Tes Cepat Reaktif, Dua Pekerja Industri Nikel di Morowali Dirawat
Dua pekerja perusahaan pengelola kawasan industri di Morowali, Sulteng, menunjukkan hasil reaktif pemeriksaan cepat Covid-19. Organisasi buruh setempat mendesak pemerintah meminta perusahaan menyetop aktivitas industri.
Oleh
VIDELIS JEMALI
·3 menit baca
PALU, KOMPAS — Dua karyawan perusahaan pengelola kawasan industri nikel di Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah, menunjukkan hasil reaktif tes cepat Covid-19. Sebagai langkah antisipatif, mereka saat ini dirawat di rumah sakit setempat.
Kepala Dinas Kesehatan Morowali Ashar Maruf mengatakan, ada dua karyawan PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) yang mendapatkan hasil reaktif berdasarkan tes cepat (rapid test) Covid-19. Selain itu, seorang anggota keluarga dari salah satu karyawan juga menunjukkan reaksi sama. Di luar ketiganya, satu warga Morowali memiliki hasil pemeriksaan serupa.
Namun, hasil reaktif itu perlu dikonfirmasi dengan pemeriksaan sampel usap tenggorok (swab). ”Kami sudah kirim spesimen swabke Makassar, Sulawesi Selatan,” kata Ashar saat dihubungi dari Palu, Sulteng, Senin (27/4/2020).
Pemeriksaan cepat biasanya mendeteksi virus di dalam tubuh manusia. Jika hasil menunjukkan reaktif, berarti ada virus di dalam tubuh orang bersangkutan. Jika negatif, artinya tak ada virus. Alat itu mendeteksi semua jenis virus di dalam tubuh manusia. Untuk memastikan apakah itu virus korona baru penyebab Covid-19, pemeriksaan sampel usap dibutuhkan.
Ashar menambahkan, sampel usap keempat orang tersebut dikirim ke Makassar pada Minggu (26/4/2020). Berdasarkan informasi, pihak laboratorium di Makassar telah menerima sampel tersebut, Senin pagi. Ia berharap tidak banyak sampel yang antre untuk diperiksa di Makassar.
Berdasarkan data Minggu (26/4/2020), konfirmasi positif Covid-19 di Sulteng mencapai 36 kasus, tiga di antaranya di Morowali. Kasus berpotensi bertambah karena ada 46 pasien dalam pengawasan yang hasil pemeriksaan laboratoriumnya masih ditunggu.
Kasus berpotensi bertambah karena ada 46 pasien dalam pengawasan yang hasil pemeriksaan laboratoriumnya masih ditunggu.
Terkait hasil pemeriksaan cepat itu, Juru Bicara PT IMIP Dedy Kurniawan mengatakan, dirinya tak berkomentar dulu. Hal itu menjadi tanggung jawab tim Gugus Tugas Covid-19 Morowali.
Namun, ia memastikan aktivitas di kawasan perusahaan masih normal dengan mengikuti protokol kesehatan, seperti pemakaian masker dan menjaga jarak saat diadakan arahan singkat (briefing) pagi sebelum bekerja.
Pada akhir Januari 2020, saat Covid-19 masih merebak di China yang merupakan negara asal penyakit menular itu, PT IMIP telah menerapkan pencegahan. Langkah yang dilakukan, menghentikan perekrutan pekerja asal ”Negeri Tirai Bambu” itu hingga pemeriksaan kesehatan dan suhu tubuh karyawan.
Dari total 43.000 pekerja, tenaga kerja asal China di PT IMIP sekitar 5.000 orang. Perusahaan tersebut mengelola kawasan industri yang cukup luas dengan 11 perusahaan pengolah nikel di dalamnya.
Dihubungi secara terpisah, Ketua Front Nasional Perjuangan Buruh Indonesia (FNPBI) Sulawesi Tengah Abdul Wahyudin meminta PT IMIP menghentikan sementara aktivitas produksi hingga situasi benar-benar kondusif dari penyebaran Covid-19. Ia mendesak Pemerintah Provinsi Sulteng berani mengusulkan hal itu ke pemerintah pusat untuk menyelamatkan ribuan karyawan yang hingga kini masih beraktivitas seperti biasa.
”Ini bentuk kerja sama dan tanggung jawab perusahaan terhadap negara di tengah pandemi. Jika putusan itu diambil, pekerja tetap diberi jaminan upah,” katanya.