Perawat Andalan Terpapar Covid-19, Puskesmas Ampenan Ditutup Sementara
Puskesmas Ampenan, Kota Mataram, NTB, ditutup sementara. Hal itu dilakukan setelah salah seorang perawat andalannya, S (35), terkonfirmasi positif Covid-19.
Oleh
ISMAIL ZAKARIA
·4 menit baca
MATARAM, KOMPAS — S (35), salah seorang perawat andalan memerangi dampak pandemi di Puskesmas Kecamatan Ampenan, Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, terkonfirmasi positif Covid-19. Dia terpapar setelah diduga berkontak dengan orang yang pernah melakukan perjalanan ke Gowa, Sulawesi Selatan. Untuk memutus rantai penyebaran virus, puskesmas itu ditutup untuk sementara.
Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Mataram I Nyoman Swandiasa di Mataram, Minggu (10/5/2020), mengatakan, penutupan Puskesmas Ampenan dilakukan sejak Jumat (8/5/2020) atau sehari setelah S, warga Jempong Baru, Kecamatan Sekarbela, terkonfirmasi positif.
Stasus positif S juga diumumkan langsung Ketua Pelaksana Harian Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Provinsi NTB Lalu Gita Ariadi. Menurut Gita, S, kini dirawat di Rumah Sakit Universitas Mataram. Perempuan itu tidak memiliki riwayat perjalanan ke daerah terpapar. Namun, S memiliki riwayat kontak dengan orang yang pernah mengikuti kegiatan ijtima ulama di Gowa.
”Dia (S) tenaga medis penanganan Covid-19. Sangat aktif dan termasuk yang diandalkan. Sebenarnya, dia selalu menggunakan alat pelindung diri (APD). Tetapi, karena ketidaksengajaan saat menangani orang dalam pemantauan, APD mungkin dilepas sehingga terpapar,” kata Nyoman.
Penutupan puskemas, kata Nyoman, dilakukan Dinas Kesehatan Kota Mataram guna memutus rantai penyebaran Covid-19. Oleh karena itu, selain ditutup, juga dilakukan tes cepat (rapid test) terhadap anggota staf dan petugas medis lainnya di Puskesmas Ampenan.
”Sudah dilakukan rapid test terhadap 78 anggota staf dan petugas medis untuk memastikan, apakah ada yang terpapar oleh S atau tidak. Hasilnya tidak ada yang reaktif,” kata Nyoman.
Menurut Nyoman, meski rapid test menunjukkan staf dan petugas medis lain di Puskesmas Ampenan tidak reaktif, mereka belum akan membuka puskemas tersebut. ”Kami belum puas. Oleh karena itu, akan dilakukan juga tes usap dalam satu atau dua hari ke depan. Kalau negatif, akan dibuka kembali. Sebaliknya, kalau ditemukan positif, akan tetap ditutup (puskesmas),” kata Nyoman.
Selain tes cepat, penyemprotan disinfektan juga sudah dilakukan. Sementara pelayanan kesehatan bagi masyarakat dialihkan ke sejumlah puskesmas terdekat, seperti Puskemas Pejeruk dan Puskesmas Tanjung Karang.
Sudah dilakukan tes cepat terhadap 78 anggota staf dan petugas medis untuk memastikan, apakah ada yang terpapar oleh S atau tidak. Hasilnya tidak ada yang reaktif
Pantauan Kompas pada Minggu siang, penutupan Puskesmas Ampenan masih berlangsung. Pintu gerbang digembok. Di sana, dipasang spanduk bertuliskan ”Mohon maaf, pelayanan Puskesmas Ampenan sementara dialihkan ke Puskesmas Pejeruk dan Tanjung Karang”.
Penutupan puskesmas yang berada sekitar empat kilometer barat pusat kota Mataram itu, belum berpengaruh terhadap warga sekitar. Mereka terlihat beraktivitas seperti biasa. Bahkan, masih banyak yang terlihat tidak mengenakan masker saat berada di luar ruangan.
Menurut Nyoman, dalam menangani Covid-19, Pemerintah Kota Mataram memang tidak menerapkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB), tetapi pembatasan sosial berbasis lingkungan (PSBL).
”Program itu sifatnya dari bawah ke atas. Pemerintah kota memperkuat. Sebelumnya, masyarkat memang sudah melakukan langkah partitif (dengan karantina lingkungan secara mandiri). Kami sekarang perkuat dengan membagikan masker, pengadaan tempat cuci tangan, alat pendeteksi suhu, termasuk membangun posko dan palang di gerbang lingkungan, serta membekali mereka dengan buku panduan,” kata Nyoman.
Potensi OTG
Hingga Minggu sore, total pasien positif Covid-19 di NTB mencapai 330 orang. Menurut Kepala Dinkes NTB Nurhandini Eka Dewi, dari jumlah itu, sebanyak 93 orang dinyatakan sembuh, enam meninggal, dan 231 orang masih dalam perawatan.
Menurut Eka, penambahan kasus positif pada Sabtu kemarin sebanyak 17 orang. Semuanya berasal dari Kota Mataram. Terkait itu, Eka mempertanyakan seberapa patuh masyarakat Kota Mataram menjalankan PSBL.
Eka memaparkan, dari 17 kasus baru itu, sebanyak 9 orang terkonfirmasi positif karena terpapar orang tanpa gejala (OTG), sisanya penularan dari orang tanpa riwayat perjalanan, dan tanpa riwayat kontak.
Penambahan kasus positif pada Sabtu kemarin sebanyak 17 orang. Semuanya berasal dari Kota Mataram
”Artinya setiap orang harus dicurigai sebagai sumber penularan. Karena kita tidak pernah tahu siapa yang akan menularkan kepada kita di antara orang-orang yang berada di sekitar kita,” kata Eka.
Menurut Eka, jumlah orang tanpa gejala masih tinggi. Dari penelusuran riwayat kontak pasien positif terbaru, tercatat ada 72 orang tambahan OTG. Mereka punya potensi menjadi pasien positif baru sehingga harus dikarantina. Total OTG saat ini yang masih dipantau sebanyak 1.956 orang dari total 3.954 orang.
Sementara pasien dalam pengawasan (PDP) mencapai 692 orang. Dari jumlah itu, 394 orang masih dipantau, 298 orang sudah dinyatakan sembuh, dan 16 orang meninggal. Adapun orang dalam pemantauan (ODP) sebanyak 5.207 orang, 524 orang masih dipantau dan sisanya 4.712 orang lainnya telah selesai dipantau.