Tiga Siswa Salah Satu Pesantren di Magetan yang Tiba di Sintang Reaktif
Sebanyak 40 santri di sebuah pesantren di Kabupaten Magetan, Jawa Timur, menjalani tes cepat di Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat. Tiga orang dinyatakan reaktif.
Oleh
EMANUEL EDI SAPUTRA
·4 menit baca
PONTIANAK, KOMPAS — Sebanyak 40 santri di sebuah pesantren di Kabupaten Magetan, Jawa Timur, menjalani tes cepat di Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat. Tiga orang dinyatakan reaktif.
Para santri itu pulang dari Magetan ke Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat, dalam kurun waktu beberapa hari terakhir. ”Saat tiba di Sintang, mereka sudah menyebar di rumah masing-masing. Saya lupa persisnya jadwal mereka tiba di Sintang. Mereka didata dan kami panggil ke Dinas Kesehatan Kabupaten Sintang untuk tes cepat. Tiga orang reaktif,” ujar Kapala Dinas Kesehatan Kabupaten Sintang Harysinto Linoh, Jumat (24/4/2020).
Tiga orang yang reaktif sekarang sudah diisolasi di tempat yang telah disediakan Pemerintah Kabupaten Sintang. Usap tenggorokan juga sudah dilakukan untuk tiga santri itu dan dikirim ke laboratorium untuk pemeriksaan lebih lanjut.
”Sementara itu, sisanya yang nonreaktif diminta mengisolasi diri di rumah secara mandiri. Kami terus mencari siapa saja siswa yang baru tiba dari Magetan. Diperkirakan masih ada lagi yang sudah tiba di Sintang,” ungkap Harysinto.
Selain santri yang pulang ke Sintang, ada juga pengajar dari pesantren di Magetan yang kembali ke Kabupaten Mempawah, Kalbar. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalbar Harisson menuturkan, WN (37) beralamat di Kabupaten Mempawah juga baru tiba dari Magetan. Dia mengajar di salah satu pesantren di Magetan. Namun, akhirnya karena terlalu sibuk pada bisnis yang ditekuninya, dia tidak lagi mengajar di situ.
Kami tidak menolak siapa pun yang datang, tetapi silakan ikuti protokol yang telah ditetapkan pemerintah. (Andreas)
WN diuji usap di Magetan dan dinyatakan positif. Ia tertular Covid-19 dari pemilik rumah sewa yang ia tempati saat itu. WN pun diam-diam pulang ke Mempawah. Dia berangkat dari Surabaya, Jawa Timur, ke Pontianak menggunakan Citilink pada 16 April, lalu ke Mempawah.
WN kini sudah diisolasi di Rumah Sakit Rubini Mempawah. Para santri pondok pesantren yang kontak dengan WN juga akan diperiksa. Dinas Kesehatan Kabupaten Mempawah akan melakukan tes cepat untuk keluarga WN dan juga santri-santri dari Magelang yang belum diuji Covid-19.
Penutupan jalan
Kabar kepulangan santri dari Magetan membuat warga Sintang waspada. Jalan di Dusun Tanah Putih, Kecamatan Sepauk, Sintang, misalnya sempat ditutup sejumlah perwakilan organisasi kemasyarakatan yang khawatir dengan isu Covid-19. Mereka menebang pohon di tepi jalan untuk menutup jalan tersebut pada Jumat pukul 09.00.
Andreas, koordinator aksi tersebut, menuturkan, aksi tersebut digelar setelah pihaknya mengetahui bahwa ada 100 orang yang datang dari Magetan. Dari angkat itu baru 40 orang yang ditemukan Gugus Tugas Covid-19 Sintang.
”Artinya mereka yang pulang dari Magetan tidak menggunakan protokol kesehatan dari pemerintah. Kami tidak menolak siapa pun yang datang, tetapi silakan ikuti protokol yang telah ditetapkan pemerintah. Apalagi, di Magetan terpapar Covid-19,” kata Andreas.
Kekhawatiran itu membuat warga menutup jalan. Mereka menganggap Covid-19 bukan hal remeh. Di sejumlah negara banyak yang meninggal karena Covid-19.
”Tujuan kami menutup jalan itu supaya pemerintah tahu bahwa ada kelengahan. Padahal, pemerintah pusat sudah mengucurkan triliunan rupiah dana penanganan Covid-19. Namun, posko di perbatasan wilayah saja tidak ada,” kata Andreas.
Menurut Andreas, posko pengawasan pendatang justru berada di dalam kota. Sementara, mereka yang datang dari Magetan tidak langsung ke kota, ada yang langsung ke kampung-kampung. Mereka tidak melaksanakan standar protokol dengan melapor kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Sintang. Andreas pun mendesak Gugus Tugas untuk proaktif mencari pada pendatang. Pihaknya pun siap membantu jika diperlukan.
Jalan yang sempat ditutup itu, akhirnya kembali dibuka pada pukul 15.00 seusai warga bersepakat dengan Gugus Tugas Covid-19 Sintang bahwa Gugus Tugas akan mendirikan posko dengan pemeriksaan kesehatan di batas daerah.
Direktur Lalu Lintas Kepolisian Daerah Kalbar Komisaris Besar Asep Akbar, menuturkan, Polda Kalbar menyiagakan 807 personel dalam operasi ketupat tahun ini. Operasi ini akan berfokus pada larangan mudik, memberikan rasa aman kepada masyarakat yang menjalankan ibadah puasa dan menciptakan situasi kondusif selama Lebaran.
Operasi ketupat berlangsung 37 hari selama Puasa dan Lebaran. Nanti akan ada lokasi pemeriksaan. Lokasinya ditentukan setiap kepolisian resor yang sifatnya menyesuaikan dengan daerah masing-masing.
Aparat akan mengimbau masyarakat untuk tidak mudik, memastikan apakah penumpang kendaraan menggunakan masker atau tidak. Selain itu, memastikan masyarakat menjaga jarak. Penumpang di kendaraan harus menjaga jarak.