Setelah dua kali erupsi pada Jumat (10/4/2020) malam, Gunung Anak Krakatau di Kabupaten Lampung Selatan, Lampung, masih terus mengeluarkan letusan kecil.
Oleh
VINA OKTAVIA
·2 menit baca
BANDAR LAMPUNG, KOMPAS — Setelah dua kali erupsi pada Jumat (10/4/2020) malam, Gunung Anak Krakatau di Kabupaten Lampung Selatan, Lampung, masih terus mengeluarkan letusan kecil, Sabtu (11/4). Hujan abu sampai Pulau Sebesi hingga pesisir Kecamatan Rajabasa. Aroma belerang yang menyengat pun tercium hingga kota Kalianda, ibu kota Lampung Selatan, yang berjarak sekitar 50 kilometer dari gunung api tersebut.
Berdasarkan data Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Kementerian ESDM, hingga Sabtu, periode pukul 06.00-12.00, teramati letusan dengan tinggi kolom asap 200-500 meter dari puncak. Asap berwarna putih, kelabu, dan hitam dengan intensitas sedang hingga tebal. Dari kamera pemantau, letusan juga teramati terus-menerus.
Selain itu, tercatat terjadi 8 kali gempa letusan dengan amplitudo 30-40 milimeter (mm) dengan durasi 16,84-3.937 detik. Selain itu, terjadi juga 2 kali gempa frekuensi rendah, 2 gempa embusan, 1 kali tremor letusan, serta tremor terus-menerus dengan amplitudo 0,5-10 mm.
Kepala Pos Pemantauan Gunung Anak Krakatau (GAK) di Lampung Selatan Andi Suardi mengatakan, aktivitas vulkanik Anak Krakatau yang masih fluktuatif membuat warga di Pulau Sebesi dan Pesisir Kalianda khawatir. Sebagian warga yang rumahnya di pinggir pantai sempat mengungsi ke tempat yang lebih tinggi pada Jumat malam.
Selain hujan abu yang sampai ke Pulau Sebesi dan pesisir Kalianda, bau belerang yang menyengat juga tercium hingga ke kota Kalianda. Pada Sabtu, warga sudah kembali ke rumahnya masing-masing. Aktivitas warga juga sudah kembali normal.
”Nelayan tetap mencari ikan seperti biasa. Tapi, kami tetap waspada dan memantau aktivitas Anak Krakatau,” Kata Rojali, Sekretaris Desa Tejang, Pulau Sebesi, saat dihubungi dari Bandar Lampung, Sabtu.
Anak Krakatau mengalami erupsi pertama pukul 21.58 WIB dengan tinggi kolom abu 200 meter dari atas puncak berwarna kelabu condong ke arah selatan. Erupsi ini terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 40 mm dan durasi sekitar 1 menit 12 detik.
Erupsi kedua terjadi pukul 22.35 WIB dengan tinggi kolom abu 500 meter condong ke arah utara. Erupsi ini terekam dengan amplitudo maksimum 40 mm dan durasi 38 menit 4 detik.
Hingga kini belum ada peningkatan status Anak Krakatau, yakni masih tetap di level II (Waspada). Warga tidak boleh mendekat dalam radius 2 kilometer dari puncak gunung.
Kepala Kesatuan Pengelolaan Hutan Konservasi Kepulauan Krakatau Syarif menuturkan, petugas Balai Konservasi Sumber Daya Alam Bengkulu-Lampung yang memantau kondisi Gunung Anak Krakatau dari Pulau Sebesi mendengar suara gemuruh dari arah Anak Krakatau. Diduga suara itu bersumber dari aktivitas luncuran material vulkanik selama gunung api bergejolak sejak Jumat malam hingga Sabtu siang.