Aksi solidaritas dari komunitas dan individu di Aceh kepada warga terdampak Covid-19 menumbuhkan harapan dan kekuatan melawan pandemi.
Oleh
ZULKARNAINI
·4 menit baca
Aksi solidaritas dari komunitas dan individu kepada warga terdampak Covid-19 menumbuhkan harapan dan kekuatan melawan pandemi. Mereka menggalang derma melalui media sosial, baik berupa uang maupun barang, kemudian menyaluarkan kepada yang membutuhkan. Dalam situasi darurat seperti ini, kerelaan berbagi menunjukkan kita ada.
Danurfan, seorang penjual kopi dari ”Leuser Coffee” di Banda Aceh, Provinsi Aceh, mendonasikan kopi kepada sukarelawan dan tim medis yang menangani pasien Covid-19. Dalam dua bulan, dia telah menyeduh kopi untuk sukarelawan dan tim medis sebanyak 3.445 gelas kopi arabika gayo. Sebagai penjual kopi, dia merasa itu hal yang paling mudah untuk dilakukan.
”Ini bentuk dukungan saya kepada tim medis. Mereka tidak berjuang sendiri, ada warga di belakangnya,” kata Danurfan, Senin (13/4/2020), di Banda Aceh. Atas aksinya itu, Pemprov Aceh memberikan sertifikat penghargaan atas solidaritasnya melawan Covid 19.
Sementara Raihana Diani, seorang warga Aceh, aktivis perempuan, yang kini tinggal di Surabaya, Jawa Timur, menggalang donasi lewat akun media sosialnya. Gerakan ini diberi nama ”Piasan meugang (hiburan meugang)”. Meugang adalah tradisi warga Aceh menyambut Ramadhan dengan memasak beragam masakan berbahan daging.
Raihana khawatir dalam kondisi ekononmi terpuruk seperti saat ini, banyak warga miskin, terutama kepala keluarga perempuan, tidak mampu membeli daging saat meugang. Bagi warga Aceh, melewati meugang tanpa menyantap masakan daging adalah tabu.
Bagi warga Aceh, melewati meugang tanpa menyantap masakan daging adalah tabu.
”Fokus penyaluran bantuan untuk perempuan kepala keluarga (janda). Kami ingin berkontribusi, semoga meringankan beban ekonomi mereka,” kata Raihana.
Raihana mengajak teman-temannya di media sosial Facebook untuk mengisi hari-hari dengan saling menghibur, seperti bernyanyi, membaca puisi, dan melukis. Semua dilakukan secara daring. Setiap donasi yang terkumpul dilaporkan secara berkala di laman akun media sosialnya. Menurut rencana, galang donasi ”Piasan Meugang” itu akan ditutup tiga hari sebelum Ramadhan.
Lain lagi dengan komunitas pekerja seni. Mereka mengumpulkan donasi dari berbagai pihak, kemudian membeli bahan pokok untuk disalurkan kepada pekerja seni yang terdampak pandemi Covid-19.
Ketua Dewan Kesenian Aceh (DKA) Nurmaida menuturkan, bahan pokok yang disalurkan berupa beras, gula, telur ayam, dan minyak goreng. Ada 21 penerima bantuan. Mereka adalah pekerja seni yang ekonominya lemah. ”Semoga sedikit sumbangan dari para pihak meringankan beban mereka,” kata Nurmaida.
Salah seorang pelukis senior, Akmal Senja, juga melelang lukisan karyanya senilai Rp 25 juta. Semua hasil penjualan lukisan itu akan didonasikan untuk warga terdampak Covid-19. Begitu juga dengan Martunis Ronaldo, korban tsunami yang menjadi anak angkat Cristiano Ronaldo, megabintang sepak bola Eropa. Ia melelang jersi bertanda tangan Ronaldo. Hasil lelang didonasikan untuk bantuan.
Ia melelang jersi bertanda tangan Ronaldo.
Ada lagi gerakan dari Yayasan Cahaya Aceh yang diinisiasi oleh Azwir Nazar, mantan Presiden Mahasiswa Indonesia-Turki. Pihaknya sedang menyalurkan paket bahan pokok kepada fakir miskin di pedalaman-pedalaman Aceh. Setiap paket bahan pokok senilai Rp 200.000 merupakan sumbangan dari penderma.
”Penggalangan donasi terus kami lakukan. Kami menginginkan keluarga kurang mampu terdampak Covid 19 dapat menyambut Ramadhan dengan bahagia,” kata Azwir.
Di Banda Aceh, Yayasan Hakka, komunitas non-Muslim Tionghoa, membagikan 15.000 buah masker kain dan 3.400 botol cairan antiseptik pembersih tangan. Mereka berbagi tanpa memandang latar belakang keyakinan dan suku. Covid-19 adalah derita bersama yang harus dihadapi bersama.
Aksi langsung yang dilakukan oleh komunitas dan individu warga adalah bentuk kepedulian sesama. Dalam keadaan darurat, mereka masih sempat berpikir untuk orang lain. Pandemi Covid-19 membuat banyak orang kehilangan pendapatan. Pekerja di sektor informal banyak yang dirumahkan dan pedagang mikro kehilangan pasar.
Pemprov Aceh juga telah menyalurkan bantuan bahan pokok kepada 61.000 lebih penerima. Bahan pokok disalurkan sebulan sekali. Aksi solidaritas yang dilakukan oleh warga telah membantu kerja pemerintah.
Kekuatan Sosial
Dosen Sosiologi Islam Universitas Islam Negeri Ar Raniry, Banda Aceh, Sehat Ihsan, menuturkan, pandemi membuat banyak orang terpuruk. Mereka butuh penopang agar bisa tetap bertahan hidup. Dalam kondisi seperti ini, kemurahan hati orang-orang yang mampu secara materi sangat dibutuhkan. Bagi pejabat publik, inilah saatnya mempertebal kesalehan sosial.
”Pembatasan sosial bukan berarti memutuskan hubungan sosial. Justru dalam situasi ini kita kepedulian sesama harus kita perkuat,” kata Sehat.
Sehat menuturkan, semua agama mengajarkan umatnya untuk saling berbagi. Dalam Islam, misalnya, Nabi Muhammad menyebutkan tidak sempurna iman seseorang jika dia dalam keadaan kenyang, sedangkan tetangga hidup dalam kelaparan.
Aksi solidaritas yang dilakukan banyak komunitas menunjukkan karakter warga bangsa Indonesia saling peduli. Semangat gotong royong masih ada dalam jiwa warga Indonesia. Sehat mengajak semua warga untuk terlibat melawan Covid-19 sesuai dengan kemampuan masing-masing.
Di Aceh, hingga Senin, jumlah orang dalam pemantauan (ODP) telah mencapai 1.373 orang, sementara pasien dalam pengawasan (PDP) 3 orang. Lima pasien positif, empat orang di antaranya dinyatakan sembuh dan satu pasien meninggal.