Kejujuran warga berkait riwayat penyakit dan perjalanan kepada tenaga kesehatan sangat penting untuk mencegah penularan Covid-19. Pemerintah daerah diimbau menyediakan alat pelindung diri.
Oleh
TIM KOMPAS
·4 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS — Seiring meluasnya pandemi Covid-19 di daerah, kondisi tenaga kesehatan pun semakin rentan tertular dari pasien. Warga yang hendak berobat ke fasilitas kesehatan di daerah diimbau jujur menjelaskan riwayat perjalanan dan kesehatan mereka agar tenaga kesehatan bisa mengantisipasi mencegah penularan Covid-19.
Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Papua Donald Aronggear di Jayapura, Jumat (8/5/2020), mengatakan, pihaknya sangat menyesalkan adanya 26 tenaga kesehatan di Kabupaten Boven Digoel yang diisolasi karena ada warga yang tidak jujur. Sebaiknya, warga lebih dulu menghubungi Pusat Informasi Penanganan Covid-19 setempat di nomor 119 sehingga tenaga kesehatan bisa menjemput mereka sesuai protokol penanganan Covid-19.
”Perbuatan tidak jujur bisa menyebabkan tenaga kesehatan terus tertular. Padahal, jumlah tenaga kesehatan di Papua sangat terbatas,” ujar Donald.
Ia berharap, pemerintah daerah menyiapkan alat pelindung diri (APD) sesuai standar dan tenaga kesehatan tidak boleh lengah dalam menerapkan protokol kesehatan. ”Kami berharap tenaga kesehatan selalu menggunakan APD yang sesuai standar dari tes cepat hingga perawatan di ruang isolasi,” katanya.
Berdasarkan data Dinas Sosial Kependudukan dan Catatan Sipil Provinsi Papua, jumlah penduduk Papua tahun 2019 mencapai 4.349.343 jiwa. Sementara jumlah anggota IDI Papua hingga April 2020 sebanyak 1.163 orang sehingga rasio dokter melayani warga sangat timpang, bisa 1 dokter banding 3.817 warga.
Sebanyak 26 tenaga kesehatan di Kabupaten Boven Digul diisolasi setelah memeriksa seorang warga yang terlambat memberitahukan kontaknya dengan pasien positif Covid-19.
Ketua Harian Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Digoel Syahib memaparkan, 26 tenaga kesehatan yang diisolasi itu terdiri dari 2 dokter dan 24 perawat. Mereka bertugas di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Boven Digoel. Adapun warga yang kontak dengan ke-26 tenaga kesehatan itu telah menjalani tes cepat dan hasilnya reaktif. Saat ini, mereka diisolasi di RSUD Boven Digoel.
Di Kalimantan Barat, 17 tenaga kesehatan di Kota Pontianak, Singkawang, dan Kabupaten Landak juga terpapar Covid-19. Kepala Dinas Kesehatan Kalimantan Barat Harisson menuturkan, mereka sudah menjalani isolasi meski tetap praktik atau konsultasi medis secara daring.
Di Kalbar, yang semula wilayah transmisi lokal hanya Pontianak, kini bertambah dua wilayah, yakni Singkawang dan Kabupaten Ketapang. Artinya, penularan Covid-19 tidak lagi dari luar, tetapi bisa antarwarga di wilayah tersebut. Kepala Dinas Kesehatan Kota Pontianak Sidiq Handanu menyebutkan, jumlah warga Pontianak yang terkonfirmasi Covid-19 hingga Jumat pagi 51 orang.
Dari jumlah itu, ada juga tenaga kesehatan yang positif sebagian besar tanpa gejala. Mereka diisolasi di beberapa lokasi, misalnya di rumah sakit Kota Pontianak dan juga ada di rumah masing-masing. Untuk yang diisolasi di rumah, pihaknya harus memastikan bahwa mereka tidak menularkan kepada yang lain.
”Penyebab mereka tertular sangat bervariasi. Ada yang tertular karena Pontianak sudah wilayah transmisi lokal. Apalagi banyak yang tanpa gejala. Ada pula yang tertular karena pasien yang berobat tidak berterus terang kepada tenaga kesehatan. Keluhan pasien bukan Covid-19, tetapi terkena Covid-19,” tuturnya.
Menjalani pemeriksaan
Di Jawa Tengah, 27 pegawai termasuk tenaga kesehatan RSUD Tidar, Kota Magelang, akan menjalani pemeriksaan tes polymerase chain reaction (PCR) secara bertahap. Pemeriksaan dilakukan setelah mereka diketahui memiliki kontak dengan tenaga kesehatan yang terkonfirmasi positif Covid-19 April lalu.
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Kesehatan Kota Magelang Majid Rohmawanto mengatakan, pengambilan sampel usap tenggorok dan tes PCR tak bisa dilakukan sekaligus karena harus menyesuaikan ketersediaan virus transport media (VTM). ”Dalam setiap tahapan, jumlah pegawai RSUD yang bisa diambil usap tenggorokannya harus menyesuaikan dengan jumlah VTM yang tersedia,” ujarnya.
VTM adalah wadah hasil usap tenggorok yang dibawa ke laboratorium. Di Lampung, pemerintah memperketat pemantauan kesehatan santri yang baru pulang dari sejumlah pondok pesantren di Jawa. Hal ini dilakukan menyusul ada santri dari Temboro, Magetan, Jawa Timur, yang positif Covid-19.
Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Lampung Reihana mengatakan, Temboro menjadi kluster baru penularan Covid-19 di Lampung yang jadi perhatian pemerintah. Selain rombongan yang cukup besar, sebagian santri yang terpapar Covid-19 juga merupakan orang tanpa gejala.
Hingga kini, terdapat tujuh orang dari kluster Temboro teridentifikasi positif Covid-19. Enam orang di antaranya termasuk anggota rombongan yang pulang ke Lampung pada 18 April lalu. Mereka berasal dari Lampung Selatan (2 orang), Lampung Tengah (2), dan Lampung Barat (2).
Sementara satu orang lainnya merupakan hasil pelacakan dari satu santri Temboro asal Lampung Tengah. Berkait semakin banyak penularan Covid-19 melalui transmisi lokal di banyak tempat, DPRD Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) meminta pemerintah lebih serius memastikan berlakunya protokol pencegahan penularan Covid-19 di tempat-tempat umum.
”Status transmisi lokal penularan Covid-19 di DIY harus segera diikuti langkah pencegahan masif dan serius,” kata Wakil Ketua DPRD DIY Huda Tri Yudiana di Yogyakarta. ”Setelah ada transmisi lokal, Pemprov DIY seharusnya melakukan langkah-langkah yang lebih serius untuk mencegah bertambahnya jumlah orang yang menderita Covid-19,” lanjut Huda. (FLO/ESA/EGI/VIO/HRS)