Jawa Barat Tangani Banjir Pantura dengan Koordinasi Bersama Empat Balai Besar
Sungai besar di Jawa Barat dievaluasi pascabanjir yang melanda daerah pantai utara Jawa Barat di awal tahun ini. Pemerintah provinsi berkoordinasi dengan empat balai besar wilayah sungai membahas penanggulangannya.
Oleh
MACHRADIN WAHYUDI RITONGA
·2 menit baca
Sungai besar di Jawa Barat dievaluasi pascabanjir yang melanda daerah pantai utara Jabar awal tahun ini. Pemerintah provinsi berkoordinasi dengan balai besar wilayah sungai (BBWS) untuk membahas penanggulangan banjir hingga jangka panjang.
Sekretaris Daerah Provinsi Jabar Setiawan Wangsaatmaja di Bandung, Jumat (28/3/2020), menuturkan, pihaknya berencana merealisasikan pertemuan tersebut pekan depan. Hal itu dilakukan untuk memastikan koordinasi dari provinsi serta Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).
Empat balai tersebut adalah BBWS Citarum dengan aliran dari Bandung ke Karawang, BBWS Citanduy (Banjar-Cilacap), BBWS Ciliwung-Cisadane, dan BBWS Cimanuk-Cisanggarung. BBWS Ciliwung-Cisadane menangani Sungai Ciliwung (Bogor-Jakarta) dan Cisadane (Bogor-Tangerang Selatan), sedangkan BBWS Cimanuk-Cisanggarung menangani Sungai Cimanuk (Garut-Indramayu) dan Sungai Cisanggarung (Kuningan-Cirebon).
”Kami akan duduk bersama-sama dan membagi tugas sesuai kewenangan masing-masing. Sesegera mungkin akan dikumpulkan beserta bahan-bahannya. Kami akan fokus ke penanganan hingga jangka panjang,” ujar Setiawan saat ditemui seusai rapat koordinasi Pempov Jabar dengan instansi vertikal di wilayah tersebut. Instansi vertikal, seperti BBWS, Bank Indonesia, dan kepolisian, ujarnya, adalah sumber yang perlu diberdayakan.
Menurut Setiawan, upaya penanganan banjir di sungai-sungai besar tersebut tidak hanya dilakukan dalam jangka pendek, tetapi juga jangka menengah dan jangka panjang. Karena itu, koordinasi antar-elemen dibutuhkan agar permasalahan banjir yang disebabkan oleh kerusakan sungai dari hulu hingga hilir itu bisa diselesaikan dengan maksimal.
Ia menjelaskan, penyelesaian jangka pendek dilakukan dengan mempercepat surutnya banjir, seperti penggunaan pompa di lokasi-lokasi genangan serta pemberian bantuan. Untuk jangka menengah, pihaknya bekerja sama dengan pusat membangun infrastruktur pengendalian banjir. Adapun untuk jangka panjang, kerusakan lingkungan dari hulu hingga hilir bisa diselesaikan sehingga fungsi sungai sebagai aliran air bisa normal kembali.
”Program Citarum Harum itu hanya untuk Sungai Citarum saja. Sementara ada beberapa sungai besar yang harus dibenahi, mulai dari konservasi hingga bangunan pendukung lainnya,” ujarnya.
Ribuan korban
Dalam penanganannya, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jabar mendata daerah terdampak. Berdasarkan informasi terakhir, Jumat pukul 15.00, banjir yang melanda daerah pantura mulai awal pekan lalu tersebut berdampak pada lebih dari 99.000 jiwa.
Kepala Seksi Kedaruratan BPBD Jabar Budi Budiman mengatakan, banjir tersebut tersebar di Kabupaten Karawang (28 kecamatan), Subang (12 kecamatan), Indramayu (5 kecamatan), dan Kota Bekasi (12 kecamatan).
”Upaya yang dilaksanakan antara lain mendata korban-korban terdampak. Di samping itu, kami berkoordinasi dengan BPBD setiap kabupaten untuk melakukan penyedotan dan pemberian bantuan ke daerah-daerah yang membutuhkan,” ucapnya.
Namun, hingga hampir sebulan pascarapat evaluasi di Gedung Sate dan publik tengah khawatir terhadap pandemi Covid-19, penanganan banjir pantura Jabar kembali tenggelam. Entah kapan benar direalisasikan.