Sejumlah Hotel di Banyuwangi Tutup, 400 Karyawan Terdampak
Sejumlah Hotel di Banyuwangi, Jawa Timur, menutup sementara operasionalnya dan mengambil sejumlah kebijakan terhadap karyawannya. Sedikitnya 400 karyawan terdampak.
Oleh
ANGGER PUTRANTO
·3 menit baca
BANYUWANGI, KOMPAS — Sejumlah hotel di Banyuwangi, Jawa Timur, menutup sementara operasionalnya. Sedikitnya 400 karyawan terdampak. PHRI Banyuwangi berharap ada skema kebijakan yang bisa diterapkan untuk menjaga iklim bisnis perhotelan dan menjaga semangat karyawan.
”Hingga saat ini hotel yang sudah mengumumkan penutupan sementara ialah Ketapang Indah, Illira, Grand Harvest, dan Ikhtiar Surya. Dalam waktu dekat mungkin akan disusul beberapa hotel lainnya,” kata Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Banyuwangi Zaenal Muttaqin di Banyuwangi, Jumat (3/4/2020).
Zaenal mengatakan, ada 2.400 tenaga kerja di sektor perhotelan dan restoran yang terdaftar di PHRI Banyuwangi. Sedikitnya ada 400 orang di antaranya yang sudah terdampak akibat lesunya pariwisata selama masa pandemi Covid-19 ini.
Rrata-rata okupansi hotel di Banyuwangi sudah merosot ke titik terendah hanya 8 persen. ”Okupansi hotel-hotel kelas bintang pada hari-hari normal terjaga pada kisaran 50 persen hingga 60 persen. Sementara saat ada agenda-agenda wisata tertentu bisa mencapai 80 persen hingga 90 persen. Saat ini okupansi anjlok hingga 8 persen,” ujarnya.
Zaenal memaklumi apabila akhirnya sejumlah hotel mengambil kebijakan untuk menutup operasionalnya sementara. Selain itu, ada beberapa hotel yang menerapkan kebijakan unpaid leave atau memberi cuti kepada karyawan tanpa memberi gaji.
Ia justru mendorong para pengusaha hotel untuk bersama-sama memohon pembebasan pembayaran BPJS Ketenagakerjaan, BPJS Kesehatan, keringananan pajak, serta diskon terhadap tagihan rekening listrik.
Zaenal berharap tidak ada hotel yang mengambil kebijakan pemutusan hubungan kerja bagi karyawannya. Ia justru mendorong para pengusaha hotel untuk bersama-sama memohon pembebasan pembayaran BPJS Ketenagakerjaan, BPJS Kesehatan, keringananan pajak, serta diskon terhadap tagihan rekening listrik.
Salah satu karyawan hotel yang terdampak adalah Maria Dyah Nita, staf bagian keuangan di salah satu hotel berbintang di Banyuwangi. Hotel tempat ia bekerja saat ini masih beroperasi, tetapi menerapkan kebijakan unpaid leave.
”Saya dan teman-teman di bagian keuangan akan bekerja secara bergantian. Nantinya kami akan digaji sesuai dengan hari kerja. Bulan ini kami juga tidak mendapat tunjangan uang servise, tetapi dijanjikan akan dibayarkan bulan depan,” kata Nita.
Kendati sedih, Nita mengaku maklum dengan kondisi ini. Namun, ia sadar hal itu tidak mudah bagi sebagian karyawan lain yang saat ini menjadi tulang punggung keluarga. Nita masih beruntung karena suaminya masih bekerja dan ada pemasukan tetap.
Namun, ia masih menyimpan kekhawatiran karena kebijakan di rumah saja belum tentu mengurangi pengeluaran untuk kebutuhan harian. Ia mengaku harus menyiapkan strategi keuangan pada saat seperti ini.
”Bulan ini (April) gaji saya sudah mulai dipotong. Itu artinya, pos pemasukan sedikit terganggu. Padahal, saat di rumah saja bisa jadi pengeluaran semakin tinggi. Misalnya saja untuk kebutuhan listrik, dari yang semula siang hari tidak digunakan, kini karena dirumah mau tidak mau menggunakan listrik. Saya harus menyiapkan strategi,” tuturnya.
Di Banyuwangi tidak semua hotel tutup. Hotel Santika Banyuwangi sampai hari ini yakin akan tetap terus beroperasi. ”Kondisinya memang berat. Namun, kami beruntung memiliki base okupansi dari tamu-tamu langganan dengan latar belakang yang jelas dan kami kenal betul,” ujar General Manager Santika Hotel Banyuwangi Indra Muaz.
Indra mengatakan, tamu langganan tersebut antara lain awak maskapai yang masih melayani penerbangan ke Banyuwangi. Tamu-tamu langganan tersebut dapat memenuhi okupansi hotel hingga 15 persen.
Indra mengatakan, dalam kondisi seperti saat ini, hotelnya tidak lagi melulu memikirkan keuntungan. Faktor kesehatan karyawan dan tamu justru menjadi yang terpenting. Oleh karena itu, ia menerapkan sejumlah protokol.
”Dari 125 kamar, kami hanya membuka maksimal 50 kamar. Kursi di restoran kami buat berjarak sehingga kapasitas yang semula bisa 140 orang kini tersisa 80 orang. Kami juga menolak apabila ada tamu yang akan menggelar pertemuan di aula hotel,” ujarnya. Indra berharap pandemi Covid-19 bisa segera berlalu sehingga kehidupan kembali normal, demikian juga dengan bisnis hotel.