Terdampak Covid-19, Difabel Tegal Ikut Produksi Masker
Pandemi Covid-19 menggerus pendapatan sejumlah difabel di Kabupaten Tegal, Jateng. Para difabel diberdayakan untuk membuat masker kain untuk meningkatkan pendapatan mereka.
Oleh
KRISTI UTAMI
·3 menit baca
SLAWI, KOMPAS — Perekonomian sejumlah difabel di Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, ikut terpuruk akibat pandemi coronavirus disease 2019 atau Covid-19. Sebagian dari mereka ikut membuat masker kain agar bisa tetap mendapat pemasukan.
Penerapan kebijakan pemerintah terkait pembatasan sosial membuat laju roda perekonomian tersendat. Di Kabupaten Tegal, misalnya, sejumlah perusahaan terpaksa meliburkan karyawannya. Sebagian usaha mikro, kecil, dan menengah juga harus rela kehilangan sebagian pelanggannya.
Keadaan tersebut tidak lantas membuat masyarakat menyerah. Sebagian difabel Kabupaten Tegal, misalnya, mulai bangkit dengan cara memproduksi masker kain yang saat ini banyak dicari masyarakat.
”Sudah dua minggu perusahaan konfeksi tempat saya bekerja memutuskan untuk merumahkan karyawan. Jadi, saya menganggur, tidak dapat pemasukan sama sekali selama dua minggu ini,” kata Rodah (40), difabel asal Desa Banjaran, Kecamatan Adiwerna, Jumat (17/4/2020), di Kantor Difabel Slawi Mandiri, Desa Banjaran, Kecamatan Adiwerna, Kabupaten Tegal, Jateng.
Pada kondisi normal, Rodah mendapatkan upah hingga Rp 300.000 per hari. Semenjak dirumahkan, Rodah hanya mengandalkan uang tabungan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarganya.
Kondisi serupa juga terjadi kepada difabel lain, Rustanto (47) yang sehari-hari bekerja sebagai penjahit. Sebelum pandemi Covid-19, Rustanto mendapatkan hingga 50 pesanan. Namun, sudah sebulan belakangan, hampir tidak ada satu pesanan pun yang diterima Rustanto.
”Kondisinya memang sedang sulit semuanya karena (pandemi) Covid-19 ini. Namun, saya tidak mau berpangku tangan dan tidak berbuat apa-apa,” ujar Rustanto.
Akhir Maret, Rustanto memiliki ide untuk memproduksi masker kain. Rustanto berkonsultasi dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal terkait ukuran dan jenis kain yang memenuhi standar kesehatan. Setelah mendapatkan gambaran terkait prosedur pembuatan masker, Rustanto mulai berbelanja kain dan memproduksi masker.
Hingga saat ini, Rustanto sudah menghasilkan lebih dari 300 lembar masker. Masker tersebut dijual dengan harga Rp 8.000 per lembar kepada sejumlah institusi pemerintahan di Kabupaten Tegal.
Seiring berjalannya waktu, pesanan masker kain yang datang kepada Rustanto semakin banyak. Karena mulai kewalahan, Rustanto menggandeng teman-temannya di Difabel Slawi Mandiri untuk membuat masker kain.
”Hingga saat ini ada sekitar tujuh difabel yang diberdayakan untuk membuat masker kain. Kemampuan produksi kami mencapai 200 masker dalam sehari,” ucap pengurus Difabel Slawi Mandiri, Dede Atmo Pernoto.
Dede mengatakan, ada sekitar 1.600 difabel di Kabupaten Tegal yang terdampak pandemi Covid-19. Sebagian dari difabel terdampak akan diberdayakan untuk memproduksi masker kain. Sebab, jumlah masker yang dihasilkan saat ini dinilai belum bisa memenuhi pesanan dari sejumlah instansi yang menurut Dede jumlahnya tidak terbatas.
Sebelumnya, Pemerintah Kabupaten Tegal memberdayakan belasan penjahit di Desa Banjaran, Kecamatan Adiwerna, untuk memproduksi 2.000 pakaian hazmat. Pakaian hazmat tersebut akan didistribusikan ke rumah sakit yang menangani pasien Covid-19 di Kabupaten Tegal.
”Bahan untuk membuat hazmatnya kami yang memesankan, para penjahit ini tinggal menjahitnya menjadi pakaian hazmat. Sebelum digunakan oleh tenaga medis, pakaian hazmat yang dibuat para penjahit ini akan disterilisasi terlebih dahulu,” kata Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal Hendadi Setiadji.