Pembelajaran Jarak Jauh di Sumsel Terkendala Jaringan dan Perangkat
Sejumlah sekolah di Sumatera Selatan masih terkendala jaringan dan perangkat untuk melakukan belajar daring. Kondisi ini diantisipasi dengan mendatangi langsung siswa.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·3 menit baca
Jaringan akses internet dan kurangnya perangkat gawai menjadi permasalahan utama dalam kegiatan belajar-mengajar secara daring di Sumatera Selatan. Hal ini terjadi di beberapa kabupaten di Sumsel, terutama di daerah terpencil. Sejumlah cara dilakukan untuk mengantisipasinya, termasuk memberikan tugas secara langsung dengan tetap menerapkan skema jaga jarak.
Endang Saputra, guru mata pelajaran Bahasa Inggris di SMP Negeri 1 Ujan Mas, Kabupaten Muara Enim, Rabu (29/4/2020), menuturkan, sejak 27 Maret 2020, proses belajar-mengajar di sekolah itu sudah menggunakan sistem daring. Prosesnya menggunakan dua cara, yakni menggunakan aplikasi media sosial dan aplikasi untuk pertemuan. Dalam aplikasi tersebut, semua siswa yang dia ajarkan bisa turut berpartisipasi.
Hanya saja, dalam pelaksanaannya, dia menemukan sejumlah kendala, mulai dari keterbatasan sinyal dan ada siswa yang tidak memiliki perangkat gawai yang memadai. Endang menyatakan, ada lima murid di kelasnya yang tinggal di kawasan yang memiliki keterbatasan sinyal, yakni di Desa Guci dan Desa Ulak Bandung, Kecamatan Ujan Mas.
Di sana, siswanya harus mencari sinyal hingga ke atas pohon atau pergi ke pinggir sungai untuk mendapatkan sinyal yang memadai. Tidak hanya itu, bagi siswa yang tidak memiliki perangkat android, dirinya mengimbau para siswa untuk ikut dengan temannya yang memiliki perangkat yang mendukung. ”Memang ini agak merepotkan, tetapi hal ini harus dilakukan agar kegiatan belajar-mengajar tetap berlangsung,” ujarnya.
Di sisi lain, ketika pertama kali menggunakan aplikasi, sejumlah siswa bahkan beberapa guru, kata Endang, membutuhkan waktu hingga tiga hari untuk memahami pengoperasiannya. ”Namun, setelah beberapa kali pelaksanaan, kami dan siswa sudah terbiasa,” ujar Endang. Endang memaklumi kondisi siswa yang berada di dalam keterbatasan. Menurut dia, di tengah wabah, tentu semua kemungkinan harus dilakukan.
Kepala Dinas Pendidikan Sumsel Riza Pahlevi mengungkapkan, keterbatasan jaringan tidak hanya terjadi di Muara Enim, tetapi di beberapa daerah di Sumsel. Hal ini karena dari segi persiapan tidak optimal lantaran wabah ini datang tiba-tiba.
Sejumlah upaya sudah dilakukan. Salah satunya dengan menggunakan siaran pendidikan dari TVRI untuk kegiatan belajar-mengajar. Hanya saja ada daerah yang tidak mendapatkan sinyal sama sekali.
Dalam kondisi tersebut, ujar Riza, satu-satunya jalan adalah dengan memberikan tugas ataupun ujian secara langsung. Tentu dengan tetap memperhatikan skema jaga jarak (physical distancing).
Menurut dia, sebagus apa pun aplikasi yang digunakan untuk proses belajar-mengajar, tetap lebih baik proses belajar-mengajar secara langsung (pertemuan guru dan siswa). ”Namun, karena saat ini kita masih ada dalam pandemi Covid-19, ini merupakan satu-satunya pilihan agar pelajaran terus berlanjut,” katanya.
Beruntung, kata Riza, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tidak lagi memperhitungkan terkait kesesuaian kurikulum lantaran cara ini adalah solusi untuk memutus penyebaran Covid-19, terutama antara guru dan murid.
Di Sumsel sendiri, kata Riza, penetapan belajar di rumah sudah dua kali dilakukan. ”Ini karena pandemi Covid-19 di Sumsel masih terjadi hingga saat ini,” katanya. Setidaknya ada 460 sekolah di Sumsel setingkat SMA dan SMK yang harus menjalani proses belajar-mengajar di rumah.
Untuk mengatasi permasalahan yang ada, ujar Riza, dirinya berharap agar pihak sekolah dapat mengelola dana bantuan operasional sekolah dan bantuan siswa miskin untuk membantu mereka yang mengalami kesulitan dalam mengakses program belajar-mengajar secara daring.