Sebanyak 409 Orang Terindikasi Positif Korona dari Hasil Uji Cepat di Jabar
Sebanyak 409 orang terindikasi positif Covid-19 dari hasil tes cepat di Jawa Barat hingga 31 Maret 2020. Selanjutnya, mereka akan mengikuti tes ”swab” dan ”virus transfer media” untuk memastikan status itu.
Oleh
cornelius helmy
·2 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Sebanyak 409 orang terindikasi positif terinfeksi virus korona jenis baru dari hasil uji cepat atau rapid test di Jawa Barat hingga 31 Maret 2020. Selanjutnya, mereka akan mengikuti tes swab dan virus transfer media untuk memastikan status itu.
Tes cepat dilakukan di kabupaten/kota seluruh Jabar. Total ada 10.597 orang yang menjalani tes itu. Hasilnya, 409 orang terindikasi positif korona. Sebelumnya, Polri menyebutkan 300 orang terindikasi positif korona dari Sekolah Pembentukan Perwira Lembaga Pendidikan Polri di Kota Sukabumi, Jabar.
Menurut Kepala Dinas Kesehatan Jabar Berli Hamdani, dari 409 warga positif korona, selanjutnya akan dilakukan tes swab dan virus transfer media. Namun, proses tes lanjutan itu masih akan menunggu ketersediaan perangkatnya.
”Test swab akan dilakukan di kabupaten/kota. Bisa di rumah sakit atau laboratorium kesehatan daerah (labkesda) di kabupaten/kota. Nanti hasilnya akan dikirim ke Labkesda Jabar,” katanya di Bandung, Rabu (1/4/2020).
Sementara itu, Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Jabar Setiaji mengatakan, Pemerintah Provinsi Jabar membuka perekrutan sukarelawan medis dan nonmedis. Selain itu, dilakukan pengumpulan donasi untuk penanganan Covid-19.
Menurut Setiaji, sudah lebih kurang 1.300 orang mendaftarkan diri sejak pendaftaran dibuka 30 Maret 2020. Mereka akan menjadi sukarelawan dalam periode 30 Maret hingga 29 Mei 2020. Salah satu kegiatan yang sudah dilakukan adalah membantu kegiatan tes masif Covid-19 di Bandung.
Pemprov Jabar membuka perekrutan sukarelawan medis dan nonmedis. Selain itu, dilakukan pengumpulan donasi untuk penanganan Covid-19.
”Formasi sukarelawan media yang dibutuhkan adalah surveilans, perawat, dokter spesialis paru, hingga phlebotomist (pengambil spesimen). Sementara nonmedis seperti media dan publikasi hingga tim logistik,” katanya.
Setiaji menambahkan, formasi sukarelawan tersebut ditentukan sesuai kebutuhan pembuatan sistem atau aplikasi ataupun kebutuhan di lapangan. ”Masih akan berkembang dari waktu ke waktu mengingat luasnya wilayah di Jabar yang harus ditangani,” ujarnya.