Jaringan Internet Buruk, Sekolah di Pedalaman Kaltim Tetap Gelar Tatap Muka
Puluhan sekolah di pedalaman Kalimantan Timur kesulitan terapkan pembelajaran daring selama masa pandemi Covid-19 karena keterbatasan akses internet. Pertemuan tatap muka akhirnya dilakukan dengan intensitas terbatas.
Oleh
SUCIPTO
·4 menit baca
BALIKPAPAN, KOMPAS — Puluhan sekolah di empat kabupaten Kalimantan Timur kesulitan menjalankan kegiatan belajar mengajar daring selama masa pandemi Covid-19 akibat terbatasnya akses internet. Pihak sekolah menyiasati dengan berbagai cara, salah satunya dengan mengadakan pertemuan beberapa kali di sekolah agar siswa tetap mendapat pemaparan materi pelajaran.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kalimantan Timur Anwar Sanusi mengatakan, puluhan sekolah itu tersebar di Kabupaten Mahakam Ulu, Kabupaten Berau, Kabupaten Paser, dan Kabupaten Kutai Timur. Beberapa lokasi di daerah itu belum tersentuh jaringan internet yang baik, bahkan ada yang tidak bisa mengakses internet sama sekali.
”Jumlahnya kami belum menghitung, tetapi beberapa wilayah di daerah itu belum tersedia jaringan internet. Ada wilayah yang bisa mengakses TVRI, jadi anak-anak bisa belajar di rumah dari program yang sudah disediakan oleh pemerintah,” kata Anwar di Samarinda ketika dihubungi, Kamis (16/4/2020).
Namun, beberapa wilayah di pelosok Kalimantan Timur ada yang tidak bisa mendapat jaringan TVRI, seperti beberapa desa di Kabupaten Mahakam Ulu karena letaknya di tengah hutan dan di bagian hulu Sungai Mahakam.
Anwar mengatakan, sebelum pandemi Covid-19, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kaltim sudah bekerja sama dengan RRI Samarinda untuk membuat program belajar melalui jaringan radio bertajuk Ibu Pertiwi Memanggil.
Sampai saat ini, rata-rata terdapat 220 pendengar di Kalimantan Timur yang berpartisipasi dalam program itu.
Pada mulanya, program itu ditujukan bagi pelajar tingkat SMA dan SMK. ”Ketika ada pandemi ini, program itu akhirnya kami tujukan untuk pelajar dari SD, SMP, dan SMA,” kata Anwar.
Setiap pukul 11.00-12.00 Wita dari Senin-Jumat, para guru dari berbagai jenjang memberi pemaparan materi belajar. Sampai saat ini, rata-rata terdapat 220 pendengar di Kalimantan Timur yang berpartisipasi dalam program itu.
Meski demikian, beberapa warga di daerah ada yang tidak memiliki radio sekaligus tidak bisa mengakses TVRI. Para guru akhirnya bersiasat di tengah keterbatasan supaya anak didik tetap bisa belajar meskipun dari jarak jauh.
Salah satunya dilakukan SDN 006 Batu Sopang di Desa Rantau Buta, Kecamatan Batu Sopang, Kabupaten Paser. Sekolah itu terletak sekitar 135 kilometer dari Kantor Bupati Paser. Desa Rantau Buta belum teraliri listrik. Masyarakat di sana menggunakan genset kampung untuk penerangan. Sinyal internet pun tak sampai ke desa.
Beberapa warga ada yang tidak memiliki radio sekaligus tidak bisa mengakses TVRI. Para guru akhirnya bersiasat di tengah keterbatasan supaya anak didik tetap bisa belajar meskipun dari jarak jauh.
”Di sana, satu sekolah muridnya hanya enam orang dan tinggal tidak berjauhan. Karena itu, guru bisa bertatap muka dengan murid dan memberi materi beberapa kali dalam seminggu,” kata Kepala Dinas Dikbud Paser Murhariyanto.
Ia mengatakan, siswa, orangtua, dan guru bekerja keras agar bisa belajar jarak jauh. Murhariyanto juga menerima laporan dari dua kepala SMP di Kecamatan Long Ikis terkait sulitnya berkomunikasi dengan orangtua dan siswa saat kegiatan belajar mengajar jarak jauh.
Kecamatan Long Ikis terletak sekitar 70 kilometer dari pusat pemerintahan Kabupaten Paser. Beberapa desa di sana tidak bisa mengakses internet karena lokasinya yang tertutup hutan dan jauh dari pemancar sinyal.
”Akhirnya, siswa dan orangtua berkumpul di tempat-tempat yang bisa mendapatkan akses internet untuk mengumpulkan tugas atau berkomunikasi dengan guru,” kata Murhariyanto.
Di Kabupaten Mahakam Ulu, terdapat 64 sekolah dari SD sampai SMA yang tersebar di lima kecamatan. Hanya Kecamatan Long Bagun yang akses internetnya relatif stabil. Meski demikian, untuk bisa membuat pertemuan daring melalui panggilan video, masih sulit.
Sisanya, Kecamatan Long Hubung, Long Pahangai, Laham, dan Long Apari belum bisa mengakses internet dengan mudah. Beberapa kantor desa memang sudah memiliki layanan internet, tetapi kecepatan jaringannya akan menjadi sangat lambat saat dipakai banyak orang.
”Beberapa kepala SD sudah berkoordinasi dengan kami dan meminta izin untuk bisa melakukan beberapa kali pertemuan di sekolah agar siswa bisa mendapat pemaparan bahan ajar. Kami persilakan karena kondisinya memang sulit,” kata Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Mahakam Ulu Veridiana Helaq.
Beberapa kepala SD sudah berkoordinasi dan minta izin untuk melakukan beberapa kali pertemuan di sekolah agar siswa bisa mendapat pemaparan bahan ajar. (Veridiana Helaq-Kadis Pendidikan dan Kebudayaan Mahakam Ulu)
Veridiana mencontohkan, SDN 03 Long Tuyoq di Kecamatan Long Pahangai. Desa itu terletak di hulu Sungai Mahakam dan letaknya dikelilingi hutan. Dari pusat pemerintahan Kalimantan Timur di Samarinda, butuh waktu hingga 27 jam untuk menuju ke sana menyusuri Sungai Mahakam menggunakan perahu bermesin.
”Kami beruntung siswa kami tinggal di sekitar sekolah, jadi masih mudah berkoordinasi dengan orangtua. Perbedaannya saat pandemi seperti sekarang, siswa ke sekolah dua kali seminggu untuk pemaparan materi dan pemberian tugas,” kata Kepala SDN 03 Long Tuyoq Silvanus Silam Luhat.