Harga bawang merah di sejumlah pasar di pantai utara Jawa Tengah melonjak dua kali lipat jadi Rp 40.000 per kg seiring berkurangnya pasokan dua bulan terakhir. Meski tinggi, petani tak menikmatinya karena panen anjlok.
Oleh
KRISTI UTAMI
·3 menit baca
BREBES, KOMPAS — Harga bawang merah di sejumlah wilayah di pesisir pantai utara bagian barat Jawa Tengah terus naik hingga mencapai Rp 48.000 per kilogram dua bulan terakhir. Kenaikan harga terjadi seiring berkurangnya pasokan dari petani.
Pada pertengahan Februari 2020, harga bawang merah sekitar Rp 20.677 per kilogram (kg) hingga Rp 30.000 per kg. Gejolak harga bawang merah mulai terjadi pada pertengahan Maret 2020. Ketika itu, harga bawang naik dari Rp 30.000 per kg menjadi Rp 40.000 per kg.
Di Kabupaten Tegal, harga bawang merah mencapai Rp 48.000 per kg pekan ini. ”Biasanya saya mendapat pasokan sekitar 2 ton bawang merah per minggu. Sekarang paling banyak dapat (pasokan) 8 kuintal. Harga sudah naik sejak tingkat petani,” kata Wahyudi (35), pedagang Pasar Pepedan, Kecamatan Dukuhturi, Kabupaten Tegal, Selasa (28/4/2020).
Sutikno (43), petani bawang merah asal Desa Krasak, Kecamatan Brebes, Kabupaten Brebes, mengatakan, harga bawang merah di tingkat petani saat ini berkisar Rp 25.000-Rp 30.000 per kg. Kendati harga relatif tinggi, para petani tidak bisa mendapat keuntungan dari kenaikan harga tersebut. Sebab, produktivitas bawang merah mereka merosot tajam dihantam cuaca yang tak menentu.
”Seharusnya akhir April atau awal Mei nanti kami bisa panen. Akan tetapi, hujan deras yang belakangan sering turun membuat tanaman bawang merah kami busuk dan mudah terserang hama,” ujar Sutikno.
Pada kondisi normal lahan bawang merah seluas 2.500 meter persegi milik Sutikno bisa menghasilkan hingga 2 ton bawang merah. Kini, Sutikno hanya bisa memanen sekitar 5 kuintal.
Derita Sutikno belum berakhir. Sutikno masih harus mengeluarkan biaya tambahan untuk membeli fungisida agar tanamannya bisa tetap hidup. Meski sudah melakukan sejumlah upaya untuk mempertahankan tanaman, Sutikno masih tetap merugi.
”Modal yang sudah saya keluarkan sejak awal hingga saat ini sudah sekitar Rp 17,5 juta. Hasil panen saya sebanyak 5 kuintal itu kalau dijual dengan harga sekarang paling banyak dapat Rp 15 juta,” tuturnya.
Luas menurun
Secara terpisah, Ketua Asosiasi Bawang Merah Indonesia Juwari mengatakan, penurunan pasokan bawang merah ke pasaran terjadi di hampir semua daerah. Hal itu disebabkan turunnya jumlah petani yang menanam dan menurunnya luas lahan tanam bawang merah.
Dalam situasi normal, kata Juwari, luasan lahan tanaman bawang merah di Brebes sekitar 2.000 hektar per bulan. Pada musim tanam Maret, luasan lahan tanam bawang merah hanya sekitar 800 hektar per bulan. Sebab, sebagian besar petani bawang merah memilih menanam padi pada musim tanam tersebut.
”Selain luasan lahan tanam yang berkurang, hasil panennya juga berkurang drastis dari 12 ton per hektar menjadi 5-6 ton per hektar. Hal itu disebabkan oleh cuaca buruk," kata Juwari.
Juwari mengatakan, kondisi akan kembali normal pada awal Mei. Petani bawang merah di beberapa daerah seperti Kendal dan Demak (Jateng) serta Bima (Nusa Tenggara Barat) akan panen raya. Suplai bawang dari panen raya di lahan seluas 5.000 hektar yang ada di NTB, menurut Juwari, bisa menstabilkan harga bawang merah.