam, jalan umum ditutup, ruang terbuka hijau ditutup, warga dilarang berkumpul di tempat umum, serta tempat hiburan dan rekreasi ditutup.
”Hasil pantauan tadi malam umumnya berjalan baik karena masyarakat mulai sadar mengingat ada dua kasus PDP (pasien dalam pengawasan) meninggal hari Jumat dan Sabtu. Hasil tes swabnya belum keluar, masih dilakukan uji laboratorium di Surabaya, tetapi penanganan hingga pemakamannya mengikuti standar prosedur pasien positif korona untuk antisipasi saja,” kata Martawang.
Di lingkungan tempat tinggal pasien yang meninggal itu pun sudah dilakukan penyemprotan disinfektan. Gugus tugas juga melakukan penelusuran untuk mengetahui riwayat interaksi kedua PDP meninggal itu.
Hasil rapat koordinasi itu juga menyebutkan, seluruh lingkungan permukiman harus disemprot dengan cairan disinfektan. Penyemprotan harus selesai selama seminggu dan kemudian disemprot ulang. Kelurahan juga mendapat dua tandon masing-masing berkapasitas 500 liter disinfektan, dua kompresor, dan dua hand sprayer.
Pak Wali Kota Mataram (Ahyar Abduh) merasa belum cukup, minta seluruh wilayah kelurahan disemprot disinfektan.
”Sebenarnya penyemprotan disinfektan sudah dilakukan di 750 titik oleh Gugus Tugas Covid-19 dari Satgas Dinas Kesehatan, Dinas Sosial, BPBD, serta Dinas Permukiman dan Perumahan Pemkot Mataram. Pak Wali Kota Mataram (Ahyar Abduh) merasa belum cukup, minta seluruh wilayah kelurahan disemprot disinfektan,” tutur Martawang.
Tiap lingkungan harus membuat wadah cuci tangan dengan dana dari pemerintah kelurahan. Sebelumnya, Pemkot Mataram menyebar 150 tempat cuci tangan. Sejumlah komunitas juga turut memasang fasilitas itu di 50 titik kota. Semua supermarket, toko, dan tempat usaha diminta pula memasang tempat cuci tangan dan sabun. Kasirnya juga diminta menggunakan masker, sarung tangan, dan hand sanitizer.
Pemkot Mataram juga mempersiapkan fasilitas isolasi, seperti di Rumah Sakit Umum Mataram dan Wisma Nusantara Mataram. Fasilitas itu antara lain untuk menampung 45 santri yang akan pulang kampung ke Lombok dari Situbondo, Jawa Timur. Mereka akan menjalani isolasi selama 14 hari di Wisma Nusantara.
Sementara itu, Gubernur Nusa Tenggara Barat Zulkieflimansyah menginstruksikan Dinas Koperasi dan UKM NTB untuk mendorong pelaku usaha kecil membuat masker dan alat pelindung diri (APD). Tujuannya, membantu kelangsungan kegiatan usaha UKM di tengah melemahnya kegiatan ekonomi saat ini, juga membantu masyarakat tidak mampu yang membutuhkan APD.
Kepala Dinas Koperasi dan UKM NTB Lalu Wirajaya mengatakan, masker yang dibuat usaha kecil itu berbahan kain agar lebih awet digunakan. Masker ini diberikan gratis bagi masyarakat yang tidak mampu di tengah kelangkaan dan tingginya harga masker di pasaran saat ini. ”Saya beli kemarin 10 lembar, harganya Rp 10.000 per lembar, padahal sebelumnya Rp 7.500 per lembar. Ini pun jauh lebih mahal dibandingkan dengan sebelum merebaknya korona, yang harganya Rp 1.500 per lembar,” tuturnya.
Menurut Wirajaya, untuk tahap pertama, produksinya 100.000 masker. Dari 80.000 UKM di NTB, sebanyak 43 UKM merupakan jenis konveksi yang akan dilibatkan membuat masker berdasarkan standar kesehatan. ”Kami harap Selasa pekan depan sudah berproduksi 10.000 masker, berlanjut sampai memenuhi target 10.000 masker,” kata Wirajaya.
Anggaran pembuatan masker bersumber dari Belanja Tak Terduga (BTT) Pemprov NTB sebesar Rp 1 miliar. Masker itu diserahkan ke tiap desa/kelurahan dan lingkungan yang kemudian mendistribusikan kepada warga yang berhak mendapat bantuan tersebut.