Masyarakat Kalbar Belum Disiplin Menjalankan Pembatasan Sosial, Jumlah Pasien Positif Covid-19 Naik
Jumlah pasien terkonfirmasi Covid-19 di Kalimantan Barat terus meningkat dari 51 kasus pada 15 April menjadi 70 kasus pada 2 Mei. Hal itu terjadi karena masyarakat dinilai belum disiplin dalam membatasi diri.
Oleh
EMANUEL EDI SAPUTRA
·3 menit baca
PONTIANAK, KOMPAS — Jumlah pasien terkonfirmasi Covid-19 di Kalimantan Barat terus meningkat dari 51 kasus pada 15 April menjadi 70 kasus pada 2 Mei. Hal itu terjadi karena masyarakat dinilai belum disiplin dalam membatasi diri keluar rumah. Meskipun demikian, kasus di Kalbar terendah di regional Kalimantan.
Berdasarkan data Gugus Tugas Nasional yang disampaikan Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat, dari 51 kasus konfirmasi Covid-19 pada 25 April lalu, tujuh pasien sembuh dan tiga orang meninggal. Kemudian, dari 70 kasus pada 2 Mei, delapan pasien sembuh dan tiga orang meninggal.
”Masyarakat saat ini masih kurang disiplin dalam mengurangi kegiatan di luar rumah. Jadi, kalau dilihat sekarang masih banyak masyarakat menganggap remeh. Mereka tetap keluar rumah yang mungkin melakukan kegiatan yang tidak penting,” ungkap Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalbar Harisson, Senin (4/5/2020).
Hal itu menjadi salah satu faktor adanya peningkatan kasus di Kalbar. Kenaikan jumlah pasien Covid-19 juga dimungkinkan karena beroperasinya laboratorium pemeriksaan spesimen di Universitas Tanjungpura, Pontianak. Laboratorium itu turut membantu menemukan kasus-kasus konfirmasi baru dengan lebih cepat.
Jika sebelumnya sampel usap tenggorokan harus dikirim ke Jakarta dan memerlukan waktu 7 hingga 10 hari untuk mengetahui hasilnya, kini pemeriksaan lebih cepat. Dalam hitungan hari, kasus baru bisa ditemukan.
Selain itu, kapasitas laboratorium Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta juga sudah ditingkatkan. Dengan demikian, jumlah spesimen yang bisa diperiksa setiap hari, termasuk di Pontianak, tidak menumpuk sehingga kasus baru lebih cepat diketahui.
Harisson mengatakan, kunci penanganan kasus Covid-19 tetap pada pembatasan sosial. Selama masyarakat tidak disiplin melakukan pembatasan sosial, kasus akan terus bertambah. Saat ini sudah banyak tes cepat (rapid test) di kabupaten/kota yang hasilnya reaktif.
”Di Kalbar kecenderungannya banyak kasus konfirmasi tanpa gejala. Kalau masyarakat sering keluar rumah dan tidak disiplin dengan pembatasan sosial, termasuk tidak disiplin mencuci tangan dengan sabun, risiko penularan akan meningkat,” ungkapnya.
Pantauan Kompas, di Kota Pontianak, ibu kota Kalbar, sepekan terakhir memang masih banyak warga yang tidak tertib. Jalan masih ramai dengan kendaraan. Aparat kepolisian sepekan terakhir bahkan memberlakukan uji coba pembatasan jam malam.
Uji coba juga dilakukan dengan pembatasan akses di sejumlah jalan, antara lain di Jalan A Yani, Pahlawan, dan Gajah Mada. Di Jalan Gajah Mada, pembatasan memang sudah dilakukan sejak lama.
Wali Kota Pontianak Edi Rusdi Kamtono menuturkan, pihaknya berencana membatasi kendaraan di sejumlah ruas jalan untuk mengurangi kepadatan lalu lintas sehingga bisa memutus mata rantai penularan Covid-19.
Pembatasan pada sore hari direncanakan pada pukul 16.00-18.00 dan pada pagi hari pukul 08.00-10.00. Pemerintah Kota Pontianak masih membicarakan kapan pembatasan itu akan diterapkan. Sejauh ini masih dilakukan uji coba.
Menurut Edi, uji coba jam malam sejauh ini cukup efektif mengurangi keramaian di jalan dan perkumpulan di luar. Uji coba tersebut juga untuk mengingatkan masyarakat bahwa bagi yang tidak berkepentingan lebih baik tinggal di rumah.