Sebagian hotel di Aceh mulai menghentikan operasional karena tingkat hunian nihil akibat pandemi Covid-19. Para karyawan pun terpaksa dirumahkan sampai kondisi pulih kembali.
Oleh
ZULKARNAINI
·3 menit baca
BANDA ACEH, KOMPAS — Pandemi Covid-19 berdampak buruk bagi bisnis perhotelan di Provinsi Aceh. Sebagian hotel mulai menghentikan operasional karena tingkat hunian nihil. Akibatnya, para karyawan terpaksa dirumahkan sampai kondisi pulih kembali.
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Aceh Yusri, saat dihubungi di Banda Aceh, Jumat (3/4/2020), menuturkan, saat ini sudah satu hotel yang memberhentikan karyawan dan tidak lagi menerima tamu. Namun, sebagian hotel masih bertahan dengan cara mengurangi hari kerja karyawan. Pengurangan hari kerja berimbas pada pengurangan upah.
”Melihat kondisi ini, sepertinya bakal banyak hotel yang memilih berhenti operasi sementara. Ada sebagian hotel tingkat huniannya nol persen,” kata Yusri. Pihak PHRI Aceh sedang mendata jumlah hotel yang tutup dan jumlah karyawan yang diberhentikan.
Yusri, yang juga sebagai pemilik Grand Aceh Hotel Syariah, mengatakan, sudah tiga minggu hotelnya tidak ada tamu sama sekali. Hal itu dampak dari pemberlakuan pembatasan sosial dan pembatalan kegiatan untuk mencegah penyebaran Covid-19.
Namun, Yusri belum memberhentikan karyawannya. ”Saya coba bertahan sampai batas kemampuan. Kalau darurat korona berlangsung lama, barangkali hotel saya juga harus tutup,” kata Yusri.
Yusri berharap pemerintah daerah memandang kondisi bisnis perhotelan di Aceh dengan bijak sehingga perlu ada kebijakan yang meringankan beban, seperti keringanan pajak dan sama-sama menopang karyawan yang kena imbas.
Isnaidi, petugas kebersihan di sebuah hotel bintang tiga di Banda Aceh, menuturkan, dirinya telah diberhentikan bekerja sejak 31 Maret 2020. Pihak hotel hanya membayar gaji bulan Maret. Ayah seorang anak itu pun khawatir jika hotel tutup terlalu lama dia tidak memiliki pendapatan dari sumber lain.
”Pihak hotel juga tidak mungkin bertahan. Bulan Maret hanya dua kamar yang terisi. Kami memhami kondisi ini, tetapi kami berharap ada solusi dari pemerintah,” kata Isnaidi.
General Manager Hotel Kyriad Muraya Banda Aceh Bambang Pramusinto menuturkan, setelah keluarnya surat larangan mengadakan kegiatan yang mengundang banyak orang, pendapatan Hotel Kyriad Muraya menurun drastis.
Selain banyak pembatalan kegiatan, juga banyak pembatalan pesanan kamar. ”Pada bulan April ini kami pasti merugi. Namun, belum tahu bagaimana bulan selanjutnya,” kata Bambang.
Karena kondisi itu, salah satu dampaknya adalah dilakukan pengurangan hari kerja karyawan. Selama tidak bekerja, karyawan tidak mendapat upah. Pihaknya pun memutar otak agar hunian terisi dengan cara mengadakan paket murah work from hotel (bekerja dari hotel), tetapi tetap tidak ada peminat.
Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Mobilitas Penduduk Aceh Iskandar Syukri mengatakan, sejauh ini, baru satu hotel yang melaporkan memberhentikan karyawan. Kondisi ini sudah diprediksi bakal terjadi di tengah wabah Covid-19 melanda dunia.
Oleh sebab itu, Iskandar meminta kepada pelaku usaha dan pekerja yang dirumahkan untuk melaporkan ke dinas tenaga kerja di kabupaten/kota. Selama menganggur, mereka akan dilatih keterampilan sesuai bidang yang dipilih.
”Selama tiga bulan mereka dilatih keterampilan. Semua biaya ditanggung oleh negara. Mereka akan diberikan Kartu Prakerja,” kata Iskandar. Bagi pemegang Kartu Prakerja, akan ada pelatihan dan bantuan lain senilai Rp 3.550.000.