Warga dan petani di sejumlah wilayah di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, mulai menyiapkan stok pangan secara mandiri dengan menanam komoditas tanaman pangan. Mereka khawatir masa pandemi akan memicu krisis pangan.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·3 menit baca
MAGELANG, KOMPAS — Warga dan petani di sejumlah desa di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, mulai menyiapkan stok pangan secara mandiri karena mulai khawatir terjadi krisis pangan akibat pandemi Covid-19. Selain mengintensifkan penanaman tanaman pangan, beberapa desa mulai menghimpun bahan pangan dan menempatkannya dalam lumbung.
Riyadi (43), petani Desa Banyusidi, Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang, mengatakan, pada musim tanam kali ini, dia beralih komoditas tanam dari biasanya tembakau menjadi aneka tanaman pangan, seperti singkong dan ragam jenis umbi-umbian lain. Hal ini dilakukan karena dia sangat khawatir wabah Covid-19 ini memicu krisis pangan.
”Pada kondisi saat ini, hal terpenting yang bisa dilakukan adalah dengan menanam apa saja yang bisa dimakan,” ujarnya, Rabu (22/4/2020). Ia juga mengajak rekan dan anggota keluarganya melakukan hal serupa.
Menanam tanaman pangan, menurut dia, adalah cara petani untuk mengantisipasi kemungkinan terburuk krisis pangan akibat pandemi Covid-19. Selain umbi-umbian, Riyadi juga akan menanami 3.000 meter persegi lahan miliknya dengan aneka tanaman sayuran.
Saat ini, menurut Riyadi, banyak petani di Desa Banyusidi tidak lagi bergairah menanam tembakau. Mereka khawatir, saat kondisi memburuk, pabrik rokok justru mengurangi volume pembelian secara signifikan.
Pantauan Kompas di Desa Legoksari, Kecamatan Tlogomulyo, salah satu sentra tembakau di Kabupaten Temanggung, mayoritas petani masih menanam tembakau. Namun, di sela-sela tanamannya, kebanyakan petani menanam beraneka tanaman pangan, seperti jagung dan kacang merah.
”Di tengah kondisi seperti sekarang, tidak ada lagi petani yang berani hanya menerapkan sistem pertanian monokultur dengan menanam tembakau saja. Semua petani sudah mulai mengantisipasi krisis pangan dengan menanam aneka tanaman pangan,” ujar perangkat Desa Legoksari, Sutopo.
Jagung akan diolah menjadi tepung, yang nantinya bisa diolah menjadi nasi jagung. Sebagai pelengkap, banyak petani juga menanam aneka sayur mayur.
Oleh warga, lanjut Sutopo, jagung akan diolah menjadi tepung, yang nantinya bisa diolah menjadi nasi jagung. Sebagai pelengkap, banyak petani juga menanam aneka sayur mayur, sebagai lauk untuk nasi jagung mereka.
Adapun di Desa Windusari, Kecamatan Windusari, upaya menyiapkan stok bahan pangan dilakukan Pemerintah Desa Windusari dengan menghimpun kebutuhan sejumlah bahan pokok dalam lumbung. Bahan pangan yang disediakan meliputi mi instan, telur, dan beras.
Koordinator Posko Induk Covid-19 di Desa Windusari, Bety Kurniawati, mengatakan, bantuan pangan tersebut nantinya akan diberikan kepada 760 keluarga, yang merupakan kelompok masyarakat miskin, keluarga non-aparatur sipil negara (ASN), keluarga non-TNI/Polri, non-penerima bantuan pangan nontunai (BPNT) dan non-peserta Program Keluarga Harapan (PKH).
Kepala Perum Bulog Cabang Kedu Titov Agus Sabelia mengatakan, saat ini, Bulog memiliki stok beras sebanyak 6.000 ton. Hingga Mei mendatang, stok dipastikan akan terus bertambah karena saat ini sebagian besar wilayah Kedu sudah memasuki musim panen padi.
Perum Bulog Cabang Kedu membawahkan satu kota dan lima kabupaten, yaitu Kabupaten Temanggung, Wonosobo, Kebumen, Purworejo, dan Kota serta Kabupaten Magelang.
Stok beras yang tersedia saat ini, menurut dia, bisa dimanfaatkan berbagai pihak yang ingin memberikan bantuan pangan bagi warga lain di sekitarnya. ”Tidak hanya beras, kami pun bisa membantu penyediaan bahan pangan untuk bantuan, seperti terigu, telur, dan minyak goreng,” ujarnya.
Hingga Rabu (22/4), Perum Bulog Cabang Kedu sudah menyalurkan sedikitnya 200 paket bantuan sesuai permintaan dari dua perusahaan di wilayah Kedu. Paket bantuan tersebut disalurkan perusahaan kepada para karyawannya.