Di Tengah Pandemi Korona, Kalbar Antisipasi Kebakaran Lahan
Pandemi Covid-19 belum berakhir. Di saat bersamaan, Kalimantan Barat sudah harus mengantisipasi potensi kebakaran hutan dan lahan.
Oleh
EMANUEL EDI SAPUTRA
·3 menit baca
PONTIANAK, KOMPAS — Di tengah pandemi Covid-19 yang belum berakhir, Kalimantan Barat juga memulai upaya antisipasi potensi kebakaran hutan dan lahan. Persiapan itu mulai dari pembagian fokus tugas organisasi perangkat daerah, penyuluhan, hingga penetapan status siaga darurat.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Kalimantan Barat Lumano, Minggu (3/5/2020), mengatakan, Kabupaten Kubu Raya sudah menetapkan status siaga darurat kebakaran lahan. Sementara itu, 13 kabupaten/kota lain belum ada yang menetapkan status.
”Dengan penetapan status siaga darurat di Kubu Raya, artinya BPBD setempat mulai ke lapangan. Bisa memulai dengan sosialisasi ke masyarakat, kalau ada kebakaran bisa mulai dipadamkan. Namun, sejauh ini belum ada yang signifikan di lapangan,” ujar Lumano.
Menurut Lumano, Kalbar diperkirakan mulai memasuki musim kemarau pada Juli. Sejauh ini, BPBD Provinsi Kalbar baru memberi imbauan kepada kabupaten/kota untuk melaporkan jika ada kejadian kebakaran lahan.
Berdasarkan pemetaan BPBD Provinsi Kalbar, di Kalbar terdapat 182 desa rawan kebakaran lahan yang tersebar di 14 kabupaten/kota. Daerah sudah memiliki gambaran tentang lokasi yang rawan kebakaran lahan.
Bupati Kubu Raya Muda Mahendrawan mengatakan, Pemerintah Kabupaten Kubu Raya bersiaga menghadapi kebakaran lahan karena sudah menjadi bencana setiap tahun. Para tenaga penyuluh pertanian selalu ke lapangan memberi penyuluhan kepada petani di wilayah gambut. Peran Badan Restorasi Gambut, menurut Muda, sangat membantu Pemkab Kubu Raya melalui program pengolahan lahan tanpa bakar.
Kemudian, ada 30-40 warga di Kubu Raya yang memproduksi masker sejak 20 Maret. Masker itu tidak hanya untuk keperluan menghadapi pandemi Covid-19, tetapi juga untuk menghadapi kebakaran lahan. ”Jadi, masyarakat tidak perlu panik lagi mencari masker jika memang diperlukan nanti,” kata Muda.
Produksi masker warga di Kubu Raya sudah mencapai 60.000 lembar. Pemkab Kubu Raya membeli masker tersebut dengan harga Rp 4.000 per lembar. Masker yang telah dibeli dari warga kemudian dibagikan kepada masyarakat yang memerlukan.
Gubernur Kalbar Sutarmidji menuturkan, potensi kebakaran lahan tetap menjadi perhatian meskipun juga harus menangani pandemi Covid-19. Maka, Sutarmidji membagi tugas, yakni BPBD fokus pada antisipasi kebakaran lahan, sedangkan pandemi Covid-19 menjadi fokus Dinas Kesehatan Provinsi Kalbar. Terkait anggaran, sejauh ini masih difokuskan untuk penanganan Covid-19.
”Belajar dari tahun lalu, perusahaan relatif lebih siap dan waspada tahun ini. Masyarakat juga akan lebih waspada ketika membuka lahan. Saya berharap iklim tidak ekstrem tahun ini,” ujar Sutarmidji.
Pada Sabtu (2/5/2020) pukul 07.00 hingga Minggu (3/5/2020) pukul 07.00, hanya ada satu titik panas di Kalbar, yakni di Kabupaten Sintang. Pantauan itu berdasarkan data Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) yang dikeluarkan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Bandara Internasional Supadio Pontianak.
Berdasarkan catatan Kompas, luas kebakaran lahan di Kalbar pada 2015 mencapai 93.515 hektar. Pada 2018, luas lahan terbakar 68.422,03 hektar. Kemudian, pada 2019, luas lahan yang terbakar 151.919 hektar, melampaui luas pada 2015.