Spesimen Ibu Hamil yang Meninggal di Kupang Dikirim ke Jakarta
Untuk memastikan penyebab kematiannya, sampel darah dan ”swab” tenggorokan A (30), ibu hamil 9 bulan yang meninggal di RS Leona Kupang, Nusa Tenggara Timur, dikirim ke Laboratorium Kementerian Kesehatan di Jakarta.
Oleh
KORNELIS KEWA AMA
·4 menit baca
KUPANG, KOMPAS — Untuk memastikan penyebab kematiannya, sampel darah dan swab tenggorokan A (30), ibu hamil 9 bulan yang meninggal di RS Leona Kupang, Nusa Tenggara Timur, dikirim ke Laboratorium Kementerian Kesehatan di Jakarta. A masuk status orang dalam pemanatauan. Pasien meninggal setelah mengalami gejala demam tinggi, batuk, dan kejang-kejang.
”Benar, A meninggal dunia setelah tiga hari berada di Kupang. Korban tiba dari Denpasar, Bali, 28 Maret. Tetapi, penyebab kematian itu bukan karena Covid-19, melainkan, menurut dokter yang merawat korban di Puskesmas Bautama, dan RS Leona Kupang, karena keracunan kehamilan,” kata Juru Bicara Tim Gugus Tugas Penanggulangan Covid-19 Nusa Tenggara Timur (NTT) Marius Ardu Jelamu di Kupang, Kamis (2/4/2020).
Informasi kematian A yang terjadi pada Rabu (1/4) dan baru pulang dari Denpasar itu viral di media sosial karena Covid-19. ”Setiap informasi mengenai Covid-19 harus datang melalui sumber resmi, yakni pemerintah, dalam hal ini tim Gugus Tugas Penanggulangan Covid-19. Viral di media sosial soal kematian A setelah terinveksi virus korona itu tidak benar,” kata Jelamu.
Ia mengatakan, begitu tiba di Bandara El Tari, Kupang, Sabtu (28/3), pasien langsung menuju kediamannya di Kecamatan Bautama Utara. Di situ pasien tinggal bersama anak dan orangtuanya.
Pada Rabu (1/4), pasien pergi ke Puskesmas Baumata untuk memeriksa kehamilannya karena merasa demam dan pusing. Setelah tiba di puskesmas, pasien menyebutkan sedang hamil tujuh bulan. Namun, setelah diperiksa tim medis, pasien hampir melahirkan, artinya usia kehamilan pasien sudah mencapai 9 bulan.
Selain itu, pasien juga mengalami demam tinggi dengan suhu tubuh 40 derajat celsius dan kadar hemoglobin (HB) 6 gram/desiliter, jauh dari standar normal perempuan dewasa, yakni 12-16 gram/desiliter. Pihak puskesmas lalu merujuk pasien ke RS Leona, Kupang, yang berjarak sekitar 10 km dari Puskesmas Baumata.
Tiba di RS Leona, A yang merasa pusing dan masih demam itu duduk bersama anggota keluarga di bangku antrean pasien. Tiba-tiba ia kejang-kejang dan jatuh di lantai. Pasien pun meninggal dunia saat itu, pukul 17.30 Wita. Jenazah korban lalu dibawa ke rumah duka di Baumata Utara.
Pukul 19.05, jenazah A dimakamkan di samping rumah kediaman mereka di Baumata Utara, sementara suami korban masih di Denpasar.
Hasil pemeriksaan dokter dari Puskesmas Baumata dan dokter di RS Leona menyebutkan, pasien meninggal dunia karena keracunan kehamilan, ”preeklamsia”, dengan gejala demam tinggi dan kerusakan pada organ lain pada wanita hamil. Kasus kematian ibu hamil dengan gejala seperti yang dialami A sering terjadi pada ibu hamil di NTT.
Meski demikian, sampel darah dan swab A telah dikirim ke Jakarta untuk pemeriksaan Covid-19. Ini untuk memastikan penyebab kematian A.
Kasus kematian ibu hamil dengan gejala seperti dialami A sering terjadi pada ibu hamil di NTT.
”Masyarakat jangan panik dan takut berlebihan terhadap kasus ini. Jangan mudah percaya informasi atau isu-isu yang belum tentu kebenarannya. Setiap informasi yang beredar di media sosial jangan langsung dipercaya. Memastikan penyebab kematian A, tunggu hasil pemeriksaan dari Laboratorium Kesehatan Kementerian Kesehatan di Jakarta,” kata Jelamu.
Dengan kematian itu, satu orang dalam pemantauan (ODP) dan dua pasien dalam pengawasan (PDP) Covid-19 telah meninggal dunia di NTT. Sampel darah dan swab dari ketiga orang itu masih dalam pemeriksaan tim dokter di Laboratorium Kemenkes di Jakarta. Meskipun masih menunggu hasil pemeriksaan dari Jakarta, tim medis yang menangani ketiga orang itu telah memastikan mereka meninggal dunia bukan karena terinveksi Covid-19.
Sebelumnya, seorang pasien laki-laki dengan status PDP meninggal dunia di RSUD Komodo, Labuan Bajo, Rabu (25/3), karena pneumonia kronis. Satu PDP laki-laki lagi meninggal dunia di RSU Aeramo, Mbay, Nagekeo, Senin (30/3), karena gagal ginjal.
Sekretaris Gugus Tugas Posko Covid-19 NTT David Mandala mengatakan, jumlah ODP sampai 2 April pukul 14.00 Wita sebanyak 723 orang. Sebanyak 621 orang di antaranya menjalani karantina mandiri di rumah, sisanya sudah selesai pemantauan. Adapun PDP berjumlah delapan orang.
”Jumlah sampel darah atau swab tenggorokan yang dikirim ke Laboratorium Kementerian Kesehatan RI sebanyak 32, enam sampel sudah dikembalikan dengan hasil negatif, 26 sampel masih dalam pemeriksaan. Jumlah 32 sampel ini termasuk tiga sampel dari ODP dan PDP yang meninggal dunia,” kata Mandala.