Stok Beras Jatim Aman, Bulog Ubah Mekanisme Stabilisasi Harga
Perum Bulog Wilayah Jawa Timur memastikan stok beras aman untuk mencukupi kebutuhan masyarakat hingga Lebaran. Perum Bulog juga akan mengadakan operasi pasar lewat desa agar tak mengundang kerumunan warga.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·3 menit baca
SIDOARJO, KOMPAS — Di tengah pandemi virus korona, Perum Bulog Wilayah Jawa Timur memastikan stok beras aman untuk mencukupi kebutuhan masyarakat hingga Lebaran. Demi menjamin ketersediaan bahan pangan dan mencegah fluktuasi harga, upaya stabilisasi tetap dilakukan dengan mekanisme yang telah disesuaikan dengan upaya meminimalkan penyebaran virus.
Pemimpin Perum Bulog Wilayah Jatim Khozin mengatakan, berdasarkan data hingga 25 Maret lalu, stok cadangan beras pemerintah (CBP) di wilayahnya 411.124 ton. Sedangkan total stok beras komersial 453.915 ton. Stok beras itu akan bertambah karena musim panen diprediksi terjadi mulai April.
”Selain beras, Bulog Jatim juga memiliki stok bahan pangan lain yang mampu mencukupi kebutuhan masyarakat, seperti gula pasir lokal, minyak goreng, dan tepung terigu,” ujar Khozin.
Khozin mengatakan, dengan jumlah stok bahan pangan yang dimiliki Bulog Jatim saat ini, pihaknya siap melakukan stabilisasi harga di pasar melalui operasi pasar. Komoditas yang menjadi prioritas saat ini adalah gula pasir karena harganya yang tinggi, jauh di atas harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah, Rp 12.500 per kg.
Selain beras, Bulog Jatim juga memiliki stok bahan pangan lain yang mampu mencukupi kebutuhan masyarakat, seperti gula pasir lokal, minyak goreng, dan tepung terigu.
Berdasarkan data Sistem Informasi Ketersediaan dan Perkembangan Harga Bahan Pokok di Jatim (Siskaperbapo) Disperindag Provinsi Jatim per 30 Maret, harga gula pasir lokal atau dalam negeri mencapai Rp 17.796 per kg. Beras kualitas medium harganya juga sudah mulai tinggi, yakni Rp 9.880 per kg. Adapun kualitas premium mencapai Rp 11.098 per kg.
Ubah mekanisme operasi pasar
Untuk menstabilkan harga gula pasir lokal dan memudahkan masyarakat mendapatkan bahan pangan dengan harga terjangkau, Bulog Jatim masih memilih strategi operasi pasar. Hanya mekanismenya yang disesuaikan dengan protokol kesehatan dalam kerangka membantu program pencegahan penyebaran virus korona galur baru.
Khozin mengatakan, apabila sebelumnya operasi pasar dilakukan secara terbuka di tempat keramaian, seperti kawasan perumahan dan pasar, kini dilakukan secara khusus. OP tidak lagi di tempat keramaian karena dikhawatirkan berpotensi mengundang kerumunan massa. Kerumunan massa berpotensi mempercepat penyebaran virus.
”OP di tengah pandemi korona hanya digelar di kelurahan-kelurahan atau desa-desa. Mekanismenya, pemerintah desa sebagai penanggung jawab mengajukan surat resmi ke Bulog Divre Jatim,” kata Khozin.
Bulog akan mengabulkan permintaan pemerintah desa atau kelurahan dengan syarat mereka bersedia menjual gula dengan harga Rp 10.500 per kg, jauh di bawah HET pemerintah. Selain itu, mekanisme penjualannya tidak boleh mengundang kerumunan orang karena bertentangan dengan prinsip pembatasan fisik dan pembatasan sosial.
OP di tengah pandemi korona hanya digelar di kelurahan-kelurahan atau desa-desa. Mekanismenya, pemerintah desa sebagai penanggung jawab mengajukan surat resmi ke Bulog Divre Jatim.
Untuk kebutuhan pangan lainnya, Bulog mengundang masyarakat berbelanja melalui sistem daring. Bulog telah bekerja sama dengan sebuah marketplace yang menyediakan lapak Ipanganan.com. Pelayanan belanja daring ini sudah beroperasi di tujuh daerah di Indonesia, yakni Jakarta, Semarang, Bandung, Medan, Makassar, Yogyakarta, dan Surabaya. Masyarakat bisa membeli bahan pokok sesuai dengan kebutuhan secara daring tanpa perlu keluar rumah dan berinteraksi dengan banyak orang seperti di toko konvensional. Barang akan dikirim segera ke tempat tujuan.
Penjualan melalui sistem daring, terutama di wilayah Jatim, terus didorong karena belum sesuai harapan. Nilai transaksinya masih rendah, padahal potensinya besar. Untuk menggenjot nilai transaksi tersebut, Bulog menggencarkan sosialisasi ke masyarakat.
Kaji pasar tradisional
Sementara itu, Kepala Disperindag Sidoarjo Tjarda mengatakan, pihaknya tengah mengkaji upaya pembatasan operasional pasar tradisional tanpa mengganggu pasokan kebutuhan pangan untuk masyarakat. Pembatasan operasional itu lebih dimaksudkan untuk membatasi aktivitas sosial yang mengundang kerumunan orang.
”Saat ini mayoritas pasar tradisional di Sidoarjo beroperasi 24 jam. Pasar menjadi salah satu pusat kerumunan warga sehingga berpotensi tinggi menjadi medium penyebaran virus korona galur baru,” ucap Tjarda.
Upaya pencegahan yang sudah dilakukan di pasar tradisional saat ini adalah menyediakan sarana cuci tangan, penyemprotan disinfektan, dan sosialisasi tentang virus korona beserta dampaknya pada sistem pernapasan. Mengimbau warga mengenakan masker.