Malang tak seperti namanya. Jika di tempat lain ada kisah warga terjangkit Covid-19 dikucilkan lingkungan atau distigma buruk, tidaklah begitu di Malang.
Oleh
Dahlia Irawati
·5 menit baca
Malang tak seperti namanya. Jika di tempat lain ada kisah warga terjangkit Covid-19 dikucilkan lingkungan atau distigma buruk, tidaklah begitu di Malang. Di sana, warga bahu-membahu menopang kebutuhan harian sebuah keluarga yang penghuninya melakukan isolasi mandiri guna mencegah penyebarluasan Covid-19.
isah solidaritas itu ada di sebuah perumahan berpenghuni 100 keluarga di Desa Kendalpayak, Kecamatan Pakisaji, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Di perumahan dengan warga berlatar belakang beragam itu, sejak beberapa waktu lalu warganya sudah bergotong royong menghimpun donasi guna memenuhi kebutuhan keluarga yang melakukan isolasi mandiri tersebut.
Isolasi mandiri dilakukan karena keluarga itu diduga memiliki kontak erat dengan terduga Covid-29.
Bentuk gotong royong itu, warga menyiapkan makanan
siap santap bagi keluarga yang terdiri dari tiga anak (usia TK dan SD) serta sepasang suami-istri. Selain makanan siap santap, warga juga memberikan makanan ringan bagi anak-anak serta kebutuhan sehari-hari lain, seperti gas dan air mineral.
Keluarga tersebut adalah keluarga dokter (istri) dan tenaga kesehatan (suami). Mereka memilih isolasi mandiri setelah si istri pulang dari acara manasik haji di Asrama Haji Sukolilo, Surabaya, awal bulan lalu. Adapun suaminya tenaga kesehatan di RSUD Saiful Anwar, Malang.
Belakangan diketahui, banyak ditemukan peserta manasik positif Covid-19. Keluarga itu pun secara sukarela melakukan isolasi mandiri. Pertama-tama adalah si dokter, yang disusul suami dan anak-anaknya.
”Awalnya, kami tidak ada yang tahu karena keluarga tersebut hanya melapor kepada seorang penghuni yang kebetulan polisi. Kami belakangan baru tahu setelah beberapa warga mulai ramai dan mempermasalahkan keadaan mereka,” kata Herman (38), seorang penghuni perumahan tersebut.
Tidak ingin ada keributan, Herman mengunggah tulisan soal solidaritas sosial di grup Whatsapp penghuni perumahan. Hal itu rupanya direspons baik oleh penghuni lain, yang kemudian mereka menyepakati mendukung isolasi mandiri keluarga dokter tersebut.
”Akhirnya warga bersepakat menggalang donasi untuk keluarga bu dokter. Hal itu dimulai dengan mengalihkan takjil buka puasa yang biasanya disajikan di masjid, ganti dialihkan dikirim untuk keluarga bu dokter,” kata Herman yang merupakan koordinator solidaritas warga tersebut.
Menggalang warga tak semudah yang dibayangkan. Di perumahan itu, awalnya tak sedikit penghuni yang memprotes keberadaan keluarga dokter yang masih tinggal di lingkungan mereka. Warga khawatir tertular Covid-19.
”Biasa, ada saja warga ketakutan dan berusaha meramaikan kondisi keluarga bu dokter tersebut. Namun, setelah diberi penjelasan, mereka akhirnya mendukung,” kata Darul Rizki, warga perumahan yang juga polisi berpangkat brigadir kepala di Kepolisian Sektor Pakisaji.
Meski akhirnya mendukung, tetap ada saja warga yang terus berusaha mengunggah hal-hal yang menambah ketakutan penghuni lain. Biasanya, kata Darul, kalau sudah begitu, warga lain akan mengembalikannya pada aturan hukum.
”Biasanya kalau sudah bicara hukum, mereka tidak lagi macam-macam,” katanya. Ia ”memediasi” warga dan mengajak mereka berpikir sebagai orang yang terjangkit Covid-19.
”Apa kita ingin ditinggalkan dan dikucilkan? Atau, sebaliknya? Mereka sudah berjuang keras bertahan melawan penyakit yang belum ada obatnya. Mereka juga dengan sukarela mengisolasi diri. Sudah pada tempatnya kami para tetangganya mendukung yang terbaik bagi semua orang ini,” kata Darul.
Kejadian yang lebih kurang sama terjadi di Cimahi, Jawa Barat. Tepatnya di permukiman Cipageran Asri Blok C, Kelurahan Cipageran, Kecamatan Cimahi Utara, Jawa Barat.
Di sana, salah satu warga terinfeksi Covid-19, diduga setelah mengikuti seminar keagamaan di Lembang. Seperti diberitakan di Kompas.com, Kamis (9/4/2020), warga permukiman itu akhirnya saling membantu agar salah satu warganya yang terinfeksi Covid-19 bisa sembuh.
Menurut Yuli Septyo Indartono selaku Ketua Forum Cipageran Asri, tak mudah membangun solidaritas warganya. Namun, seiring waktu, akhirnya dukungan itu muncul.
Berbagi tugas
Di Desa Kendalpayak, Malang, Herman dan Bayu (penghuni perumahan pemilik toko kelontong), bergantian mengantarkan logistik ke rumah pasangan yang mengisolasi diri. Biasanya, makanan atau donasi warga akan ditaruh di bagian atas pagar rumah tersebut.
”Rupanya, sebelum kami tahu, bu dokter meminta tolong bidan desa untuk berbelanja
kebutuhan keluarganya. Kini, setelah kami tahu, kenapa bukan kami saja? Kami ini tetangganya. Tetangga adalah saudara terdekat. Mari kita perangi penyakitnya, bukan orangnya,” kata Herman.
Setiap bulan Ramadhan, warga di sana biasanya diminta mengirim takjil ke masjid untuk acara buka puasa bersama. Namun, tahun ini, takjil akan diberikan untuk keluarga tersebut.
Menurut Herman, biasanya ia dan Bayu bergantian mengirim barang kebutuhan tetangganya itu. Setelah menaruh di atas pagar, mereka menghubungi keluarga tersebut.
Oleh karena diperkirakan donasi makanan akan semakin banyak, maka warga meletakkan meja di dekat pintu rumah sebagai tempat meletakkan donasi makanan.
”Kami selalu berhubungan via telepon dengan keluarga itu. Mereka sehat-sehat saja. Kami juga masih saling bercanda. Semoga saja dukungan kami seperti ini cukup menenangkan mereka. Mereka biar tenang isolasi mandiri di rumah, warga pun tenang tidak lagi kepikiran macam-macam,” kata pria yang memiliki usaha event organizer musik tersebut.
Seperti pesan dalam lirik lagu ”You Are Not Alone” yang dinyanyikan Michael Jackson, warga perumahan tersebut tidak ingin meninggalkan tetangga mereka sendirian. Mereka pun bahu-membahu mencegah tetangganya kelaparan.
”…you are not alone/for I am here with you… (kamu tidak sendirian/aku di sini untukmu)”
”Awalnya, saya sangat sedih saat berkomunikasi dengan mereka dan mendapati kenyataan katanya sudah empat hari mereka hanya makan lauk telur. Ke depan, jangan sampai mereka kelaparan. Mereka tetap harus terjamin kebutuhannya,” kata pria yang harus membatalkan empat pentas musik yang sudah dirancangnya akibat pandemi Covid-19 itu.
Pandemi Covid-19 ini mengajarkan banyak hal, di antaranya mempererat relasi sosial dengan sesama di tengah protokol kesehatan menjaga jarak fisik.