Penyerapan Ikan di Kota Tegal Turun Selama Pandemi Covid-19
Nelayan hingga pengusaha pengolahan ikan di Kota Tegal mengeluhkan penurunan penyerapan ikan selama pandemi Covid-19. Tutupnya sejumlah industri pengolahan ikan dan terhambatnya akses ke sejumlah daerah jadi alasannya.
Oleh
KRISTI UTAMI
·3 menit baca
TEGAL, KOMPAS — Nelayan, penjual ikan, dan pengusaha pengolahan ikan di Kota Tegal, Jawa Tengah, mengeluhkan penurunan penyerapan ikan selama pandemi Covid-19. Tutupnya sejumlah industri pengolahan ikan dan terhambatnya akses ke sejumlah daerah dinilai menjadi penyebab utamanya.
Data Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Pelabuhan Kota Tegal mencatat, jumlah ikan yang dilelang mencapai 27 ton-30 ton per hari. Sebagian besar ikan tersebut diserap sejumlah perusahaan pengolahan ikan.
Akan tetapi, sejak virus korona jenis baru atau SARS-CoV-2 mewabah, permintaan ikan menurun hingga separuh dari jumlah permintaan biasa. Penurunan permintaan ikan tersebut berakibat pada penyetopan atau pengurangan produksi di perusahaan pengolahan ikan.
”Penyetopan atau pengurangan produksi di pabrik pengolahan ikan membuat serapan terhadap ikan kami ikut menurun. Padahal, jumlah tangkapan kami masih seperti biasanya,” kata Ketua Dewan Pimpinan Cabang Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia Kota Tegal Riswanto, Rabu (15/4/2020).
Melimpahnya stok ikan membuat harga ikan di pasaran anjlok. Rata-rata harga ikan turun hingga Rp 4.000 per kilogram. Nelayan yang biasanya mendapat pemasukan sekitar Rp 200.000 per hari, kini hanya bisa mendapatkan uang Rp 50.000-100.000 per hari. Penurunan pendapatan tersebut mengakibatkan sejumlah nelayan tradisional tidak melaut.
Penurunan pendapatan juga dialami penjual ikan di Kota Tegal. Wati (60), penjual ikan, mengatakan, sebulan belakangan, pendapatannya menurun. Dari pendapatan kotor Rp 2 juta per hari, ia kini hanya mendapat Rp 2 juta per minggu.
”Biasanya, paling sedikit saya bisa menjual 50 kilogram ikan per hari. Sekarang, mau jual 5 kilogram sehari saja susahnya minta ampun,” ujar Wati.
Nurtantio Sony Putro (47), pemilik usaha pengolahan ikan di Kota Tegal dan Kota Pekalongan, mengatakan, permintaan hasil olahan ikan dari sejumlah daerah turun hingga 50 persen. Akibatnya, produktivitas pengolahan ikan di perusahaannya juga diturunkan. Biasanya, perusahaan milik Sony bisa mengolah hingga 60 ton ikan per hari. Kini, mereka hanya mengolah paling banyak 30 ton ikan per hari.
”Jumlah permintaan ikan olahan paling banyak datang dari Jakarta. Karena di Jakarta sedang ada pembatasan sosial berskala besar, akses ke sana juga terhambat,” tutur Sony.
Jumlah permintaan ikan olahan paling banyak datang dari Jakarta. Karena di Jakarta sedang ada pembatasan sosial berskala besar, akses ke sana juga terhambat.
Bantuan
Dinas Kelautan, Perikanan, Pertanian, dan Pangan Kota Tegal mencatat, ada 5.400 nelayan terdampak pandemi Covid-19. Untuk meringankan beban mereka, Pemkot Tegal akan memberi mereka bantuan berupa paket bahan kebutuhan pokok atau sembako.
”Paket sembako yang kami berikan terdiri dari beras, kecap, sarden, dan mi instan. Paket sembako tersebut akan mulai disalurkan pada awal Mei,” kata Kepala Bidang Perikanan dan Kelautan di Dinas Kelautan, Perikanan, Pertanian dan Pangan Kota Tegal Sirat Mardanus.
Sirat menambahkan, paket sembako tersebut akan diberikan sekali. Alasannya, akhir Februari lalu, para nelayan sudah mendapatkan bantuan beras paceklik sebanyak 54 ton. Sebanyak 27 ton bagi nelayan kapal purse seine (pukat cincin), sebanyak 25 ton bagi nelayan kapal cantrang (25 ton), dan nelayan kapal cumi (2 ton).