Kendati transmisi virus korona baru penyebab Covid-19 di Maluku terus menjalar, kesadaran masyarakat untuk menjaga jarak masih minim.
Oleh
FRANS PATI HERIN
·3 menit baca
AMBON, KOMPAS — Kendati transmisi virus korona baru penyebab Covid-19 di Maluku terus menjalar, kesadaran masyarakat untuk menjaga jarak masih minim. Di sejumlah tempat umum, warga berjubel tanpa memperhatikan jarak aman sehingga membuka ruang penularan virus tersebut. Diperlukan pengaturan jarak di areal publik.
Menurut pantauan Kompas di ruang mesin anjungan tunai mandiri (ATM) sebuah kantor cabang bank di Jalan Diponegoro, Ambon, Senin (27/4/2020), lebih dari 10 orang berada dalam ruangan dengan panjang 4 meter dan lebar 3 meter itu. Para nasabah berdesakan mengantre di dalamnya. Jarak di antara mereka kurang dari 50 sentimeter.
Seharusnya pihak bank membuat sistem antrean berjarak biar lebih aman.
Sejumlah nasabah yang melihat kondisi itu memilih tidak masuk ke dalam ruang ATM. ”Seharusnya pihak bank membuat sistem antrean berjarak biar lebih aman. Ini sebagai bentuk perlindungan terhadap para nasabah dari bahaya Covid-19,” kata Jopie Muskita (43), salah satu nasabah bank itu.
Kondisi serupa juga terlihat di hampir semua ruangan mesin ATM di Ambon, terutama yang berada di dalam kompleks kantor cabang, yang belum memberlakukan antrean berjarak. Nasabah menumpuk di dalam ruangan sempit. Sistem antrean berjarak dan pemeriksaan suhu tubuh hanya berlaku bagi nasabah yang masuk ke dalam kantor.
Jopie mengatakan, antrean bakal semakin padat pada awal bulan mendatang di mana para pegawai menerima gaji. Ia berharap agar pihak bank menerapkan sistem antrean berjarak di ATM. ”Jika pihak bank tidak melakukan itu, mungkin dari pemerintah, khususnya Gugus Tugas Covid-19, bisa langsung tangani. Ini berbahaya sekali,” katanya.
Selain di bank, kumpulan warga juga terlihat di tempat penjualan takjil atau jajanan berbuka puasa di Jalan Sultan Babullah dan Jalan Jenderal Sudirman. Para pembeli berdesakan, bahkan banyak di antara mereka membawa anak kecil. Di tengah kerumunan itu, masih ada warga yang tidak mengenakan masker.
Lebih dari 50 tempat jualan berjejer dalam jarak 60 meter. ”Kami ingin tempat menjual takjil dibuat berjarak agar tidak terjadi penumpukan. Kalau bisa, penjual berjejer sepanjang Jalan AY Patty agar lebih longgar. Kami mau pindah kalau diminta pemerintah. Ini demi keselamatan kita semua,” kata Tasya (26), mahasiswa pascasarjana di Ambon yang mengisi liburan dengan berjualan kue.
Menurut dia, mereka tetap berjualan demi melayani orang-orang yang tidak menyiapkan makanan berbuka di rumah. Kesempatan tersebut juga untuk mengais rezeki meski pendapatan yang diperoleh jauh lebih rendah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Total dalam dua hari terakhir, ia mendapat Rp 150.000. Tahun lalu, dalam sehari, ia bisa mendapat Rp 500.000.
Kaji PSBB
Sekretaris Daerah Maluku Kasrul Selang mengatakan, pemerintah sedang mengkaji opsi pembatasan sosial berskala besar (PSBB) untuk Kota Ambon. Dalam keterangan pers di kantor Gubernur Maluku pada Senin petang, Kasrul tidak merinci alasan rencana PSBB itu. Ia hanya menjelaskan, transmisi lokal yang sudah terjadi mendorong perlunya pembatasan tersebut.
Menurut data Gugus Tugas Covid-19 Provinsi Maluku, hingga Senin, jumlah kasus positif Covid-19 di Maluku sebanyak 22. Dari jumlah itu, 11 pasien positif Covid-19 di antaranya sudah sembuh, sedangkan angka kematian nihil.
Pasien positif tersebar di Kota Ambon, Kabupaten Maluku Tengah, Buru, dan Buru Selatan. Jumlah pasien dalam pengawasan sebanyak 19 orang dan orang dalam pemantauan sebanyak 69.
Saat ini, akses masuk penumpang dari luar Maluku sudah ditutup. Pesawat tak lagi beroperasi dan kapal hanya diperbolehkan mengangkut barang. Penerbangan dari Ambon ke sejumlah kabupaten/kota juga sudah dihentikan. ”Kasus positif yang baru muncul ini ditularkan oleh penderita yang sudah ada di sini,” kata Kasrul.