Perekonomian Kalbar Tumbuh di Tengah Pandemi meski Rendah
Perekonomian Kalimantan Barat masih tumbuh positif sebesar 2,49 persen triwulan I-2020 di tengah pandemi Covid-19. Meskipun demikian, pertumbuhan tersebut terendah pada periode yang sama selama beberapa tahun terakhir.
Oleh
EMANUEL EDI SAPUTRA
·3 menit baca
PONTIANAK, KOMPAS — Perekonomian Kalimantan Barat masih tumbuh positif sebesar 2,49 persen triwulan I-2020 di tengah pandemi Covid-19. Meskipun demikian, pertumbuhan tersebut terendah pada periode yang sama selama beberapa tahun terakhir.
Berdasarkan data yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kalimantan Barat, Selasa (5/5/2020), pertumbuhan ekonomi Kalbar triwulan I-2020 terendah jika dibandingkan setidaknya sejak 2014 pada periode yang sama.
Pada triwulan I-2014 pertumbuhan ekonomi Kalbar 5,85 persen. Kemudian, triwulan I-2015 mencapai 6,33 persen dan 6,31 persen pada triwulan I-2016. Pertumbuhan ekonomi menurun pada triwulan I-2017 menjadi 4,93 persen.
Peruntukkannya anggaran di Dinas Kesehatan Provinsi Kalbar, bantuan beras bagi masyarakat sekitar 9.000 ton, bantuan keuangan untuk mahasiswa Kalbar yang sedang belajar di berbagai provinsi. Ada sekitar 10.000 mahasiswa yang mengajukan dan sedang diverifikasi.
Pada triwulan I-2018 kembali naik pada 5,03 persen dan 5,17 persen pada triwulan I-2019. Pada triwulan I-2020 pertumbuhan ekonomi Kalbar hanya 2,49 persen meskipun ekonomi Kalbar masih positif.
Dari sisi produksi, sumber pertumbuhan produk domestik regional bruto (PDRB) Kalbar triwulan I-2020 tertinggi dicapai lapangan usaha pertambangan dan penggalian sebesar 15,83 persen. Kemudian, dari sisi pengeluaran pertumbuhan tertinggi dicapai komponen ekspor barang dan jasa sebesar 25,06 persen.
Gubernur Kalbar Sutarmidji, Selasa (5/5/2020), mengatakan, pertumbuhan ekonomi Kalbar masih bisa positif. Belanja pemerintah masih sangat rendah karena ada realoksi anggaran untuk penanganan Covid-19 Rp 300 miliar-Rp 400 miliar dan adanya pengurangan transfer dana pusat, baik dana alokasi khusus maupun bagi hasil pajak.
”Peruntukkannya di Dinas Kesehatan Provinsi Kalbar, bantuan beras bagi masyarakat sekitar 9.000 ton, bantuan keuangan untuk mahasiswa Kalbar yang sedang belajar di berbagai provinsi. Ada sekitar 10.000 mahasiswa yang mengajukan dan sedang diverifikasi,” ujarnya.
Dari sekitar Rp 6 triliun APBD Kalbar 2020, belanja modal yang sekitar Rp 1,3 triliun dipotong sekitar 40 persen. Belanja barang dan jasa sekitar Rp 1,4 triliun dipotong sekitar 38 persen. Pemotongan anggaran untuk menangani Covid-19.
”Perkiraan saya mulai Juni hingga seterusnya pertumbuhan ekonomi Kalbar akan lebih baik. Saya meyakini itu karena diperkirakan dampak belanja pemerintah sudah mulai dirasakan,” kata Sutarmidji.
Guru Besar Ilmu Ekonomi Universitas Tanjungpura Pontianak Eddy Suratman menilai, ia awalnya memperkirakan pertumbuhan ekonomi Kalbar pada triwulan I-2020 masih normal karena Januari-Maret Covid-19 belum terlalu berpengaruh. ”Saya agak terkejut berdasarkan data BPS Kalbar hanya tumbuh 2,49 persen,” ujar Eddy.
Kemungkinan di triwulan I-2020 pengeluaran pemerintah yang terpengaruh langsung karena begitu ada isu Covid-19 pada akhir Februari, pemerintah semacam mengerem belanja modal dan barang sehingga belanja pemerintah mengalami kontraksi pada triwulan I-2020.
”Ada kekhawatiran, baik pemerintah provinsi maupun kabupaten, bahwa Covid-19 akan merembet ke daerah. Akhirnya mereka masih melihat perkembangan dampak Covid-19 sehingga mengerem belanja. Hal itu membuat pertumbuhan Kalbar lebih rendah,” kata Eddy.
Pemerintah daerah mengerem belanja karena masih mempertimbangkan kira-kira dampak Covid-19 ini seperti apa, maka belanja ditahan dahulu. Harapannya, jika Covid-19 merebak, masih ada anggaran.
Menghadapi situasi seperti sekarang ini, kebijakan yang bisa dilakukan daerah melalui instrumen fiskal. Daerah terpaksa harus memperlebar defisit anggaran. Kalau tahun-tahun sebelumnya, pada umumnya pemerintah daerah mempunyai sisa lebih pembiayaan anggaran sekitar Rp 50 miliar tahun lalu di Kalbar.
Dalam situasi saat ini, belanja pemerintah hendaknya lebih besar. Hanya saja perlu berhati-hati dengan melihat kapasitas keuangan daerah. Perlu ada belanja modal untuk menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat, misalnya pembangunan infrastruktur untuk menyelamatkan ekonomi masyarakat yang terdampak Covid-19.
Di tengah pendemi Covid-19 yang masih melanda, realisasi investasi di Kalbar triwulan I-2020 juga masih bisa tumbuh 18,59 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Pemerintah terus menjaga optimisme itu dengan memberikan kemudahan perizinan. Stabilitas keamanan juga perlu tetap dijaga.
Berdasarkan data Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi Kalbar, realisasi investasi di Kalbar triwulan I-2020 sebesar Rp 6,34 triliun, sedangkan realisasi investasi periode yang sama 2019 sebesar Rp 5,35 triliun.