Wabah virus korona di Jawa Timur mengakibatkan hotel bintang berhenti beroperasi atau berjalan dengan kondisi minimal. Perhotelan goyah karena keterisian tamu dan kegiatan amat minim.
Oleh
AMBROSIUS HARTO, AGNES SWETTA PANDIA
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Wabah virus korona di Jawa Timur mengakibatkan hotel bintang berhenti beroperasi atau berjalan dengan kondisi minimal. Perhotelan goyah karena keterisian tamu dan kegiatan amat minim. Pegawai perhotelan dirumahkan dan terkena pemotongan upah. Jika wabah tak bisa diatasi sampai Juni 2019, sektor bisnis bisa tumbang.
Menurut catatan Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur, di provinsi berpenduduk 40 juta jiwa ini memiliki 260 hotel bintang dan 3.900 penginapan bukan bintang. Hotel bintang memiliki 40.000 tempat tidur dalam 27.500 kamar. Penginapan bukan bintang memiliki total 54.800 kamar atau 71.500 tempat tidur. Sektor usaha akomodasi mempekerjakan setidaknya satu hingga dua juta orang.
”Di Jawa Timur, hotel bintang sudah banyak yang menutup operasi atau setidaknya berjalan dengan biaya minimal dan merumahkan pegawai,” kata Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Jatim Dwi Cahyono di Surabaya, Kamis (2/4/2020). Pengelola hotel berusaha keras tidak mengambil rencana pemutusan hubungan kerja (PHK). Namun, pilihan terpahit itu bisa saja diambil jika sektor usaha ini tak bangkit juga dalam waktu tiga bulan.
Pengelola hotel di Surabaya, misalnya, mengambil langkah cukup ekstrem dengan menutup hotel dan merumahkan karyawan sampai batas waktu yang belum ditentukan. Mereka menanti dengan cemas keandalan aparatur negara mengatasi pandemi virus korona. Ada sebagian hotel yang buka, tetapi hanya untuk tamu ke restoran dengan tenggang waktu singkat. Masih ada yang menerima tamu, tetapi amat terbatas dan layanan tidak bisa maksimal.
General Manager Grup Santika Regional Jatim Agus Triyono mengatakan, hotel Santika yang masih buka berada di Malang dan Banyuwangi. ”Beberapa hotel tutup karena dalam situasi seperti sekarang tidak ada orang yang menggelar acara. Sebab, hal itu memunculkan keramaian yang tidak sesuai dengan protokol penanganan virus korona. Banyak acara resepsi pernikahan dan rapat dibatalkan penyelenggara,” katanya.
Beberapa hotel mencoba menawarkan program rabat kepada konsumen yang ingin karantina tidak di rumah. Asumsinya, konsumen ada yang bosan karantina di rumah sehingga akan memilih ”pindah” sementara ke hotel. Ada tawaran karantina di hotel selama sebulan dengan membayar setidaknya Rp 3 juta atau kelipatannya, tetapi protokol penanganan virus korona tetap berjalan, yakni penjarakan fisik dan ada beberapa fasilitas yang tidak diberikan maksimal.
”Sektor ini pada prinsipnya mengutamakan keselamatan, keamanan, dan kenyamanan konsumen. Dalam situasi seperti ini sulit menerapkan prinsip pelayanan prima sehingga bisa dimengerti jika tawaran belum menarik minat konsumen,” kata Dwi.
Nasib sektor belanja sedikit bisa bernapas meski terasa sesak. Pusat belanja besar atau mal masih buka, tetapi memangkas jam operasional satu hingga dua jam. Mal biasanya buka pukul 10.00 WIB dan tutup pukul 22.00 WIB. Mal-mal di Surabaya kini sudah tutup pukul 20.00 WIB atau 21.00 WIB. Kebijakan ini misalnya diambil oleh jaringan toko buku Gramedia di Surabaya dan Sidoarjo. ”Kami buka sampai dengan pukul 20.00 WIB,” kata Manajer Gramedia Asri Media Wilayah Jatim, Bali, Nusa Tenggara, Driemirda Primasari, di Surabaya.
Ketua Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Jatim Sutandi Purnomosidi mengatakan, secara prinsip pusat belanja masih buka, tetapi banyak gerai tutup termasuk restoran dan kafe. Kunjungan ke pusat belanja terjun ke persentase di bawah 30 persen. ”Gerai yang buka terutama restoran, hanya menerima pesanan dengan sistem antar, bukan lagi makan di tempat. Semua pengunjung mal wajib mengikuti protokol penanganan Covid-19,” ujarnya.
Wabah virus korona juga memukul sektor pariwisata dilihat dari kunjungan pelancong mancanegara. BPS Jatim mencatat kunjungan turis asing lewat Bandar Udara Juanda pada Februari 2020 sebanyak 11.700 orang. Jumlah ini turun 31,3 persen dibandingkan pada sebulan sebelumnya yang 17.050 orang. Pendatang luar negeri masih didominasi warga Malaysia dan Singapura.