Ketersediaan Reagen untuk Pemeriksaan Covid-19 di Kupang Mendesak
Spesimen seorang pasien dalam pengawasan yang meninggal di RSUD Yohannes, Kupang, dikirim ke Jakarta untuk diperiksa. Hal ini karena laboratorium NTT belum memiliki kit reagen untuk penelitian sampel usap.
Oleh
Kornelis Kewa Ama
·3 menit baca
KUPANG, KOMPAS — Spesimen seorang pasien dalam pengawasan yang meninggal di RSUD Yohannes Kupang, Nusa Tenggara Timur, dikirim ke Jakarta untuk diperiksa. Belum tersedianya kit reagen pemeriksaan sampel usap di laboratorium NTT dinilai menyulitkan dan membuat deteksi penyebaran Covid-19 lambat.
Juru Bicara Gugus Tugas Penanganan Covid-19 NTT Marius Jelamu di Kupang, Senin (27/4/2020) pukul 22.00 Wita, membantah beredarnya informasi melalui media sosial mengenai seorang PDP meninggal di RSUD Yohannes Kupang karena positif Covid-19. Menurut dia, pasien yang bersangkutan sudah cukup lama menderita beberapa jenis penyakit.
”Ia berstatus PDP dikirim dari Kabupaten Kupang. Pasien itu mengalami sakit TBC dan pneumonia parah. Jenazah pasien bersangkutan dimakamkan sesuai protokol Covid-19 untuk mencegah hal yang tidak diinginkan. Spesimen pasien berupa swab telah dikirim ke Jakarta untuk diperiksa,” kata Jelamu.
Sampai hari ini, pemeriksaan spesimen Covid-19 di NTT mesti dikirim ke Jakarta dan Surabaya karena NTT belum memiliki kit reagen meski laboratorium dan tenaga pemeriksa sudah siap. Pesawat Hercules milik TNI AD yang tiba di Bandara Kupang, Senin kemarin, belum membawa bahan tersebut.
Jika kit reagen sudah tiba di Kupang, lanjut Jelamu, pemeriksaan spesimen sampel usap tenggorok (swab) tidak perlu dikirim lagi. Dengan begitu, hasil pemeriksaan dapat diketahui lebih cepat.
Menjawab keraguan sejumlah pihak yang disampaikan di media sosial soal kasus Covid-19 di NTT yang saat ini kembali berada di angka nol, Jelamu mengatakan, pemerintah provinsi tidak pernah merekayasa kasus Covid-19 di NTT.
”Pemprov bekerja serius dan sungguh-sungguh sesuai protokol Covid-19 untuk mencegah penyebaran kasus ini di masyarakat. Sosialisasi pencegahan Covid-19 tetap berjalan dari tingkat provinsi sampai ke desa, RT, dan RW,” tuturnya
Hasil penelusuran tim medis terhadap sejumlah orang yang berkomunikasi atau kontak fisik dengan pasien Covid-19 pertama di NTT, semuanya negatif.
Jelamu mengatakan, hasil penelusuran tim medis terhadap sejumlah orang yang berkomunikasi atau kontak fisik dengan pasien Covid-19 pertama di NTT, semuanya negatif. Demikian pula, warga NTT yang sempat bertemu dengan delapan warga Timor Leste yang dinyatakan positif Covid-19.
”Gugus Tugas mengimbau masyarakat agar tetap menjalani protokol Kementerian Kesehatan, yakni tetap tinggal di rumah, jika keluar rumah mengenakan masker, menjaga jarak fisik satu dengan yang lain, dan sering berjemur badan di panas matahari. Mencegah itu jauh lebih baik daripada mengobati,” kata Jelamu.
Sementara itu, Direktur Yayasan Lingkar Insani NTT Mery Ime mengatakan, sebagian masyarakat mempertanyakan pemanfaatan 7.200 alat rapid test yang dikirim pemerintah pusat dan bantuan dari sejumlah lembaga bagi pemeriksaan ODP dan PDP di NTT. Sebab, hingga kini, Gugus Tugas Covid-19 NTT tidak pernah mengumumkan hasil uji cepat yang dilakukan terhadap ratusan orang di sejumlah kabupaten/kota.
”Ketika para bupati mengumumkan hasil reaktif rapid test pada pekan kedua bulan April, tiba-tiba mendapat teguran keras dari gubernur. Mereka dilarang mengumumkan hasil rapid test. Sekarang semua hasil rapid test didiamkan. Pemprov menilai rapid test tidak ada manfaatnya, kecuali tes PCR saja,” kata Ime.
Namun, ODP dan PDP yang menjalani rapid test di kabupaten/kota tidak diikuti dengan pemeriksaan spesimen melalui PCR.
Padahal, peran rapid test cukup penting untuk penapisan awal penularan virus korona (SARS-CoV-2) penyebab Covid-19. Tes ini merupakan teknik pengujian keberadaan antibodi terhadap serangan kuman di dalam tubuh. Meski demikian, hasil rapid test tak bisa digunakan untuk mengonfirmasi keberadaan atau ketiadaan infeksi virus korona di dalam tubuh. Sebagai lanjutannya, hasil reaktif diikuti dengan tes swab dengan metode reaksi rantai polimerase (PCR).
Menurut Ime, sampai hari ini, pemprov hanya mengirim 75 sampel spesimen ke Jakarta dan Surabaya dari total penduduk NTT 5,4 juta jiwa. Spesimen yang dikirim sebagian besar dari 13 rumah sakit rujukan di NTT dengan status ODP dan PDP. Namun, ODP dan PDP yang menjalani rapid test di kabupaten/kota tidak diikuti dengan pemeriksaan spesimen melalui PCR.