Dua Bulan Harus Kirim Sampel ke Jakarta, Sumut Kini Bisa Tes PCR Mandiri
Sumatera Utara akhirnya bisa melakukan uji reaksi berantai polimerase atau PCR untuk Covid-19. Selama dua bulan Covid-19 merebak, Sumut sebelumnya harus mengirim sampel ke Jakarta.
Oleh
NIKSON SINAGA
·3 menit baca
MEDAN, KOMPAS — Sumatera Utara akhirnya bisa melakukan uji reaksi berantai polimerase atau PCR untuk Covid-19. Selama dua bulan Covid-19 merebak, Sumut sebelumnya harus mengirim sampel ke Jakarta. Laboratorium di Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara itu diharapkan bisa mempercepat penanganan pasien Covid-19.
Selama ini, Sumut hanya melakukan uji tes cepat. Selain itu, Sumut juga harus mengirim sampel PCR ke Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kesehatan untuk mendapat konfirmasi yang lebih akurat.
”Laboratorium ini sangat penting mempercepat penelusuran rantai penularan pasien positif Covid-19 di daerah. Pengujian itu juga untuk mengurangi beban kamar isolasi karena pasien negatif tidak perlu diisolasi sampai 14 hari,” kata Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi saat meninjau laboratorium itu, Jumat (17/4/2020).
Pada hari pertama pengoperasiannya, kata Edy, Laboratorium USU sudah menerima 40 sampel pasien dalam pengawasan (PDP) dari berbagai kabupaten dan kota di Sumut. Uji PCR pun ditargetkan bisa selesai paling lama 24 jam. Sumut pun berencana menambah laboratorium di Rumah Sakit Umum Pusat H Adam Malik.
Rektor USU Runtung Sitepu mengatakan, kapasitas pengujian laboratorium sebanyak 120 sampel per hari. Pengujian itu merupakan bagian dari rencana pemerintah pusat yang menargetkan 10.000 uji PCR per hari.
”Kendala saat ini adalah minimnya reagen Covid-19 yang merupakan bahan habis pakai. Saat ini kami hanya punya 830 reagen,” katanya.
Sumut tidak PSBB
Edy mengatakan, Sumut tidak melakukan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) meskipun kasus positif Covid-19 di Sumut sudah mencapai 103 kasus. Penanganan dilakukan dengan menyiapkan rumah sakit rujukan, jaring pengaman sosial, dan penanganan dampak ekonomi. ”Ini adalah strategi yang dilakukan Sumut, bukan PSBB,” kata Edy.
Edy mengatakan, Sumut merealokasi dana hingga lebih dari Rp 1,5 triliun untuk penanganan Covid-19. Penanganan juga dibantu anggaran di kabupaten dan kota. Untuk tahap pertama, Sumut merealokasi Rp 502 miliar. Sebanyak Rp 302 miliar untuk belanja bidang kesehatan, jaring pengaman sosial (Rp 150 miliar), dan penanganan dampak ekonomi (Rp 50 miliar).
”Jika dalam tiga bulan Covid-19 belum bisa selesai, kami akan kembali merealokasi anggaran Rp 500 miliar untuk tahap kedua dan Rp 500 miliar lagi untuk tahap ketiga pada tiga bulan berikutnya,” kata Edy.
Kendala saat ini adalah minimnya reagen Covid-19 yang merupakan bahan habis pakai. Saat ini kami hanya punya 830 reagen.
Hingga saat ini, kata Edy, ada sekitar 21.000 pekerja yang diberhentikan terdampak Covid-19. Para pekerja ini juga, menurut rencana, akan mendapat bantuan kartu prakerja dari pemerintah pusat.
Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Sumut Mayor (Kes) dr Whiko Irwan mengatakan, hingga Jumat (17/4) pukul 17.00, jumlah pasien positif Covid-19 di Sumut mencapai 103 orang. Sebanyak 10 orang di antaranya meninggal dan 12 orang lainnya sembuh.
”Jumlah PDP di Sumut mencapai 144 orang yang dirawat di sejumlah rumah sakit rujukan di Sumut,” katanya. Sebaran pasien Covid-19 paling banyak berada di Medan, Deli Sedang, dan Simalungun.