Karya Seni untuk Berbagi dan Menginspirasi
Industri seni rupa, seperti banyak bidang lain, termasuk sektor yang terdampak pandemi Covid-19. Saat roda peradaban melambat, sebagian seniman tak lantas berpangku tangan.
Industri seni rupa, seperti banyak bidang lain, termasuk sektor yang terdampak pandemi Covid-19. Saat roda peradaban melambat, sebagian seniman tak lantas berpangku tangan. Marwah seni terus dijaga untuk berbagi dan menginspirasi.
Elisabet Wahyu Ajar Wulan (28) semringah begitu menerima gaji April pada 24 April lalu. Bukan untuk membeli berbagai barang dan memenuhi kebutuhan, perawat rumah sakit swasta di Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta, itu gembira karena akan mendonasikan penuh gajinya guna membantu sesama yang lebih membutuhkan saat ini.
”Tidak perlu ragu untuk menyumbang. Orang lain kesusahan, saya tetap bisa memenuhi kebutuhan dengan uang tabungan,” ujar Elisabet, warga Desa Podosoko, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Sabtu (25/4/2020).
Kebetulan, Elisabet mengetahui ada program unik ”Barter untuk Darurat Pangan” yang digagas Ismanto (52), seniman lukis asal Desa Sengi, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang. Gajinya pun didermakan utuh untuk program tersebut.
Tidak perlu ragu untuk menyumbang.
Dalam program Barter untuk Darurat Pangan, setiap lukisan dan patung karya Ismanto ditawarkan kepada pencinta seni untuk ditukar dengan bahan pangan ataupun uang yang nantinya akan dipakai untuk membeli makanan. Bahan pangan ini selanjutnya diberikan kepada warga yang kesulitan ekonomi karena terdampak pandemi.
Dalam sistem barter ini, pencinta seni atau siapa pun yang ingin terlibat biasanya akan melihat dulu karya Ismanto yang akan dibarter. Elisabet sendiri sebenarnya tak terlalu risau donasinya akan ditukar dengan karya apa. Dia murni hanya ingin ikut berkontribusi dalam aksi kemanusiaan ini.
”Saya diberi tahu sumbangan saya akan ditukar dengan lukisan. Namun, lukisan dengan obyek apa dan dilukis di atas kanvas ukuran berapa saya belum tahu,” ujarnya.
Baca juga : Sesama Seniman Galang Solidaritas Atasi Dampak Covid-19
Elisabet yang bertugas di instalasi gawat darurat (IGD) rumah sakit mengaku kerap ikut menangani orang dalam pemantauan dan pasien dalam pengawasan. Dia pun sedih setiap mengikuti perkembangan pasien yang sakit dan akhirnya meninggal.
”Saya juga prihatin melihat keluarga pasien hanya bisa menunggu dan gelisah menunggu perkembangan kondisi pasien. Bahkan, dampak pandemi ini juga menyebabkan banyak orang, termasuk di lingkungan saya, kehilangan pekerjaan,” tuturnya.
Elisabet sebenarnya sudah tergerak menyumbang sejak sebulan lalu. Namun, keinginan itu ditunda karena merasa belum menemukan tujuan yang tepat untuk menyalurkan donasi. Setelah mendengar gagasan Ismanto yang memang sudah dikenalnya baik, ia memilih mendonasikan uangnya lewat Ismanto.
Baca juga : Membantu Pekerja Seni yang Terdampak Pandemi Covid-19
Sama-sama terimbas
Ismanto menuturkan, sebagai seniman, ia tergerak untuk ikut berkontribusi mengatasi dampak pandemi di sektor ekonomi walau kondisi pegiat seni seperti dirinya sebenarnya sama-sama terimbas. Semula, ada tujuh lukisan dan empat patung yang disiapkannya melalui program Barter untuk Darurat Pangan. Seiring waktu, dia terus menambah karya lukisan dan patung.
Ismanto mulai mengunggah tawaran barter ini di media sosial pada 16 April. Tak disangka, hal ini mendapat respons baik dari sejumlah kolektor seni yang menjadi pencinta dan pelanggan karyanya dari berbagai penjuru Nusantara.
Dari unggahan itu, lima lukisan sudah dibarter dan dikirim ke Solo, Jakarta, dan Magelang. Satu orang peminat asal Jakarta bahkan berminat membarter dua lukisan.
Dari lima lukisan tersebut, satu lukisan dibarter dengan beras yang siap diambil di Solo. Adapun empat lukisan lainnya dibarter dengan uang. Peminat empat lukisan itu memilih memberikan uang karena tidak mau repot membelanjakan barang.
Sesuai komitmen awal, Ismanto kemudian membelanjakan uang tersebut untuk membeli bahan pangan, seperti beras, minyak goreng, gula pasir, mi instan, dan tepung terigu. Semua bahan pangan dibagikan kepada warga yang kesulitan ekonomi karena kehilangan pekerjaan atau mengalami penurunan pendapatan selama pandemi. Penyaluran bantuan akan dilakukan di sejumlah tempat, termasuk di desanya sendiri.
Namun, Ismanto mengaku sudah siap dan ikhlas menghadapi kondisi darurat ini. Dia mencoba memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan memakai uang tabungan.
Aksi sosial ini bukan yang pertama kali diinisiasi Ismanto. Sebelumnya, dia pernah melakukan gerakan kemanusiaan serupa dengan membantu menyalurkan bantuan bagi warga terdampak erupsi Gunung Merapi tahun 2010.
Baca juga : Siapkan Skema Jaring Pengaman Pekerja Seni dan Budaya Saat Wabah Covid-19
Ismanto sudah puluhan tahun menggeluti seni. Karya patung dan lukisannya telah tersebar, dibeli para kolektor seni dari berbagai penjuru Nusantara dan dunia, dari Italia hingga Hawaii (Amerika Serikat). Harga karya lukisan dan patungnya biasa dibanderol hingga ratusan juta rupiah.
Meskipun demikian, sebagai seniman, pandemi saat ini ikut memukul Ismanto. Satu ajang pameran lukisan yang melibatkan karyanya batal dilaksanakan. Dia pun kini minim pesanan. Namun, Ismanto mengaku sudah siap dan ikhlas menghadapi kondisi darurat ini. Dia mencoba memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan memakai uang tabungan.
Namun, Ismanto tetap bersemangat menjalankan misinya. Dia pun memastikan akan mengerahkan segenap daya untuk memenuhi permintaan barter. Bahkan, jika permintaan barter lukisan dan patung semakin ramai, dia akan melibatkan anak dan menantunya yang juga perupa serta pematung untuk ikut menambah karya.
Menyumbang di tengah kondisi diri sendiri juga sedang diterpa krisis jelas tak mudah. Ismedi (44), seniman asal Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, mengakui, anjloknya kunjungan wisatawan di kawasan Borobudur membuat dirinya sepi pelanggan.
Jika biasanya sering dikunjungi atau dikontak para pencinta seni, saat pandemi ini dia harus proaktif menghubungi kolektor seni serta pelanggannya, baik domestik maupun mancanegara. Namun, respons mereka tak sesuai harapan. Minat membeli lukisan turun karena banyak orang memprioritaskan kebutuhan lain yang lebih mendesak, yakni kesehatan dan pangan.
”Saya harus maklum, dalam situasi seperti ini, produk seni menyangkut kebutuhan nomor sekian,” ujar Ismedi.
Namun, Ismedi tak ingin membiarkan roh seni dalam dirinya mati. Dia tetap berkarya secara kreatif dan reflektif. Untuk media cat, dia tak melulu memakai akrilik. Dia berinovasi, melukis menggunakan bahan rempah-rempah seperti kunyit dan temulawak. Dua jenis empon-empon ini belakangan kembali terkenal sebagai bahan baku jamu untuk meningkatkan daya tahan tubuh pada masa penularan virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19.
Dia pun berencana menawarkan lukisan berbahan cat rempah-rempah ini dengan harga promo senilai Rp 7 juta, jauh di bawah harga lukisan akrilik yang biasa dibuatnya berkisar Rp 12 juta hingga Rp 13 juta. Ini menjadi caranya berempati, menumpahkan kegelisahan, sekaligus bertahan.
Ismedi mengaku masih harus memenuhi kebutuhan rumah tangga setelah istrinya baru saja menjadi korban pemutusan hubungan kerja dan anak mereka pun masih usia balita. Saat ini, dia telah menyusun rencana menghadapi situasi terburuk, di mana nantinya saat wabah terus berlanjut dan permintaan karya seni kian sepi, dia akan bertani cabai bersama istri dan mertua.
Beralih profesi
Ketua Kelompok Seniman Borobudur Indonesia (KSBI) 15 Umar Chusaeni mengatakan, situasi pandemi saat ini memang menyulitkan kehidupan siapa pun, termasuk pelaku seni. Bahkan, karena sulit mendapatkan penghasilan dari seni, sekitar 20 seniman anggota KSBI kini terpaksa beralih profesi. ”Saat ini, banyak seniman lukis beralih menjadi petani dan sebagian lain ada yang menjadi pedagang alat pertanian,” ujarnya.
Kondisi yang tak kondusif pun membuat KSBI membatalkan empat ajang pameran, dari April hingga Agustus. Adapun agenda seni yang terjadwal pada September hingga Desember masih menunggu perkembangan.
Batalnya ajang pameran serta sepinya kunjungan wisatawan ke kawasan Borobudur membuat permintaan lukisan ikut terimbas. Pasalnya, selama ini, 80 persen peminat lukisan para seniman kawasan Borobudur berasal dari wisatawan asing.
Umar mengatakan, sejauh ini beberapa komunitas seniman telah menggelar acara pameran dalam jaringan (daring). Namun, kebanyakan tidak lagi berpikir untuk meraup keuntungan pribadi. Banyak agenda pameran dilakukan untuk kepentingan donasi.
Dalam ajang pameran seperti ini, 50 persen hingga 70 persen dari harga lukisan dipotong dan disisihkan untuk donasi. Sudah satu kali terlibat untuk berdonasi, Umar kembali akan ikut menyumbangkan dua karyanya untuk pameran dengan tujuan serupa pada Mei mendatang.
Selain untuk kepedulian dan kepentingan menyumbang kepada sesama, Umar mengatakan, pameran daring dengan tujuan donasi dirasakan tetap perlu bagi seniman untuk menjaga eksistensi di bidang seni.
Bersama warga yang dibantu, seniman juga tetap ingin berseru bahwa mereka tetap masih bisa bertahan, berdaya di tengah pandemi, dengan caranya masing-masing.