Siasat Mendadak Para Pegiat Wisata Malang karena Wabah Korona
Wabah korona berdampak nyata pada jasa wisata di Kota Batu dan Malang, Jawa Timur. Kegiatan wisata hampir nol.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·3 menit baca
Tidak hanya tempat wisata dan perhotelan yang terdampak oleh Covid-19, tetapi juga pelaku wisata lainnya, termasuk para pemandu wisata atau pramuwisata dan agen perjalanan wisata. Kini, mereka harus banting setir untuk sementara waktu dengan usaha lain.
Order melayani wisatawan mulai sepi sejak Maret. Pada pertengahan Maret, sejumlah pemandu wisata mulai mendengar kabar ada pembatalan kedatangan wisatawan yang kemudian berlanjut sampai sekarang.
”Semua paket wisata macet sehingga otomatis kami (para pramuwisata) tidak bisa jalan karena jasa pramuwisata yang memakai agen travel,” ujar Didik Sulistiyo (39), salah satu pramuwisata di Kota Batu, Jawa Timur, Minggu (5/4/2020).
Didik masih ingat terakhir menemani wisatawan pada 8 Maret lalu. Saat itu ada sekitar 400 siswa salah satu sekolah menengah di Cimahi, Bandung, yang melaksanakan karyawisata ke Malang dan Bromo menggunakan tujuh bus.
Didik juga harus berbesar hati kehilangan enam oder selama Maret-April. Semua batal. Padahal, setiap paket order biasanya memiliki durasi waktu perjalanan tiga hari, masing-masing satu hari di Batu, satu hari di Malang, dan satu hari di Bromo.
”Bulan April ini rencananya saya juga membawa rombongan wisatawan ke Semarang, Jawa Tengah, tetapi batal akibat Covid-19,” ucap lelaki yang juga Dewan Penasihat Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Batu ini.
Hal serupa dialami teman-teman sesama pramuwisata di Batu dan Malang Raya. Di Batu ada sekitar 50 anggota HPI. Sementara di seluruh Malang Raya jumlahnya diperkirakan lebih dari 100 orang, termasuk komunitas lain.
Agar tetap mendapatkan penghasilan, mereka terpaksa banting setir sementara waktu dengan aktivitas lain, seperti berjualan durian, empon-empon dan jamu, hingga menawarkan jasa petugas kebersihan (cleaning service), ataupun membantu menjualkan kavling perumahan.
”Ada teman yang kulak durian di Ngantang (Kabupaten Malang) kemudian dijual ke sesama teman pelaku wisata lewat Whatsapp. Ada juga yang menjual empon-empon dan membuat jamu. Produk itu ditawarkan ke teman untuk membantu ikut menjualkan dengan mengambil untung sedikit,” kata Didik, yang menjadi reseller jamu produk temannya.
Melalui cara seperti itu, para pramuwisata bisa saling menguatkan di antara sesama sambil menunggu kondisi membaik dan virus korona hilang sehingga dunia pariwisata bisa kembali bergeliat.
Senada dengan para pramuwisata, agen perjalanan juga terpukul. Ketua DPC Asosiasi Tour dan Travel Indonesia (Asita) Malang Gagoek Soenar Prawito mengatakan, agen travel juga tiarap. ”Kami menjual tiket perjalanan tidak bisa, paket wisata juga tidak bisa. Wisatawan tidak ada yang datang, tempat wisata libur. Jadi biro perjalanan wisata ya praktis tidak ada kegiatan,” kata Gagoek, yang agen perjalanan wisata miliknya libur sampai April.
Jumlah agen travel wisata di Malang Raya diperkirakan lebih dari 100 buah. Adapun yang tergabung dengan Asita sekitar 20 agen.
Menurut Gagoek, saat ini semua paket wisata tidak ada, termasuk paket wisata terkecil yang melayani skala lokal. ”Hal ini mulai terasa sejak 15 Maret sudah tidak ada transaksi, semua dibatalkan. Apalagi, sekarang wisatawan mancanegara juga tidak boleh transit,” ucapnya.
Sebagai gantinya, untuk sementara waktu banyak agen travel yang juga banting setir dengan berjualan produk pendukung penanggulangan Covid-19, seperti hand sanitizer sampai alat pelindung diri. Mudah-mudahan wabah ini segera berlalu.