Evaluasi Sistem Pengamanan Freeport di Kuala Kencana
Polda Papua mengevaluasi sistem pengamanan kantor PT Freeport Indonesia di Distrik Kuala Kencana, Mimika. Upaya ini dilakukan seusai penyerangan kelompok kriminal bersenjata yang menewaskan seorang pekerja asing.
Oleh
FABIO MARIA LOPES COSTA
·3 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS — Kepolisian Daerah Papua mengevaluasi sistem pengamanan kantor PT Freeport Indonesia di Distrik Kuala Kencana, Kabupaten Mimika. Upaya ini dilakukan seusai insiden penyerangan oleh kelompok kriminal bersenjata yang menewaskan satu pegawai asal Selandia Baru serta melukai tujuh pegawai lainnya pada Senin kemarin.
Hal ini disampaikan Kapolda Papua Inspektur Jenderal Paulus Waterpauw saat dihubungi dari Jayapura, Selasa (31/3/2020). Paulus mengatakan, dirinya bersama Panglima Kodam XVII Cenderawasih Mayjen TNI Herman Asaribab telah berada di Timika, ibu kota Kabupaten Mimika, untuk melihat situasi keamanan di kantor Freeport pasca-insiden tersebut.
Ia menjelaskan, dari hasil olah tempat kejadian perkara dan keterangan sejumlah saksi, diduga para pelaku, dari kelompok Kali Kopi, telah berada di sekitar Kuala Kencana sejak Minggu (29/3/2020) malam.
Kelompok ini menyerang tujuh pegawai Freeport di areal perkantoran di Kuala Kencana pada Senin kemarin sekitar pukul 14.00 WIT. Graeme Thomas Wall, pekerja asal Selandia Baru, meninggal, sedangkan dua pegawai mengalami luka serius karena terkena tembakan. Adapun empat pegawai lain mengalami luka ringan.
Adapun motif penyerangan kantor Freeport di Kuala Kencana diduga untuk menunjukkan eksistensi kelompok kriminal bersenjata (KKB) di kalangan publik internasional. ”Para pelaku memanfaatkan kondisi cuaca hujan deras dan jalur tradisional atau jalan pintas untuk menuju tempat persembunyian yang dekat kantor Freeport. Mereka sebanyak delapan orang dengan beberapa pucuk senjata,” kata Paulus.
Paulus memaparkan, pihaknya bersama TNI akan menggelar rapat bersama manajemen PT Freeport guna mengevaluasi kembali sistem pengamanan areal kerja PT Freeport di Kuala Kencana.
Motif penyerangan kantor Freeport di Kuala Kencana diduga untuk menunjukkan eksistensi kelompok kriminal bersenjata (KKB) di kalangan publik internasional.
Paulus menegaskan, pihaknya akan memperketat pengamanan di jalur tradisional yang sering dilewati banyak orang. Hal ini untuk mencegah masuknya KKB tersebut dengan memanfaatkan keberadaan warga setempat.
Ia menambahkan, sebanyak 300 personel gabungan Polri dan TNI telah diterjunkan untuk mengejar para pelaku penyerangan kantor Freeport di Kuala Kencana. ”Kami akan memfokuskan upaya pengejaran kelompok Kali Kopi dari Mil 35 hingga Mil 50. Kami akan berupaya menangkap para pelaku secepatnya,” ujarnya.
Sementara itu, Vice President Security Risk Management PT Freeport Indonesia Arif Nasuha mengungkapkan, pihaknya telah meliburkan para pegawai Freeport di Kuala Kencana selama dua hari. Tujuannya untuk membantu pihak kepolisian setempat melaksanakan penyelidikan.
”Kami akan menggelar rapat koordinasi dengan pihak kepolisian dan TNI untuk membicarakan evaluasi dan memperkuat sistem pengamanan areal kerja Freeport di Kuala Kencana,” kata Arif.
Manager Corporate Communication PT Freeport Indonesia Kerry Yarangga menambahkan, jenazah Graeme akan dipulangkan ke negaranya di Selandia Baru melalui Jakarta. ”Pesawat dari maskapai Airfast akan membawa jenazah Graeme. Sementara kondisi kesehatan dua pegawai yang terluka serius di Rumah Sakit Tembagapura mulai membaik,” kata Kerry.
Kepala Perwakilan Komisi Nasional Hak Asasi Wilayah Papua Frits Ramandey berpendapat, kelompok sipil bersenjata di Timika menjadikan Freeport sebagai target serangannya. Hal ini dipicu anggapan bahwa Freeport telah menguasai sumber daya alam tanpa memberikan kesejahteraan bagi masyarakat setempat.
Ia menuturkan, Komnas HAM merekomendasikan agar Freeport dapat bersinergi dengan pihak keamanan dan lembaga negara lain agar melindungi para pekerja dari ancaman aksi kekerasan. ”Freeport seharusnya melibatkan lembaga negara dalam menganalisis pemenuhan hak asasi manusia masyarakat setempat yang bermukim di sekitar lokasi tambang. Selama ini, mereka hanya melakukan upaya tersebut secara internal,” kata Frits.