Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menerbitkan surat edaran tentang protokol pengendalian mobilitas penduduk. Pergerakan warga dibatasi untuk menekan penularan virus korona yang telah menjadi pandemi.
Oleh
IQBAL BASYARI/AMBROSIUS HARTO
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menerbitkan surat edaran tentang protokol pengendalian mobilitas penduduk. Pergerakan warga dibatasi untuk menekan penularan virus korona yang telah menjadi pandemi.
Surat Edaran Protokol Pengendalian Mobilitas Penduduk berlaku sejak Senin (6/4/2020). Isinya antara lain meminta warga ber-KTP Surabaya yang sedang di luar daerah dan atau mancanegara untuk menunda kepulangan. Pemilik dan pengelola indekos diminta tak menerima penghuni baru dari luar Surabaya.
Kami meminta kerja sama penuh seluruh ketua RT, ketua RW, lurah, pengelola apartemen, dan indekos untuk mengikuti aturan ini agar penularan Covid-19 dari luar Surabaya bisa ditekan (Tri Rismaharini).
Jika ada yang telanjur pulang, setiba di Surabaya harus melapor ke ketua RT yang akan meneruskannya ke RW dan kelurahan. Pengurus RT kemudian harus melaporkan kedatangan warga melalui laman https://lawancovid-19.surabaya.go.id/ agar kondisi bisa dipantau petugas puskesmas. Selanjutnya, warga dimaksud harus menjalani isolasi mandiri selama dua pekan.
”Kami meminta kerja sama penuh seluruh ketua RT, ketua RW, lurah, pengelola apartemen, dan indekos untuk mengikuti aturan ini agar penularan Covid-19 dari luar Surabaya bisa ditekan,” kata Risma di Surabaya, Jawa Timur, Rabu (8/4/2020).
Keluarnya surat edaran itu bisa dimengerti mengingat kasus virus korona tidak menurun, tetapi bertambah. Di Surabaya, kasus warga positif terjangkit diumumkan Selasa (17/3/2020). Tiga pekan kemudian atau hari ini, kasus warga terjangkit menjadi 84 orang, 8 orang di antaranya meninggal. Sebanyak 367 warga menjadi pasien dalam pengawasan (PDP) dan 917 orang berstatus orang dalam pemantauan (ODP)
Di ”Kota Pahlawan”, julukan Surabaya, ada kluster-kluster penularan yang sementara ini telah teridentifikasi. Kluster dimaksud ialah tenaga kesehatan, Asrama Haji Sukolilo, Pasar Kapasan, dan Pusat Grosir Surabaya. Peningkatan jumlah kasus warga positif terjangkit dan munculnya kluster-kluster penularan membuktikan wabah virus korona kian membahayakan keselamatan warga.
Menurut Risma, penularan virus korona harus ditekan, terutama dengan mengurangi pergerakan warga, khususnya dari luar kota. ”Kami meminta warga untuk sementara tidak menerima kunjungan dari kerabat dari luar kota atau luar negeri,” ucapnya.
Koordinator Protokol Komunikasi Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Surabaya Muhammad Fikser mengatakan terus mengevaluasi metode pemeriksaan warga dari luar kota yang melewati 19 akses.
Evaluasi dilakukan agar metode selanjutnya lebih efektif dalam mengurangi kedatangan warga lain, khususnya saat pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang sedang diajukan Wali Kota Surabaya kepada Menteri Kesehatan dipenuhi dan dilaksanakan.
”Sebelumnya, di 19 akses itu, kami menjaga dan menyemproti kendaraan warga dengan disinfektan. Namun, kini, petugas sudah ditarik sambil menunggu hasil evaluasi,” ujar Fikser.
Mengecek warganya
Di Surabaya, pengurus RT benar-benar melaksanakan surat edaran dimaksud. Di Kelurahan Karah, Kecamatan Jambangan, misalnya, kalangan pengurus RT mengecek keberadaan warganya. Yang sedang di luar kota dan telanjur pulang ke Surabaya didata dan diawasi untuk menjalani masa karantina dua pekan.
Pengurus RT di Kelurahan Gunung Anyar Tambak, Kecamatan Gunung Anyar, juga sudah meminta warga melapor jika ada kerabat atau orang yang berkunjung ke rumah. Selain itu, warga juga diminta segera menginformasikan jika ada anggota keluarga yang baru pulang dari luar kota. Salah satu upaya mengurangi mobilitas kendaraan dan orang di RT 004 dan 005 RW 003, pengurus RT memberlakukan pintu masuk dan keluar hanya melalui satu pintu.
Ketua Rumpun Tracing Satgas Covid-19 Jatim Kohar Hari Santoso mengatakan, kedisiplinan masyarakat untuk menahan diri tidak keluar rumah dapat meningkatkan potensi pencegahan penularan virus korona. Orang yang terserang virus korona terkadang tidak memperlihatkan gejala sakit. Di sisi lain, penularan virus korona bisa melalui barang atau benda yang disentuh sehari-hari, antara lain telepon, uang, pintu, dan pakaian.
Untuk itu, karantina atau isolasi oleh warga menjadi penting untuk dilakukan karena menghindari warga secara tidak sadar tertular atau bagi yang terjangkit menulari orang lain. Perilaku hidup bersih dan sehat dengan kerap mencuci tangan dengan sabun dan mengenakan masker selama beraktivitas juga menjadi bagian penting untuk memutus rantai penularan virus korona.