Warganet Soroti Mudahnya Masuk Maluku di Saat Wabah Covid-19
Pemerintah Provinsi Maluku belum memutuskan soal karantina. Yang bisa dilakukan adalah penapisan di akses masuk seperti bandara dan pelabuhan, Warganet pun bersuara.
Oleh
FRANS PATRI HERIN
·3 menit baca
AMBON, KOMPAS — Gubernur Maluku Murad Ismail diminta segera menutup akses masuk ke Provinsi Maluku demi mencegah penyebaran virus korona baru penyebab Covid-19. Hingga Selasa (31/3/2020), masih banyak pendatang yang tiba di Maluku dikarantina di mes pemerintah dengan logistik rutin.
Desakan paling kuat datang dari warganet yang dalam satu pekan terakhir belum melihat langkah tegas Gubernur yang juga mantan Kepala Korps Brigade Mobil Polri itu. Jagat dunia maya kian ramai setelah Murad berpose sambil memegang secarik kertas bertuliskan ”tetap di rumah par semua pung bae”, yang berarti tetap di rumah demi kebaikan bersama. Foto itu beredar pada Senin (30/3/2020) petang.
”Kerja dulu baru pencitraan. Kerja dulu pencegahan, bukan mengobati”, tulis pemilik akun Facebook Ruang Hampa. ”Ambon ini bukan tempat penampungan”, tambahnya. Unggahan itu dibanjiri komentar yang meminta pemerintah daerah menutup akses masuk orang luar.
Pemerintah diminta fokus memperhatikan nasib masyarakat, terutama pekerja harian, seperti tukang becak, buruh serabutan, dan sopir angkutan kota, yang kini makin terpuruk. Sejauh ini belum ada perhatian. ”Kasihan masyarakat kecil, harga sembako naik drastis”, tulis pengguna akun Helma Aja di kolom komentar.
Di tengah tren karantina wilayah di sejumlah daerah, Senin pagi, KM Nggapulu menurunkan 431 penumpang di Pelabuhan Yos Sudarso, Ambon. Penumpang itu berasal dari wilayah Indonesia bagian barat dan tengah. Satu per satu penumpang diperiksa identitas diri dan kesehatan. Dari jumlah itu, 171 orang bukan warga Maluku. Mereka datang untuk berbagai keperluan.
Mereka yang bukan warga Maluku dikarantina di sejumlah mes milik pemerintah daerah. Setiap hari mereka dijatah makan dan kebutuhan lainnya. Mereka ditampung di tempat itu selama 14 hari sambil melihat kondisi kesehatannya. Jika baik-baik saja, mereka diizinkan bepergian. Jika ada gejala Covid-19, dibawa ke rumah sakit rujukan.
Kegusaran warga kepada pendatang salah satunya disebabkan pasien Covid-19 di Maluku saat ini adalah pendatang asal Bekasi, Jawa Barat, yang hendak mengerjakan proyek bangunan di Ambon, 14 Maret lalu. Saat itu, pemerintah sudah menghimbau orang untuk tidak bepergian.
Kepala Biro Humas dan Protokoler Provinsi Maluku Melky Lohi mengatakan, pemerintah provinsi belum mengambil opsi menutup pintu masuk ke Maluku. Pemerintah masih fokus melakukan penapisan di pintu masuk seperti bandara dan pelabuhan. Opsi menutup pintu masuk harus atas persetujuan pemerintah pusat. Di sisi lain, Pemerintah Provinsi Papua sudah menutup pintu masuk.
Sementara itu, hasil pemeriksaan sampel untuk 31 petugas medis di Rumah Sakit Umum Daerah dr Haulussy, Ambon, yang menangani pasien positif Covid-19 telah diumumkan pihak laboratorium Kementerian Kesehatan di Jakarta. Semua petugas medis itu dinyatakan negatif Covid-19. Hingga Selasa (31/3/2020), pasien positif Covid-19 di Maluku tetap satu orang.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Maluku Meikhyal Pontoh mengatakan, sebanyak 31 petugas medis dimaksud pernah bersentuhan dengan pasien kasus nomor satu Covid-19 asal Bekasi. Pasien datang ke rumah sakit pada 14 Maret dengan gejala batuk dan pilek. Setelah memeriksa, tim dokter memutuskan mengisolasi pasien tersebut. Tanggal 22 Maret, hasil tes menyatakan positif Covid-19.
Untuk mencegah penyebaran, mereka yang bersentuhan langsung dengan pasien itu serta beberapa pasien dalam pengawasan lainnya diperiksa dengan pengambilan swab. Sampel dikirim ke Jakarta pekan lalu dan hasilnya baru diumumkan pada Selasa pagi waktu Jakarta.
Saat ini, pasien dalam pengawasan di Maluku sebanyak tujuh orang. Mereka tersebar di Kota Ambon tiga orang, Maluku Tengah satu orang, Kota Tual satu orang, dan Kepulauan Aru dua orang. Adapun jumlah orang dalam pemantauan sebanyak 124 orang.