Untuk memenuhi kebutuhan tenaga medis dan para medis dalam penanganan kasus Covid-19, Pemerintah Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, saat ini berupaya memesan 1.500 APD berupa jas pelindung dari warga.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·3 menit baca
MAGELANG, KOMPAS — Untuk memenuhi kebutuhan tenaga medis dan para medis dalam penanganan kasus coronavirus disease 2019 atau Covid-19, Pemerintah Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, saat ini berupaya memesan 1.500 alat pelindung diri berupa jas pelindung dari warga. Upaya ini terpaksa dilakukan karena pengadaan baju pelindung sulit dilakukan karena sulit diperoleh di pasaran.
Bupati Magelang Zaenal Arifin mengatakan, baju pelindung tersebut memang tidak 100 persen memenuhi standar baju pelindung yang ditetapkan Badan Kesehatan Dunia (WHO). Kendatipun demikian, baju ini dinilai cukup layak, memenuhi standar keamanan bagi tenaga medis dan paramedis.
Saat ini, kami juga masih terus mendapatkan bantuan APD (alat pelindung diri) dari berbagai sumber, mulai dari pemerintah pusat, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, serta dari perusahaan swasta.
”Baju pelindung produksi warga ini dipastikan aman karena terbuat dari bahan polypropylen spunbond yang kedap air,” ujarnya, Kamis (2/4/2020).
Dengan sifat bahan yang kedap air, bahan polypropylene spunbond ini dinilai aman untuk dipakai tenaga medis dan paramedis, menghindarkan mereka dari risiko tertular karena Covid-19 memang menularkan virus lewat percikan cairan dari tubuh.
Zaenal pun merasa beruntung karena warga ada yang bisa membuat baju dari bahan tersebut, karena bahan polypropylene spunbond saat ini sulit dicari di pasaran.
Dengan upaya pelibatan masyarakat ini, dia mengatakan, Kabupaten Magelang saat ini bisa mendapatkan 40-50 baju pelindung baru per hari. Baju-baju tersebut biasanya langsung didistribusikan ke sejumlah rumah sakit dan puskesmas.
Selain itu, Zaenal mengatakan, pihaknya juga terus berupaya menambah jumlah dari berbagai ragam APD yang lain, seperti sepatu bot, kacamata, dan masker.
”Saat ini, kami juga masih terus mendapatkan bantuan APD dari berbagai sumber, mulai dari pemerintah pusat, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, serta dari perusahaan swasta,” ujarnya.
Penyediaan APD bagi tenaga medis dan paramedis yang menangani pasien wabah Covid-19 masih perlu dilakukan karena masih banyak yang harus dilakukan terkait penanganan kasus Covid-19 di Kabupaten Magelang. Saat ini, jumlah orang dalam pengawasan (ODP) di Kabupaten Magelang terdata 325 orang, sedangkan jumlah pasien dalam pengawasan (PDP) saat ini terdata 43 orang.
Pasien meninggal
Jumlah korban meninggal yang semula hanya tiga orang, pada Rabu (1/4/2020) malam bertambah menjadi empat orang. Saat meninggal, empat orang tersebut masih berstatus PDP.
”Kami tidak bisa memastikan apakah empat korban ini positif Covid-19 atau tidak. Sebab, sebelum meninggal, mereka semua belum sempat diambil swab tenggoroknya,” ujarnya.
Menindaklanjuti adanya empat korban meninggal tersebut, Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang saat ini sedang berupaya melacak dengan siapa saja mereka telah melakukan kontak.
Serupa yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Magelang, juru bicara gugus tugas penanganan Covid-19 Kota Magelang, Sri Harso, mengatakan, pihaknya terus berupaya menambah persediaan APD. Pada Selasa (31/3/2020), Dinas Kesehatan Kota Magelang sudah mendapatkan 400 APD yang langsung didistribusikan kepada petugas puskesmas dan rumah sakit. Selain itu, Sri mengatakan, pihaknya saat ini juga masih menunggu lebih dari 400 APD lagi yang akan menyusul datang kemudian.
”Kami akan terus mengusahakan APD baik dengan meminta bantuan dari donatur ataupun melakukan pembelian sendiri,” ujarnya.
APD ini memang hanya mirip sekitar 90 persen dari APD yang ditetapkan sesuai standar WHO. Namun, untuk memaksakan diri membeli APD sesuai standar tidak memungkinkan karena harus impor.