Unsyiah Tunggu Izin Kemenkes Operasikan Laboratorium dan RS Covid-19
Universitas Syiah Kuala Banda Aceh mempersiapkan laboratorium sebagai tempat pengujian sampel Covid-19 dan rumah sakit darurat bagi pasien dalam pengawasan.
Oleh
ZULKARNAINI
·2 menit baca
BANDA ACEH, KOMPAS — Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, mempersiapkan laboratorium sebagai tempat pengujian sampel Covid-19 dan rumah sakit darurat bagi pasien dalam pengawasan. Namun, untuk mengoperasikan laboratorium dan rumah sakit itu, universitas masih menunggu izin dari Kementerian Kesehatan.
”Setelah ada surat keputusan Menteri Kesehatan, itu akan kami operasikan,” kata Rektor Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) Prof Samsul Rizal yang dihubungi pada Rabu (1/4/2020).
Samsul menuturkan, pihaknya berinisiatif mengoperasikan laboratorium uji Covid-19 karena sampel dari Aceh yang dikirimkan ke Jakarta memakan waktu lama. ”Jika suatu saat Aceh harus isolasi dan jalur transportasi dibatasi, Aceh masih bisa melakukan pengujian sehingga proses pengidentifikasian pasien positif Covid-19 dapat cepat diketahui,” kata Samsul.
Unsyiah memiliki satu mesin polymerase chain reaction (PCR) yang selama ini digunakan untuk keperluan uji virus di Fakultas Kedokteran Hewan. PCR Unsyiah sesuai dengan standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Metode PCR-lah yang digunakan untuk mendeteksi keberadaan virus SARS-CoV-2.
Samsul mengatakan, alat tersebut kini ditempatkan di sebuah laboratorium infeksi yang representatif. Jika izin dari kementerian sudah keluar, pihaknya akan langsung menguji sampel Covid-19 kepada pasien di Aceh. ”PCR yang dimiliki Unsyiah mampu menguji 96 sampel dalam waktu 1 jam,” ujar Samsul.
Saat ini, Aceh membutuhkan laboratorium pendeteksi Covid-19. Selama ini, pengiriman sampel pasien ke Jakarta untuk diuji di laboratorium Kementerian Kesehatan memakan waktu empat hari. Waktu yang lama membuat hasil diketahui lebih lama sehingga penanganan di lapangan pun lebih lama.
Selama ini, pengiriman sampel pasien ke Jakarta untuk diuji di laboratorium Kementerian Kesehatan memakan waktu empat hari.
Hingga Rabu, jumlah pasien positif Covid-19 di Aceh mencapai lima orang. Adapun jumlah orang dalam pemantauan (ODP) sebanyak 797 orang dan setiap hari jumlahnya terus bertambah. Sementara pasien dalam pengawasan (PDP) sebanyak 44 orang.
Selain mempersiapkan laboratorium, Unsyiah juga menyiapkan rumah sakit darurat untuk pasien Covid-19. Rumah Sakit Prince Nayef (RSPN) yang selama ini merawat pasien umum akan dialihfungsikan untuk pasien Covid-19. RSPN merupakan rumah sakit bantuan dari Saudi Charity dan Islamic Development Bank pascagempa dan tsunami 2004. Dibangun pada 2008 dan pertama kali dugunakan pada 2012.
Direktur RSPN Unsyiah Dian Adi Syahputra mengatakan, rumah sakit siap digunakan untuk melayani pasien Covid-19. Paramedis telah dilatih cara penanganan pasien ODP dan PDP. Bahkan, jika terjadi outbreak atau kasus Covid-19 di Aceh melonjak, rumah sakit itu siap digunakan untuk tempat karantina pasien Covid-19.
Sebelumnya, Kepala Dinas Kesehatan Aceh Hanif mengatakan, pihaknya telah menetapkan 13 rumah sakit rujukan dan satu rumah sakit rujukan utama, yakni RSZA di Banda Aceh. Adapun alat pelindung diri, seperti baju khusus dan masker, telah didistribusikan ke 37 rumah sakit di Aceh.