Putus Penularan dari Kluster Pabrik Rokok di Surabaya
Untuk memutus rantai penularan Covid-19 dari kluster pabrik rokok di Surabaya, Pemkot Surabaya melakukan tes usap terhadap 123 karyawan dan meminta 476 orang lainnya melakukan isolasi mandiri.
Oleh
IQBAL BASYARI
·5 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Sebanyak 476 orang yang pernah melakukan kontak dengan dua pasien positif Covid-19 yang meninggal dari kluster pabrik rokok HM Sampoerna Tbk di Rungkut, Surabaya, diminta untuk melakukan karantina mandiri selama 14 hari. Adapun 123 karyawan dengan hasil tes cepat menunjukkan positif telah melaksanakan tes usap tenggorokan (swab).
Koordinator Protokol Kesehatan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Surabaya Febria Rachmanita, di Surabaya, Sabtu (2/5/2020) mengatakan, pihaknya telah melakukan penelusuran kontak terhadap dua karyawan pabrik rokok yang meninggal dua pekan lalu akibat Covid-19. ”Penelusuran kontak menjadi langkah awal untuk memutus rantai penularan ke orang lain,” katanya.
Dari penelurusan kontak dua pasien tersebut, tim dari Dinas Kesehatan Kota Surabaya melakukan tes cepat Covid-19 terhadap seluruh karyawan yang bekerja di pabrik tersebut. Ada 506 pekerja yang melakukan tes cepat Covid-19 dan hasilnya 123 orang positif. Karyawan dengan hasil tes cepat positif itu diminta melakukan isolasi di hotel.
Penelusuran kontak menjadi langkah awal untuk memutus rantai penularan ke orang lain.
Tim kemudian melakukan tes usap terhadap 123 orang tersebut secara bertahap dan berakhir pada Sabtu ini. Dari hasil sementara terhadap 48 orang yang melakukan tes usap, sebanyak 30 orang positif Covid-19 dan 18 orang negatif.
Hasil pemeriksaan terhadap 75 orang lainnya akan segera diketahui dalam waktu dekat. Dengan demikian, dari kluster itu ada 32 orang positif dan dua orang di antaranya meninggal.
”Setelah mendapatkan bantuan reagent kit dari Kementerian Kesehatan, pemeriksaan tes swab menjadi lebih cepat dari yang sebelumnya hanya enam sampel per hari,” ujarnya.
Febria mengatakan, tim telah mendapatkan 100 tempat tidur di sejumlah rumah sakit rujukan Covid-19 di Surabaya untuk merawat pasien positif dari kluster pabrik rokok tersebut. Mereka pun bisa mendapatkan perawatan yang lebih baik di rumah sakit agar segera sembuh.
476 orang diawasi
Selain merawat pasien positif, Dinas Kesehatan Kota Surabaya juga mengawasi 476 orang, terdiri dari karyawan lain dan keluarga pasien positif yang masuk kategori orang tanpa gejala (OTG) dari kluster tersebut. Mereka diminta melakukan isolasi mandiri selama 14 hari. Kondisi mereka akan dipantau petugas dari puskesmas dan mendapatkan makanan agar tidak keluar rumah selama masa isolasi.
”Kami meminta bantuan pengurus RT dan RW setempat agar keluarga pasien positif yang tersebar di 14 kelurahan tidak dikucilkan oleh tetangga sekitar,” ucap Febria.
Dia menyebutkan, kluster pabrik rokok berasal dari transmisi lokal di perusahaan. Pada awalnya, ada dua karyawan positif dan masuk kategori pasien dalam pengawasan (PDP) yang berbohong kepada atasan dan nekat tetap bekarja. Akhirnya kedua pasien tersebut menularkan ke rekan kerja.
Wakil Koordinator Hubungan Masyarakat Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Surabaya Muhammad Fikser mengatakan, dua pasien positif yang telah meninggal itu pertama kali diketahui memeriksakan diri ke klinik perusahaan pada 2 April 2020. Setelah diperiksa, pasien tersebut tetap bekerja seperti biasanya.
Seminggu berselang, 9 April, keduanya menunjukkan gejala lebih berat, lalu dirawat di rumah sakit dan menjalani tes usap pada 13 April. Pasien itu kemudian dirujuk ke rumah sakit rujukan Covid-19 pada 15 April yang kemudian meninggal sehari kemudian.
”Sejak 16 April, kami telah meminta karyawan melakukan isolasi mandiri dan pabrik akhirnya ditutup total pada 27 April 2020 atau satu hari sebelum pelaksanaan PSBB (pembatasan sosial berskala besar). Tim juga terus melakukan penyemprotan cairan disinfektan di area pabrik,” tutur Fikser.
Penelusuran kontak
Direktur PT HM Sampoerna Tbk Elvira Lianita, dalam siaran pers tertulis yang diterima Kompas, menegaskan bekerja sama dengan Pemerintah Kota Surabaya dalam melakukan penelusuran kontak yang melakukan kontak langsung ataupun tidak langsung dari pasien positif di pabrik tersebut.
Pasien yang melakukan kontak langsung mengikuti tes cepat dan tes usap, sedangkan karyawan yang tidak melakukan kontak langsung mengikuti tes cepat. ”Kami memastikan karyawan yang hasil tesnya negatif akan melakukan karantina hingga selesai sesuai protokol yang telah ditetapkan,” kata Elvira.
Menurut Wakil Sekretaris Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Surabaya Eddy Christijanto, begitu muncul kasus di pabrik rokok tersebut, Pemkot Surabaya terus menjalin komunikasi dengan pihak manajemen PT HM Sampoerna Tbk, Rungkut Surabaya.
Saat manajemen Sampoerna bertemu Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini pada 26 April 2020 di Balai Kota Surabaya, langsung meminta agar pabrik tutup sementara dan seluruh yang positif tes cepat diisolasi di hotel. Pengisolasian seluruh karyawan yang berada di lokasi tersebut baru dilakukan oleh Sampoerna pada 29 April 2020.
Begitu diinformasikan hotel tempat isolasi, lanjut Eddy, beberapa anggota Linmas langsung siaga di tempat untuk memantau betul apakah karyawan yang positif tes cepat telah dilakukan isolasi di hotel. Jumlahnya 98 orang.
Untuk mencegah dan memutus rantai persebaran Covid-19 di lingkungan perusahaan tersebut, Pemkot Surabaya telah melakukan penyemprotan disinfektan sejak 27 April 2020 hingga malam menggunakan mobil pemadam kebakaran. Penyemprotan tak hanya menyasar lingkungan perusahaan, tetapi juga lokasi di belakang serta samping kanan dan kiri pabrik yang berhubungan dengan permukiman.
Di samping getol melakukan penyemprotan disinfektan, Pemkot Surabaya juga menyebar Kasatgas Linmas di 14 kelurahan untuk dilakukan pemantauan terhadap karyawan yang reaktif. Alasannya, dari informasi awal, ke-32 orang positif tes cepat itu tinggal dan tersebar di 14 kelurahan. Karena itu, Pemkot Surabaya menyebar petugas untuk memantau kondisi kesehatan yang bersangkutan dan keluarganya.
”Pemkot Surabaya juga sudah menginformasikan kepada ketua RT/RW untuk ikut menjaga jangan sampai keluarga yang positif Covid-19 terkucilkan. Realitasnya, ketika di lingkungan (perkampungan) ada satu positif, keluarganya ikut dikucilkan,” ucapnya.
Kepala BPB dan Linmas Kota Surabaya ini menambahkan, berdasarkan hasil tes usap yang positif, hari ini ada 37 orang yang sudah melakukan isolasi di hotel. Sisanya menjalani perawatan di dua rumah sakit.