Terjadi Transmisi Lokal, Pelacakan di Karawang Kian Sulit
Pemkab Karawang kesulitan melacak riwayat pasien Covid-19 karena telah terjadi transmisi lokal. Sumber penularan yang susah diketahui berpotensi meningkatkan jumlah orang yang terinfeksi Covid-19.
Oleh
MELATI MEWANGI
·3 menit baca
KARAWANG, KOMPAS — Pemerintah Kabupaten Karawang, Jawa Barat, kesulitan melacak riwayat pasien Covid-19 karena telah terjadi transmisi lokal atau penularan antarorang di dalam daerah. Sumber penularan yang susah diketahui berpotensi meningkatkan jumlah orang yang terinfeksi Covid-19.
Juru bicara Tim Gugus Tugas Percepatan dan Penanganan Covid-19 Karawang Fitra Hergyana, Minggu (26/4/2020), mengatakan, ada warga yang terinfeksi Covid -19 di 22 kecamatan dari 30 kecamatan yang ada di Karawang. Artinya, hampir 80 persen wilayah Kabupaten Karawang sudah menjadi daerah yang rawan terpapar penyakit tersebut.
Bahkan, kata Fitra, ada beberapa pasien positif Covid-19 yang merupakan pedagang makanan keliling, penjual sayur, dan tukang jahit. Semakin banyak orang yang ditemui penderita, maka waktu yang dibutuhkan tim satgas melacak riwayat pertemuan semakin lama.
”Tidak mudah mencari sumber penularan karena mereka (penderita) banyak bertemu orang yang tidak dikenalnya (pembeli) dalam sehari,” ucap Fitra.
Lebih lanjut, Fitra mengatakan, ”Kami bukan ingin menakut-nakuti, melainkan mengingatkan kepada masyarakat agar jangan meremehkan. Gunakan masker, lakukan social distancing, tidak nongkrong, dan kurangi aktivitas di luar rumah.”
Dalam sepekan terakhir, peningkatan jumlah kasus positif Covid-19 di Karawang mencapai 12 orang. Pada Senin (20/4/2020), tercatat ada 66 orang positif Covid-19. Kini, jumlahnya menjadi 88 orang positif terjangkit virus tersebut, 51 orang di antaranya masih dirawat, 31 orang dinyatakan sembuh, dan 6 orang meninggal.
Mayoritas pasien yang meninggal memiliki penyakit penyerta (komorbid), yakni jantung dan hipertensi. Kondisi pasien yang terinfeksi dapat semakin parah jika ada riwayat komorbid dan telah berusia lanjut.
Menurut Fitra, dalam menekan penyebaran itu, pihaknya harus berpacu dengan waktu, terlebih dengan munculnya transmisi lokal pada beberapa kasus. Keterbatasan alat uji juga membuat Pemkab Karawang melakukan pengadaan alat uji polymerase chain reaction (PCR) di daerahnya sendiri.
Semakin lama hasil tes keluar, semakin banyak kemungkinan penyebaran virus korona baru itu. Kondisi itu menghambat gugus tugas dalam menangani pasien dan melakukan pelacakan di daerah. Kini, alat itu berada di Rumah Sakit Khusus Paru Karawang dan mampu mengolah 90 sampel spesimen dengan durasi 4,5 jam.
Per hari ini, ada 10 pasien sembuh yang tengah menjalani masa isolasi pascaperawatan di Balai Latihan Kerja (BLK) Dinas Ketenagakerjaan dan Transmigrasi (Disnakertrans) Karawang. Mereka bakal menjalani isolasi selama satu minggu di BLK dan dipantau kondisinya oleh tim medis dari dinas kesehatan.
Bupati Karawang Cellica Nurrachadiana meminta agar masyarakat tetap tinggal di rumah, berperilaku hidup sehat, dan memakai masker saat pergi ke luar. Ia mengaku miris karena banyak warga yang masih menyepelekan pentingnya tinggal di rumah. Bahkan, para petugas harus turun tangan melakukan sweeping untuk membubarkan kerumunan. Dengan diam di rumah, masyarakat membantu pemerintah dan tenaga medis dalam memutus rantai penyebaran penyakit.
Pengalaman Cellica hendaknya bisa menjadi contoh bahwa siapa pun, kapan pun, dan dimana pun bisa tertular Covid-19. ”Pengorbanan mereka yang diam di rumah jika dibandingkan dengan kami yang harus dirawat tidak ada apa-apanya. Selain rasa takut dan cemas, kami tidak bisa ke mana-mana dan bertemu dengan keluarga. Kesehatan adalah yang utama, mereka harus bersyukur dengan itu,” ujar Cellica.