Gubernur: Karantina Wilayah Belum Diperlukan di Sumsel
Gubernur Sumatera Selatan Herman Deru menilai saat ini karantina wilayah belum perlu diterapkan di wilayah Sumsel, cukup optimalisasi pembatasan sosial.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·3 menit baca
PALEMBANG, KOMPAS — Gubernur Sumatera Selatan Herman Deru menilai saat ini karantina wilayah belum perlu diterapkan di wilayah Sumsel. Namun, pembatasan sosial (social distancing) harus diterapkan secara optimal. Pembatasan sosial dinilai langkah yang paling relevan dilakukan di Sumsel.
Hal itu disampaikan Herman saat meresmikan Rumah Sehat Covid-19 di kawasan Jakabaring, Palembang, Senin (30/3/2020). Rumah Sehat Covid-19 yang menggunakan kawasan Wisma Atlet Jakabaring itu diperuntukkan bagi orang dalam pemantauan (ODP) yang perlu mendapatkan perawatan lanjutan.
Ada 369 kamar yang digunakan untuk menampung ODP. Adapun ODP yang boleh dirawat di Rumah Sehat Covid-19 adalah pasien yang sudah mendapatkan rekomendasi dari fasilitas kesehatan.
Herman mengatakan, Rumah Sehat Covid-19 merupakan bentuk karantina tanpa harus menutup sebuah wilayah. Menurut Herman, perlu kajian mendalam untuk melakukan karantina wilayah sebab penerapan karantina wilayah akan berpengaruh pada kondisi ekonomi dan sosial masyarakat yang tinggal di sebuah daerah. ”Karantina wilayah juga harus berdasarkan keputusan dari pusat,” ujar Herman.
Herman melihat kesadaran masyarakat Sumsel untuk melaksanakan pembatasan sosial terbilang baik. Hal ini dapat dilihat dari lalu lintas penerbangan di Bandara Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) II, Palembang, yang menurun sejak adanya surat edaran untuk melakukan pembatasan sosial. Rata-rata orang yang datang dan pergi melalui Bandara SMB II sekitar 3.000 orang, jauh menurun dibandingkan sebelum pandemi Covid-19 yang mencapai 11.000 orang per hari.
Ditambah lagi, sejumlah tempat pariwisata dan pusat pebelanjaan di Sumsel telah menutup tempat usahanya untuk sementara waktu. Ini bentuk komitmen masyarakat Sumsel untuk meminimalisasi penyebaran Covid-19.
Karantina wilayah tentu akan berdampak bagi ekonomi karena Sumsel juga berbatasan dengan sejumlah daerah. (Herman Deru)
Menurut Herman, karantina wilayah tentu akan berdampak bagi ekonomi karena Sumsel juga berbatasan dengan sejumlah daerah, misalnya Bangka yang masih membutuhkan beras dari Sumsel. Jika ada penutupan, tentu akan menyulitkan proses pengiriman tersebut.
Untuk itu, lanjut Herman, pihaknya akan membuat surat edaran kepada pihak berwenang yang berada di sejumlah fasilitas pintu masuk, seperti terminal, pelabuhan, dan bandara, untuk meningkatkan pengawasan, terutama dalam hal penerapan pembatasan sosial.
Selain itu, ungkap Herman, pihaknya akan menginstrusikan setiap daerah untuk membuat tempat karantina sendiri untuk menampung ODP agar warga yang masuk kategori ODP tidak berinteraksi terlebih dahulu dengan warga lain sampai dinyatakan sehat.
Antisipasi dini
Kepala Dinas Kesehatan Sumatera Selatan Lesty Nurainy menyampaikan, sampai saat ini pihaknya terus melakukan antisipasi penyebaran Covid-19 dengan melacak sedini mungkin orang yang memiliki risiko tertular Covid-19, seperti tenaga kesehatan dan keluarganya. Mereka akan diperiksa melalui rapid test.
”Tenaga kesehatan adalah orang yang paling rentan tertular karena mereka yang menangani langsung pasien Covid-19,” ungkapnya. Ada sekitar 2.400 unit peralatan uji cepat Covid-19 yang akan didistribusikan ke daerah secara proporsional.
Selain itu, pihaknya akan mengintensifkan fungsi Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Palembang yang sudah dapat memeriksa spesimen pasien dalam pengawasan (PDP). Dengan berfungsinya BBLK Palembang sebagai laboratorium penguji Covid-19, proses pemeriksaan spesimen pasien akan lebih cepat jika dibandingkan dengan harus mengirimkan spesimen ke Jakarta. ”Semakin cepat proses pemeriksaan sampel, proses pendeteksian orang yang berinteraksi akan semakin optimal,” ungkap Lesty.
Hingga saat ini, jumlah spesimen yang telah diperiksa mencapai 41 orang, sebanyak 15 spesimen di antaranya dinyatakan negatif, 2 dinyatakan positif, dan 24 spesimen masih dalam pemeriksaan.
Lesty menambahkan, sejak Januari hingga saat ini, ada 34 PDP di Sumsel, 9 orang di antaranya sudah dinyatakan negatif Covid-19 dan diperbolehkan pulang, sedangkan 25 orang masih dalam pengawasan di sejumlah rumah sakit rujukan.
Adapun dua orang sudah terkonfirmasi positif Covid-19, tetapi keduanya telah meninggal sebelum diketahui hasilnya. Sementara jumlah ODP, lanjut Lesty, sejak Januari hingga saat ini 848 orang. Sebanyak 168 orang di antaranya sudah selesai dipantau dan 680 orang masih dalam proses pemantauan selama 14 hari.