Penutupan Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko Diperpanjang
PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko memutuskan memperpanjang penutupan tiga kawasan wisata candi yang dikelola perusahaan tersebut hingga 11 April 2020.
Oleh
HARIS FIRDAUS/REGINA RUKMORINI
·5 menit baca
SLEMAN, KOMPAS — PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko memutuskan memperpanjang penutupan tiga kawasan wisata candi yang dikelola perusahaan tersebut. Tiga candi yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah itu akan ditutup dari kunjungan wisatawan hingga 11 April 2020. Penutupan dilakukan untuk mencegah penularan penyakit Covid-19.
”Perpanjangan penutupan itu berlaku mulai hari ini tanggal 30 Maret sampai dengan nanti tanggal 11 April 2020,” kata Edy Setijono, Direktur Utama PT Taman Wisata Candi (TWC) Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko, dalam konferensi pers secara daring di Kabupaten Sleman, DIY, Senin (30/3/2020).
PT TWC merupakan badan usaha milik negara (BUMN) yang mengelola aktivitas wisata di tiga kawasan candi, yakni Candi Borobudur di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah; Candi Prambanan yang ada di perbatasan Kabupaten Sleman, DIY, dan Kabupaten Klaten, Jawa Tengah; serta Candi Ratu Boko di Sleman.
Di tiga kawasan candi itu, PT TWC hanya mengelola zona II atau di luar bangunan candi. Sementara itu, zona I atau bangunan ketiga candi tersebut dikelola oleh Direktorat Jenderal (Ditjen) Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemenkdibud).
Sebelum ini, PT TWC telah memberlakukan penutupan tiga kawasan candi tersebut pada 20-29 Maret 2020. Namun, setelah mempertimbangkan situasi dan kondisi terkait penyebaran Covid-19, PT TWC memutuskan untuk memperpanjang penutupan tersebut.
”Setelah menimbang, memperhatikan, dan mencermati perkembangan yang ada, kami memutuskan melakukan penutupan akses bagi wisatawan terhadap beberapa destinasi yang menjadi wilayah kelola kami, yaitu kawasan wisata Candi Borobudur, kawasan wisata Candi Prambanan, dan kawasan wisata Candi Ratu Boko,” ujar Edy.
Penutupan tiga kawasan candi itu juga diikuti dengan penutupan unit usaha lain di sana, misalnya Unit Teater dan Pentas Ramayana di Candi Prambanan.
Edy menyatakan, penutupan tiga kawasan candi itu juga diikuti dengan penutupan unit usaha lain di sana, misalnya Unit Teater dan Pentas Ramayana di Candi Prambanan. Oleh karena itu, pertunjukan Sendratari Ramayana yang biasa digelar di kawasan Candi Prambanan juga bakal ditiadakan untuk sementara.
Ia menuturkan, keputusan PT TWC untuk menutup zona dua kawasan wisata tiga candi tersebut sejalan dengan Ditjen Kebudayaan Kemendikbud yang juga memutuskan untuk menutup wilayah zona satu. ”Perpanjangan penutupan yang diputuskan oleh PT TWC ini selaras dengan penutupan yang dilakukan di zona satu,” ujarnya.
Menurut Edy, penutupan tiga kawasan wisata candi itu tentu berpengaruh pada pendapatan yang diperoleh PT TWC. Sebab, dengan penutupan itu, PT TWC akan kehilangan pendapatan dari kunjungan wisatawan. ”Terkait dengan penutupan operasi ini, yang terjadi bukan penurunan pendapatan, tetapi hilangnya pendapatan,” katanya.
Namun, ia enggan merinci seberapa besar kehilangan pendapatan yang dialami PT TWC akibat penutupan itu. Dia hanya menyatakan, manajemen PT TWC berharap pandemi Covid-19 bisa segera berakhir sehingga Candi Borobudur, Candi Prambanan, dan Candi Ratu Boko bisa segera beroperasi kembali.
”Kami optimistis pandemi ini bisa segera ditangani, baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, karena hari ini kita melihat masyarakat sangat intens berkontribusi pada pencegahan penyebaran Covid-19. Jadi, kita sangat berharap pandemi ini tidak akan berlangsung lama dan kita berharap di bulan depan, kita sudah bisa beraktivitas seperti biasa,” paparnya.
Edy menambahkan, PT TWC juga aktif melakukan pencegahan penyebaran Covid-19 dengan menyemprotkan disinfektan ke berbagai fasilitas di kawasan wisata candi yang dikelola perusahaan tersebut. ”Kami juga memberlakukan kebijakan work from home (bekerja dari rumah) untuk karyawan-karyawan kami,” ujarnya.
Selain itu, PT TWC juga telah ditunjuk menjadi Koodinator Satuan Tugas (Satgas) Bencana Nasional BUMN di wilayah DIY untuk ikut mengatasi penyebaran Covid-19. Oleh karena itu, PT TWC akan berkoordinasi dengan BUMN lain yang memiliki wilayah kerja di DIY untuk berkontribusi dalam penanganan Covid-19.
Ia menyebutkan, Satgas Bencana Nasional BUMN di DIY itu akan melakukan sejumlah upaya untuk membantu penanganan Covid-19, misalnya memberi bantuan alat pelindung diri (APD) untuk rumah sakit. Selain itu, satgas tersebut juga berencana memberi bantuan untuk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang terdampak pandemi Covid-19.
”Pendanaan untuk kegiatan itu berasal dari dua sumber. Yang pertama dari dana CSR (tanggung jawab sosial perusahaan) BUMN. Selanjutnya juga menggunakan anggaran dari program kemitraan dan bina lingkungan (PKBL),” ujarnya.
Penutupan Borobudur
Secara terpisah, Kepala Balai Konservasi Borobudur (BKB) Tri Hartono mengatakan, penutupan kawasan zona I Candi Borobudur juga diperpanjang. Tri menyebut, zona I Candi Borobudur sebelumnya ditutup selama 14 hari, yakni pada 16-29 Maret 2020. Namun, mulai Senin ini, penutupan itu diperpanjang hingga batas waktu yang belum ditetapkan.
”Saat ini, kami hanya menunggu perkembangan situasi dan kebijakan pemerintah saja,” ujar Tri. Dia menambahkan, penutupan tersebut sekaligus juga dilakukan untuk mematuhi Maklumat Kapolri Nomor Mak/2/III/2020 tentang Kepatuhan terhadap Kebijakan Pemerintah dalam Penanganan Penyebaran Covid-19.
Sementara itu, penutupan zona I Candi Borobudur sejak 16 Maret 2020 memicu melemahnya denyut perekonomian kawasan Borobudur. Dampak ekonomi itu, antara lain, dirasakan oleh para pemilik homestay atau rumah inap di kawasan Borobudur.
Muslih, Ketua Paguyuban Kampung Homestay Ngaran II di Desa Borobudur, mengatakan, dua minggu lalu, tiga rombongan sudah membatalkan pemesanan kamar di kampung homestay tersebut. Padahal, semula satu rombongan memesan 80-100 kamar.
Setelah itu, pemesanan kamar pun nihil hingga kini. Di Kampung Homestay Ngaran II terdapat 33 homestay dengan kapasitas 156 kamar.
Melihat makin meluasnya wabah, Muslih mengatakan, pihaknya merasa tidak bisa berbuat apa-apa kecuali menunggu dan melihat perkembangan situasi. Meski begitu, dia menambahkan, Kampung Homestay Ngaran II tetap siap menerima tamu.
Untuk mengantisipasi penyebaran Covid-19 dari kunjungan wisatawan, tiap-tiap homestay telah menyediakan tempat mencuci tangan. ”Jika nanti mulai ada kedatangan wisatawan, kami pun siap memberikan minuman berbahan rempah-rempah sebagai suplemen bagi wisatawan,” ujar Muslih.
Suharti (50), salah seorang pedagang jamu di Pasar Borobudur, mengatakan, penutupan Candi Borobudur berdampak pada sepinya penjualan barang-barang di pasar, termasuk jamu buatannya. Karena sangat sepi, sejak pagi hingga sore, Suharti hanya bisa menjual 10 dari 20 botol jamu dagangannya.
”Daripada dibawa pulang ke rumah, jamu-jamu itu akhirnya saya bagikan kepada pedagang-pedagang lain di pasar,” ujarnya.