Sebagian Beton Penutup Jalan di Tegal Dibongkar, Petugas Medis Disiagakan
Pemerintah Kota Tegal, Jawa Tengah, memutuskan membongkar pembatas beton di empat ruas jalan untuk memecah keruwetan lalu lintas yang terjadi akibat kebijakan isolasi wilayah.
Oleh
KRISTI UTAMI
·4 menit baca
TEGAL, KOMPAS — Pemerintah Kota Tegal, Jawa Tengah, memutuskan membongkar pembatas beton di empat ruas jalan untuk memecah keruwetan lalu lintas yang terjadi akibat kebijakan isolasi wilayah. Sebagai gantinya, petugas kesehatan disiagakan di empat ruas jalan tersebut untuk mengecek kesehatan masyarakat yang melintas.
Pembatas jalan yang dibuka pada Kamis (2/4/2020) malam adalah di Jalan Teuku Umar, Jalan Jenderal Sudirman, Jalan Perintis Kemerdekaan, dan Jalan Sultan Agung. Sebelumnya, empat ruas jalan tersebut ditutup dengan pembatas beton dalam rangka penerapan isolasi wilayah.
Keputusan itu merupakan tindak lanjut hasil evaluasi pelaksanaan isolasi wilayah yang dijalankan Kota Tegal dalam rangka mengantisipasi penyebaran Covid-19. Pemerintah Kota Tegal memutuskan membongkar pembatas beton dan menggantinya dengan penyiagaan petugas kesehatan.
”Pembongkaran pembatas beton ini tidak lantas membuat isolasi wilayah terhenti. Kami mengganti pembatas beton dengan petugas kesehatan agar lalu lintas bisa tetap lancar dan distribusi kebutuhan pokok serta bahan bakar tidak terganggu,” kata Kepala Dinas Perhubungan Kota Tegal Herviyanto saat ditemui di sela-sela pembongkaran pembatas beton, Kamis malam.
Petugas kesehatan dengan alat perlindungan diri akan memeriksa suhu tubuh dan menyemprot masyarakat yang lewat dengan cairan disinfektan. Petugas kesehatan tersebut akan berjaga selama 24 jam penuh untuk memeriksa masyarakat yang masuk ke Kota Tegal
Pantauan Kompas, Kamis petang, arus lalu lintas di empat ruas jalan yang pembatasnya dibongkar itu tersendat. Di Jalan Sultan Agung, Kecamatan Tegal Selatan, misalnya, terjadi antrean kendaraan sepanjang 100 meter di depan pembatas beton. Satu dari delapan pembatas beton yang dipasang di tempat tersebut digeser untuk lewat sepeda motor.
Para pengguna sepeda motor rela mengantre untuk menerobos pembatas beton karena enggan mencari jalan lain.
Para pengguna sepeda motor rela mengantre untuk menerobos pembatas beton karena enggan mencari jalan lain. Selain menimbulkan kemacetan, pembatas beton yang dipasang di depan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kardinah Kota Tegal tersebut juga mengganggu akses masuk dan keluar rumah sakit.
”Kemacetan sering kali terjadi semenjak akses jalan ditutup dengan beton. Ambulans juga kesulitan masuk ke rumah sakit, harus lewat jalan memutar,” kata Wahyudin (56), petugas parkir RSUD Kardinah, Kamis.
Kemacetan tidak hanya terjadi di jalan-jalan protokol yang ditutup, tetapi juga di jalan perkampungan, seperti Jalan Ababil. Masyarakat yang tidak bisa masuk Kota Tegal melalui Jalan Sultan Agung memilih melewati Jalan Ababil sehingga menyebabkan kemacetan.
”Biasanya sepi, hari ini macetnya parah, sekitar 1 kilometer. Banyak kendaraan yang memaksa lewat Jalan Ababil karena malas memutar lebih jauh lewat Jalan Kapten Sudibyo,” ucap Rosvita (44), warga Kecamatan Tegal Selatan.
Isolasi wilayah merupakan langkah yang dilakukan Pemerintah Kota Tegal dengan cara menutup 35 akses masuk ke Kota Tegal menggunakan pembatas beton, Senin (30/3/2020). Hal itu dilakukan untuk menekan akses masyarakat luar masuk ke Kota Tegal guna mengantisipasi penyebaran Covid-19.
Pemerintah kota menyatakan hanya akan membuka empat akses masuk kota, yakni Jalan Proklamasi, Jalan Jendral Sudirman, Jalan Sultan Agung, dan Jalan Perintis Kemerdekaan. Petugas kesehatan akan disiagakan di empat pintu masuk tersebut untuk memeriksa masyarakat yang hendak masuk ke Kota Tegal.
Berdasarkan pengamatan Kompas, hanya satu pintu masuk yang dijaga, yakni di Jalan Proklamasi. Adapun tiga pintu masuk perbatasan tidak dijaga petugas.
Menyesuaikan
Di Semarang, Gubernur Jateng Ganjar Pranowo mengatakan, seluruh daerah di Jateng harus mengikuti kebijakan pemerintah pusat untuk menerapkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB), termasuk Pemerintah Kota Tegal. Pemerintah Kota Tegal diminta menyesuaikan dan mengevaluasi keputusannya menerapkan kebijakan isolasi wilayah.
Ganjar mengingatkan seluruh kepala daerah agar selalu mempertimbangkan beberapa hal, termasuk kesiapan anggaran. Kota Tegal dinilai sudah telanjur menyiapkan kebijakan isolasi wilayah, tetapi anggarannya belum disiapkan.
”Sekarang saya minta (anggarannya) disiapkan. Tolong disiapkan semua agar tidak ada yang ditinggal,” kata Ganjar dalam keterangan pers yang diterima Kompas, Kamis malam.
Sebelumnya, Wali Kota Tegal Dedy Yon Supriyono mengklaim, pihaknya sudah menyiapkan anggaran sebesar Rp 27 miliar untuk menanggulangi wabah Covid-19 di Kota Tegal. Anggaran tersebut berasal dari dana darurat, dana sejumlah organisasi perangkat daerah, dan dana bantuan dari pemerintah pusat.
Dana tersebut akan digunakan antara lain untuk membeli alat perlindungan diri bagi petugas medis, membeli cairan disinfektan, membeli peralatan mencuci tangan, memberikan insentif bagi petugas medis, serta memberikan bantuan kepada masyarakat miskin dan masyarakat yang terdampak oleh isolasi wilayah ini. Bantuan yang akan disalurkan kepada masyarakat miskin adalah paket kebutuhan pokok senilai Rp 110.000 yang terdiri dari beras, gula, susu, dan minyak goreng.