Para Ibu Dilibatkan Menjadi Sukarelawan Cegah Wabah Korona
Semua elemen masyarakat perlu bergotong royong mencegah penyebaran Covid-19. Di Desa Karangnangka, Banyumas, ibu-ibu dasa wisma digiatkan menjadi sukarelawan gugus tugas pencegahan Covid-19.
Oleh
WILBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
·3 menit baca
PURWOKERTO, KOMPAS — Para ibu Dasa Wisma Desa Karangnangka, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, menjadi ujung tombak pencegahan penyebaran virus korona baru. Para sukarelawan melakukan pendataan mulai dari warga desa yang bepergian, pendatang ataupun pemudik yang berasal dari daerah zona merah, hingga pedagang warung dan pedagang keliling yang kerap masuk-keluar desa.
”Komunikasi dilakukan melalui aplikasi pesan mulai dari grup kecil di tingkat dasa wisma. Kami juga membuat posko dan tempat karantina,” kata Kepala Desa Karangnangka Sunarto saat berdialog dengan Wakil Bupati Banyumas Sadewo Tri Lastiono, di balai desa setempat, seperti dikutip dari siaran pers yang diterima Senin (20/4/2020) malam.
Sunarto mengatakan, desanya belajar dari kasus meninggalnya seorang pasien asal Karangnangka yang menetap di Ciracas, Jakarta, 17 Maret lalu. Pihaknya langsung bersiap, bersinergi dengan semua unsur. Mulai dari tim kesehatan desa, puskesmas, babinsa, perangkat desa, BPD, karang taruna, sampai PKK tingkat dasa wisma sebagai garda paling depan dan sukarelawan.
Komunikasi dilakukan melalui aplikasi pesan mulai dari grup kecil di tingkat dasa wisma. Kami juga membuat posko dan tempat karantina. (Sunarto)
Berbeda dengan desa lain dalam penanganan korona, Desa Karangnangka, Kecamatan Kedungbanteng, ini mengusung konsep ”Jaga Tetangga, Jaga Keluarga” untuk menangani Covid-19. Desa ini membentuk tim relawan lawan Covid-19 secara mandiri. Saat pemerintah daerah membentuk gugus tugas tingkat RT, ibu-ibu PKK di tingkat dasa wisma desa ini justru menjadi garda depan.
”Bukan mengecilkan dari yang lain, kalau menurut saya, gugus tugas tidak langsung ke akar permasalahan. Tapi, kalau sukarelawan tingkat desa ini langsung turun ke bawah. Tokoh agama dan tokoh masyarakat juga mendukung,” katanya.
Wakil Bupati Banyumas Sadewo Tri Lastiono menilai, gugus tugas dengan ujung tombaknya adalah ibu PKK dasa wisma lebih efektif. Selain itu, semua operasional juga berbasis data. ”Nanti saya bahas dul, karena programnya sederhana. Datanya berdasarkan grup WA, input-nya menggunakan Microsoft Excel, jumlah total, tidak ada aplikasi jelimet (rumit). Kalau ini diterapkan di desa-desa bagus sekali,” ucapnya.
Bersinergi
Secara terpisah, Bupati Purbalingga Dyah Hayuning Pratiwi menyampaikan semua langkah dan program dalam penanganan Covid-19 harus saling bersinergi mulai dari tim gugus Covid-19 tingkat kabupaten, kecamatan, desa/kelurahan, hingga ke tingkat RT/RW. ”Untuk mencegah penyebaran Covid-19, pemerintah yang didukung seluruh elemen masyarakat harus bergerak bersama-sama,” kata Pratiwi.
Menurut Pratiwi, sekecil apa pun sumbangsih atau langkah masyarakat dalam upaya menekan penyebaran Covid-19 sangat berharga dan berpengaruh. Seperti halnya, bagi pemudik yang sudah telanjur datang ke Purbalingga, diminta mengarantina diri di rumah masing-masing selama 14 hari.
”Jika ada keluhan kondisi badan atau merasa sakit segera melapor, hal kecil seperti ini bisa dimulai dari diri sendiri,” ujarnya.
Pratiwi mengaku sering menerima laporan, baik melalui Whatsapp (WA) maupun media sosial, masih ada pemudik berstatus ODP dan memakai gelang identitas tetapi masih bepergian. Ini menunjukan, mereka (ODP) tidak menghargai kesehatan diri sendiri, keluarga, dan masyarakat.
”Hal ini saya kemukakan karena dari enam pasien positif Covid-19 hingga Senin, semuanya memiliki mobilisasi dari kota besar episentrum penyebaran Covid-19,” tuturnya.
Pratiwi menegaskan, Pemkab Purbalingga tidak bermaksud untuk memojokkan para pemudik, tetapi seluruh elemen masyarakat hendaknya bekerja sama untuk mencegah penyebaran Covid-19. Untuk itu, ia mengimbau agar masyarakat mematuhi imbauan pemerintah, mulai dari memakai masker ketika berada di luar rumah, menjaga jarak (social distancing), dan tetap di rumah jika tidak ada kepentingan yang mendesak. ”Untuk beribadah sementara di rumah saja dulu, seperti sudah disampaikan oleh tokoh agama dan pemerintah,” ujarnya.