Dinas Kesehatan Sleman mengintesifkan pelacakan kontak setelah temuan puluhan pegawai toko grosir yang menunjukkan hasil reaktif lewat tes cepat. Toko modern mesti dicegah sebagai kluster baru penularan Covid-19.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
SLEMAN, KOMPAS — Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman mengintensifkan penelusuran kontak seusai temuan puluhan pegawai sebuah toko grosir setempat yang menunjukkan hasil reaktif tes cepat Covid-19. Pusat perbelanjaan, swalayan, dan toko grosir diminta mematuhi protokol pencegahan Covid-19 agar tidak menjadi kluster baru penularan virus.
Total terdapat 57 pegawai dari sebuah toko grosir di Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, yang menunjukkan hasil reaktif dalam tiga kali pelaksanaan tes cepat. Tes cepat itu digelar pada Sabtu (2/4/2020), Senin (4/4/2020), dan Selasa (5/5/2020). Adapun jumlah peserta tes cepat mencapai 300 orang.
Tes cepat itu merupakan bagian dari penelusuran kontak atas Kasus 79 (laki-laki, warga Sleman, berusia 45 tahun). Pasien tersebut dilaporkan positif Covid-19 pada April 2020. Saat ini, ia masih diisolasi di rumah sakit. Semula, pasien itu mengaku sebagai pengangguran. Namun, belakangan baru diketahui bahwa pasien itu sempat bekerja di toko grosir tersebut.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman Joko Hastaryo mengungkapkan, tes cepat juga akan dilakukan kepada pengunjung yang pernah berbelanja di toko grosir itu dalam kurun waktu tertentu. Saat ini, pihaknya sedang menyusun sistem daring guna menjaring para pengunjung tersebut.
”Kami sedang rapat juga bersama Dinas Kominfo (Komunikasi dan Informatika) Sleman untuk membuat sistem daring sementara. Itu untuk menjaring para pengunjung toko grosir tersebut agar nanti dilakukan rapid test juga,” kata Joko saat ditemui di kantornya, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Rabu (6/5/2020).
Tes cepat juga akan dilakukan kepada pengunjung yang pernah berbelanja di toko grosir itu dalam kurun waktu tertentu.
Joko mengatakan, sistem daring itu nantinya juga digunakan untuk menyeleksi pengunjung yang akan diminta melakukan tes cepat. Tidak semua pengunjung bisa diikutsertakan dalam tes cepat itu. Sebab, ketersediaan alat tes sangat terbatas.
Stok alat tes cepat yang dimiliki Dinas Kesehatan Sleman tinggal tersisa sekitar 400 unit. Instansi tersebut juga sudah melakukan pengadaan alat tes cepat sejumlah 2.000 unit yang direncanakan tiba pada Senin (11/5/2020). Dinas Kesehatan Sleman juga terus bersurat kepada Dinas Kesehatan DIY untuk meminta jatah alat tes cepat guna melakukan penelusuran kontak dari kasus-kasus lain di wilayah tersebut.
Sementara itu, alat tes yang akan digunakan untuk penelusuran kontak pengunjung toko grosir berjumlah 1.500 unit. Tes cepat bakal diadakan selama tiga hari berturut-turut, yakni Selasa (12/5/2020), Rabu (13/5/2020), dan Kamis (14/5/2020). Maka, sistem daring yang sedang disusun ini ditargetkan rampung dikerjakan pekan ini.
Jika nanti ada kasus terkonfirmasi positif, kluster baru penularan bisa saja terbentuk.
Joko menyampaikan, penentuan kluster baru penularan Covid-19 belum bisa ditentukan karena belum ada kasus terkonfirmasi positif dari tes cepat kepada para pegawai toko grosir tersebut. Namun, jika nanti ada kasus terkonfirmasi positif, kluster baru penularan bisa saja terbentuk.
”Kami tidak berharap ada yang positif (Covid-19). Namun, kita harus realistis. Angka persentase kita selama ini berkisar 10-20 persen untuk rapid test yang kemudian terkonfirmasi sebagai kasus positif,” ujar Joko.
Secara terpisah, Bupati Sleman Sri Purnomo menilai, langkah preventif perlu didorong agar tidak terbentuk kluster penularan baru. Pihaknya telah menginstruksikan kepada jajarannya untuk mengecek setiap pusat perbelanjaan, swalayan, dan toko grosir terkait penerapan protokol pencegahan Covid-19.
Bagi yang tidak menaati protokol tersebut akan diberi peringatan. Sri juga meminta semua pihak melapor jika melihat ada pusat perbelanjaan ataupun swalayan yang belum menerapkan pembatasan fisik.
”Pasar modern ini perlu diantisipasi agar tidak terbentuk kluster baru. Sebab, kalau sampai terbentuk kluster baru, ini akan sama-sama repot. Pengusaha yang seharusnya buka, jadi tutup. Kami juga harus mengejar jaringan penularan yang demikian luas. Maka, kami usahakan untuk preventif,” kata Sri.