Pemerintah Kabupaten Solok, Sumatera Barat, mengarantina seratusan perantau yang pulang dari Jakarta dan daerah sekitarnya, Kamis (17/4/2020).
Oleh
YOLA SASTRA
·4 menit baca
PADANG, KOMPAS — Pemerintah Kabupaten Solok, Sumatera Barat, mengarantina seratusan perantau yang pulang dari Jakarta dan daerah sekitarnya, Kamis (17/4/2020). Karantina dilakukan untuk mengurangi risiko penularan Covid-19 oleh perantau kepada keluarga dan tetangga di kampung halaman.
Para perantau warga Nagari Paninggahan dan Muaro Pingai, Kecamatan Junjung Sirih, Kabupaten Solok, itu dikarantina di mes Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Sumbar, Padang. Selama masa karantina, kebutuhan harian para perantau ditanggung oleh Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kabupaten Solok.
”Mereka dikarantina karena pulang dalam rombongan dan dari daerah terjangkit. Karena pulang ramai-ramai, sesuai standarnya harus dikarantina. Adapun perantau yang pulang sendiri-sendiri menjalani isolasi mandiri,” kata Wakil Bupati Solok Yul Fadri Nurdin di Padang, Jumat sore.
Pantauan Kompas, Jumat sore, ada sekitar 60 perantau yang tiba dengan dua bus di tempat karantina. Perantau terdiri atas orang dewasa, remaja, kanak-kanak, hingga anak balita. Diwarnai dengan hujan deras, kedatangan mereka disambut anggota Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kabupaten Solok dan Sumbar.
Menurut Yul, total ada sekitar 114 perantau warga Kabupaten Solok yang datang dari Jakarta dan daerah sekitarnya. Dua bus mengangkut 60 orang sudah datang, sedangkan dua bus mengangkut 54 orang lainnya menyusul 2 jam kemudian.
Yul menjelaskan, para perantau menjalani karantina beberapa hari ke depan. Sembari dikarantina, petugas melakukan tes cepat dan pengambilan sampel usap tenggorokan dan hidung. Jika negatif dan tidak menunjukkan gejala mencurigakan, perantau diperbolehkan pulang. Sementara itu, yang positif akan mendapatkan penanganan lebih lanjut.
Yul melanjutkan, sebenarnya pemkab sudah mengimbau agar para perantau tidak pulang dan melakukan isolasi mandiri di daerah rantau. Sebab, orang yang berasal dari daerah terjangkit berisiko menularkan Covid-19 ke anggota keluarga dan tetangga di kampung halaman.
Meskipun demikan, tetap ada perantau yang pulang sehingga terpaksa dikarantina. Sejauh ini, total sudah 6.000 lebih para perantau yang pulang ke Kabupaten Solok dan menjalani isolasi mandiri.
”Mereka yang dikarantina di sini, ada yang pulang karena takut dengan wabah, ada pula karena faktor ekonomi, dan lain-lain. Sebagian besar mereka bekerja sebagai pedagang,” ujar Yul.
Revido Fernando (19), perantau dari Kota Tangerang, Banten, mengatakan, terpaksa pulang karena tidak ada lagi penghasilan. Hampir sebulan terakhir, usaha konveksi tempat ia bekerja tidak beroperasi karena Pasar Tanah Abang tutup. Usaha konveksi tersebut mengambil bahan baku dan menjual hasil jahitan ke Pasar Tanah Abang.
”Saya tidak bisa lagi kerja, sedangkan pengeluaran ada terus setiap hari. Saya cuma tinggal sendiri di Tangerang, tidak ada sanak saudara. Makanya, saya ambil langkah cepat untuk pulang,” kata Revido, warga Nagari Muaro Pingai.
Revido menambahkan, ketika naik bus, ia tidak tahu-menahu bakal menjalani karantina saat sampai di Sumbar. Ia baru tahu di tengah perjalanan. Meskipun demikian, ia tidak mempermasalahkannya jika karanti memang langkah terbaik untuk semua orang.
Secara terpisah, Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Sumbar Jasman Rizal mengatakan, total Sumbar menyediakan 465 kamar sebagai tempat karantina dan tersebar di Padang, Bukittinggi, Limapuluh Kota, dan lainnya. Tempat karantina berupa mes Pemprov Sumbar ataupun Asrama Haji yang dipinjam.
”Tidak hanya perantau, tempat karantina itu bisa digunakan oleh siapa pun orang dalam pemantauan (ODP) dan pasien dalam pengawasan (PDP). Kamar yang kami sendiakan total 465 kamar, belum termasuk yang disediakan kabupaten/kota,” kata Jasman, yang juga Kepala Biro Humas Pemprov Sumbar.
Pegawai puskesmas
Pemkab Pesisir Selatan mengarantina 58 tenaga medis, paramedis, dan pegawai Puskesmas Taruan, Kecamatan Koto XI Tarusan, sejak Kamis (16/4). Mereka dikarantina karena terjadi transmisi lokal Covid-19 di puskesmas. Puskesmas untuk sementara berhenti beroperasi.
Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Pesisir Selatan Rinaldi mengatakan, transmisi lokal terjadi karena beberapa waktu lalu ada satu petugas di puskesmas itu yang terinfeksi Covid-19. Sebelum diketahui positif, petugas itu sempat berkontak dengan petugas/pegawai lainnya. Orang yang berkontak dicurigai juga telah menularkan Covid-19 ke yang lainnya.
”Sampel usap (tenggorokan dan hidung) mereka sudah diambil semua. Hingga hari ini, ada 18 orang yang hasilnya sudah keluar. Dua terkonfirmasi positif Covid-19, sedangkan sisanya negatif. Dua yang positif itu pegawai puskesmas dan anaknya,” kata Rinaldi.
Menurut Rinaldi, kedua pasien positif itu tidak mengalami gejala klinis. Mereka segera menjalani perawatan di ruang isolasi ke RSUD Dr Muhammad Zein Painan, Pesisir Selatan. Sementara itu, 16 orang yang dinyatakan negatif diperbolehkan pulang.