Sejumlah tenaga pengajar menilai proses belajar di rumah saat ini belum efektif karena terbentur sejumlah kendala. Guru mesti mengupayakan segala kreativitas dalam mengajar.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·4 menit baca
Beragam cara dilakukan oleh guru untuk menyampaikan materi ajar kepada muridnya di tengah ancaman pandemi Covid 19 di Sumatera Selatan, termasuk dengan menggunakan fasilitas daring. Hanya saja, cara ini tidak seefektif pertemuan secara langsung.
Kepala SD Negeri 238 Palembang Niswaini Corie, Jumat (1/5/2020), menerangkan, sejak 17 Maret 2020, berdasarkan aturan pemerintah, dirinya sudah menginstruksikan semua wali murid, siswa, dan guru untuk melakukan proses belajar-mengajar di rumah secara daring. ”Namun, sampai saat ini, proses pembelajaran hanya melalui pengawasan dari grup Whatsapp, belum menggunakan aplikasi lainnya,” katanya.
Itu karena sekolah ini berdiri di kawasan dengan jaringan internet labil. Proses belajar-mengajar menggunakan skema memberi tugas atau dengan menyaksikan siaran pendidikan yang ditayangkan oleh TVRI. ”Setiap guru punya kewajiban untuk mengawasi murid-muridnya dan memastikan semua anak mendapatkan akses pendidikan yang baik,” katanya.
Caranya, setiap orangtua murid harus mengirimkan foto atau video yang memperlihatkan anak sedang mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru di sekolah atau menyaksikan tayangan pendidikan. ”Hanya cara ini yang bisa kami lakukan di tengah keterbatasan,” katanya.
Dia mengakui saat ini tetap saja sulit untuk mengawasi murid secara optimal lantaran jumlah guru tidak sebanding dengan jumlah murid.
Dia mengakui saat ini tetap saja sulit untuk mengawasi murid secara optimal lantaran jumlah guru tidak sebanding dengan jumlah murid. Ada 13 guru yang mengajar di sekolah ini dengan jumlah murid mencapai 580 siswa. Tentu pengawasan tidak akan optimal seperti saat di sekolah.
Namun, di tengah pandemi, semua cara harus dilakukan. Menurut Niswaini, cara ajar dengan pertemuan langsung antara guru dan murid adalah cara terbaik untuk mentransfer materi ajar.
”Dengan sistem daring, daya serap murid pada materi yang diajarkan kurang dari 70 persen, sedangkan dengan bertemu langsung, daya serap siswa terhadap materi yang diajarjan bisa mencapai 90 persen,” katanya.
Bahkan, menurut Niswaini, akibat pandemi ini, target bahan ajar tidak tercapai. ”Kita tertinggal 5-10 persen dari target penyampaian bahan ajar yang sudah ditetapkan,” katanya. Beruntung, sebelum pandemi ini merebak di Sumsel, pihaknya sudah memberikan pelajaran tambahan kepada siswa kelas VI. ”Ini sebagai persiapan menuju ujian,” katanya.
Sebenarnya, murid-murid juga ingin untuk kembali belajar di sekolah. ”Mereka ingin bertemu teman-temannya di sekolah,” kata NIswaini.
Dirinya pun memiliki ide agar ada pertemuan secara langsung di sekolah bisa dilaksanakan ketika kondisi di Palembang sudah membaik. Tentu dengan mengatur jadwal pelajaran agar hanya beberapa anak yang datang ke sekolah sehingga skema jaga jarak masih bisa diterapkan. Hanya saja, ujar Niswaini, untuk saat ini, skema itu tidak bisa dilakukan karena jumlah warga positif Covid-19 di Palembang masih terus bertambah.
Per Jumat (1/5/2020), ada 156 warga Sumsel yang terkonfirmasi positif Covid-19. Dari jumlah tersebut, 88 orang di antaranya warga Palembang.
Claudia Junierta Tambunan, seorang guru di sekolah dasar swasta di Palembang, mengatakan, sekolahnya telah menggunakan beragam aplikasi sebagai media ajar, seperti Whatsapp, Power Point, Google Form, dan Google Meet. Keempat aplikasi ini digunakan sesuai kondisi yang terjadi.
Hanya saja, dirinya menemukan sejumlah kendala. Salah satunya banyak orangtua yang tidak bisa mendampingi anaknya belajar karena beragam kesibukan. Di sisi lain, mereka tidak bisa memberikan akses internet begitu saja kepada anak sehingga akses internet pun terbatas. Hal ini membuat proses belajar-mengajar di rumah agak terhambat.
Padahal, di sekolah tempatnya mengajar, proses belajar-mengajar cukup panjang, yakni dari pukul 09.00 hingga pukul 14.00 untuk kelas 3-6. Adapun untuk kelas 1 dan 2, waktu belajar mulai pukul 09.00-12.30. Menurut dia, sistem belajar daring tidak akan seefektif seperti pertemuan di kelas. ”Terkadang, saat mengajar, guru harus memperhatikan ekspersi murid. Dari sana kita tahu apakah mereka sudah mengerti atau belum akan bahan ajar yang kita sampaikan. Dengan daring, hal itu sulit dilakukan,” kata Claudia.
Dibutuhkan kreativitas
Kepala Dinas Pendidikan Sumatera Selatan Riza Pahlevi mengatakan, kreativitas guru dalam menyampaikan bahan ajar sangat dibutuhkan. Hasilnnya tidak sebaik saat mengajar di kelas. ”Secangih-canggih apa pun aplikasi yang digunakan untuk mengajar, pertemuan secara langsung antara murid dan guru adalah metode ajar yang paling efektif,” katanya.
Namun, ini harus dilakukan di tengah situasi pandemi seperti ini. Sejumlah anggaran pun disiapkan untuk mendukung para tenaga pengajar dalam menyampaikan materi, yakni melalui bantuan operasional sekolah. ”Saya berharap agar pandemi ini segera berakhir sehingga siswa dapat belajar seperti biasa,” ujar Riza.
Sebelumnya, Mendikbud Nadiem Makarim melalui Surat Edaran Kemendikbud Nomor 4 Tahun 2020 sebenarnya telah menegaskan bahwa guru/sekolah tidak perlu terbebani tuntutan menuntaskan capaian kurikulum untuk kenaikan kelas ataupun kelulusan. Pembelajaran lebih untuk memberi pengalaman belajar yang bermakna dengan fokus pada pendidikan kecakapan hidup.