Siswa di Pulau-pulau Terluar Sulit Ikuti Pembelajaran Jarak Jauh
Sebagian siswa di wilayah perbatasan, Natuna, Kepulauan Riau, sulit mengikuti pembelajaran jarak jauh karena aliran listrik dan jangkauan sinyal internet belum merata.
Oleh
PANDU WIYOGA
·2 menit baca
Sebagian siswa di wilayah perbatasan, Natuna, Kepulauan Riau, sulit mengikuti pembelajaran jarak jauh karena aliran listrik dan jangkauan sinyal internet belum merata. Para pengajar dan warga berharap pemerintah pusat segera merealisasikan program membangun dari pinggir agar persoalan cepat teratasi.
Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Natuna Suherman, Rabu (29/4/2020), mengatakan, kendala terparah pembelajaran jarak jauh dialami siswa di Kecamatan Pulau Tiga Barat. Di sana, listrik tidak mengalir pada siang hari sehingga mereka tidak bisa mengikuti program belajar dari rumah yang disiarkan TVRI pada pukul 08.00 hingga pukul 14.30.
Belajar dari rumah sudah diterapkan semua sekolah di Natuna sejak 20 Maret. ”Bahkan, kami sudah mencobanya pada awal Februari saat ada Natuna jadi tempat observasi WNI dari Wuhan, China. Kami sangat mendukung kebijakan belajar jarak jauh, tetapi kendalanya masih banyak,” kata Suherman saat dihubungi dari Batam.
Kepala SMP Negeri 1 Pulau Tiga Barat Reni Merlina mengatakan, selain tidak mendapat aliran listrik pada siang hari, sinyal internet juga belum merata. Akibatnya, sering kali siswa harus mendatangi rumah guru untuk mengambil dan mengembalikan tugas.
”Jumlah siswa ada 105 orang. Mereka tersebar di empat desa yang dua di antaranya belum bisa menikmati sinyal internet. Merekalah yang masih harus bertemu guru untuk mengambil tugas belajar,” ujar Reni.
Menurut Camat Pulau Tiga Barat Idris, persoalan listrik itu sudah berkali-kali diungkapkan kepada pejabat dari pemerintah pusat ketika mereka berkunjung ke pulau itu, tetapi belum juga ada perbaikan. ”Kami merupakan kecamatan terakhir dari 15 kecamatan di Natuna yang belum mendapat aliran listrik selama 24 jam,” ujarnya.
Kendala belajar jarak jauh juga dialami siswa di Pulau Laut yang merupakan pulau berpenghuni paling utara di Natuna. Di sana, anak-anak harus berkumpul di kantor desa atau area publik lainnya seperti pelabuhan agar bisa mendapat akses internet lewat Wi-Fi.
”Siaran TVRI juga enggak sampai ke sini. Saya sudah suruh orang untuk memutar antena, tetapi tetap enggak dapat. Padahal, program belajar dari rumah di TVRI sebetulnya sangat membantu,” kata Kepala SMP Negeri 1 Pulau Laut Duna.
Camat Pulau Laut Tabrani menyatakan, sinyal internet yang hilang timbul jadi pekerjaan rumah yang dari dulu diselesaikan. Penyedia jasa komunikasi enggan menambah jangkauan pelayanan karena jumlah penduduk di pulau itu hanya sedikit.
Di tengah keterbatasan itu, Suherman meminta guru dan orangtua lebih sering berkomunikasi mencari jalan terbaik agar siswa dapat lebih nyaman belajar di rumah. ”Kita belum tahu sampai kapan wabah ini berlangsung. Untuk itu, orangtua harus rela hati membantu tugas guru agar siswa tetap termotivasi belajar,” ujarnya.