Lebih dari Seratus Rumah Rusak di Dua Kelurahan di Lampung
Banjir bandang menerjang pada hari Senin (30/3/2020) malam. Warga tidak sempat menyelamatkan barang-barang. Satu warga meninggal dunia.
Oleh
VINA OKTAVIA
·3 menit baca
BANDAR LAMPUNG, KOMPAS — Di tengah pandemi coronavirus disease 2019 atau Covid-19, warga di dua kelurahan di Kecamatan Teluk Betung Timur, Bandar Lampung, diterjang banjir bandang. Satu warga meninggal dunia dan ratusan rumah rusak sedang hingga berat.
Banjir bandang itu terjadi di Kelurahan Keteguhan dan Sukamaju pada Senin (30/3/2020) sekitar pukul 19.00. Hujan deras membuat debit air di Sungai Way Keteguhan naik hingga meluap ke permukiman warga. Akibatnya, ratusan rumah terendam lumpur. Lima rumah warga juga hanyut terbawa arus.
Dampak paling parah terjadi pada rumah di pinggiran sungai. Rumah-rumah tersebut tertimbun lumpur dengan ketebalan sekitar 0,5 meter. Sejumlah warga tidak sempat menyelamatkan harta bendanya karena air dan lumpur naik dengan cepat.
Menurut Roni Fadlah (42), warga Kelurahan Sukamaju, rumahnya yang berada di bibir sungai hanyut. Seluruh perabotan rumah tangga, surat berharga, dan barang berharga milik keluarganya hilang.
”Semalam dapat informasi dari istri kalau di rumah banjir. Saya kebetulan sedang bekerja. Saat tiba di rumah, semuanya sudah habis. Kami tidak sempat menyelamatkan apa pun,” kata Roni yang sehari-hari bekerja sebagai petugas satpam saat ditemui di lokasi banjir, Selasa (31/3/2020).
Akibat banjir tersebut, Roni bersama istri dan kelima anaknya terpaksa mengungsi di rumah keluarganya di Kabupaten Pesawaran, Lampung. Hingga Selasa, dia bersama korban banjir lainnya bergotong royong membersihkan rumah dan jalan dari meterial lumpur. ”Saya berharap bisa mendapat bantuan dari pemerintah,” ucapnya penuh harap.
Camat Teluk Betung Timur Zulkifli menjelaskan, korban yang meninggal itu adalah Ahmad Subhi (42), warga Kelurahan Keteguhan. Korban meninggal akibat tertimpa tembok rumah yang roboh saat hendak mengevakuasi keluarganya.
Saat kejadian, menurut dia, ketinggian air berkisar 1-1,5 meter. Banjir datang secara tiba-tiba saat sebagian warga sedang berada di dalam rumah. Derasnya banjir disertai material lumpur sempat membuat warga kesulitan melakukan evakuasi. Warga sempat bergotong royong mengevakuasi warga menggunakan tali.
Berdasarkan data sementara, rumah yang rusak ringan hingga berat akibat banjir berjumlah 139 unit. Dari jumlah itu, enam rumah hanyut. Namun, petugas masih terus melakukan pendataan.
Saat meninjau lokasi banjir pada Selasa siang, Wali Kota Bandar Lampung Herman HN mengatakan, banjir lumpur ini diakibatkan derasnya hujan di lereng gunung di wilayah Kabupaten Pesawaran. Material lumpur yang terbawa banjir merupakan sedimentasi sungai. ”Banjir ini karena faktor alam,” ujarnya.
Pemerintah Kota Bandar Lampung telah memberikan bantuan berupa makanan, alat pembersih lumpur, dan air bersih kepada warga terdampak banjir. Pemkot juga akan mendirikan dapur umum agar warga mendapat makanan setiap hari.
Dia menambahkan, petugas masih terus mendata warga yang rumahnya rusak akibat banjir. Pihaknya akan memikirkan bantuan untuk korban banjir. Pemerintah juga memberikan kemudahan bagi warga yang akan mengurus surat-surat berharga yang hilang akibat diterjang banjir.