Empat Kluster Penularan di Bengkulu Terpetakan, Kasus Impor Mendominasi
Ada empat kluster penyebaran Covid-19 di Bengkulu. Kluster tersebut adalah tablig akbar di Lampung, Bank Bengkulu, petugas medis, dan aparat keamanan. Upaya pelacakan terus dilakukan agar penularan tidak meluas.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·3 menit baca
BENGKULU, KOMPAS — Pemerintah Provinsi Bengkulu berhasil memetakan empat kluster penyebab penyebaran Covid-19 di wilayah tersebut. Dari empat kluster itu, sebagian besar kasus terdeteksi merupakan impor dari daerah di luar Bengkulu.
Kepala Dinas Kesehatan Bengkulu Herwan Antoni, Senin (11/5/2020), mengatakan, keempat kluster itu adalah tablig akbar di Lampung, Bank Bengkulu, petugas medis, dan aparat keamanan, dalam hal ini polisi. Menurut dia, kebanyakan kasus berasal dari luar Bengkulu. Hingga kini, jumlah penderita Covid-19 di Bengkulu mencapai 37 orang.
Herwan mencontohkan kluster tablig akbar di Lampung, di mana sejumlah jemaahnya pulang ke Bengkulu, lalu menularkan virus. ”Begitu juga kluster Bank Bengkulu, di mana karyawannya kembali setelah menjalankan tugas dari luar kota,” ujarnya.
Untuk kluster petugas medis, lanjut Herwan, mereka tertular saat sedang bertugas merawat pasien yang ternyata sudah terjangkit Covid-19. ”Kebanyakan petugas medis yang tertular adalah mereka yang bertugas di sejumlah rumah sakit rujukan,” katanya.
Selain itu, untuk kluster aparat keamanan, ada beberapa pejabat kepolisian yang terjangkit. Mereka diduga terjangkit dari sejumlah siswa Sekolah Pembentukan Perwira (Setukpa) yang datang dari Sukabumi, Jawa Barat, beberapa waktu lalu.
Menyikapi hal ini, ungkap Herwan, Pemprov Bengkulu berupaya melacak warga yang sudah berinteraksi dengan orang-orang yang telah terkonfirmasi positif dari kluster-kluster tersebut. Di Bengkulu juga ditengarai telah terjadi penularan antarwarga atau transmisi lokal.
Hanya saja, ungkap Herwan, saat ini pihaknya masih terkendala dengan tidak adanya fasilitas pemeriksaan spesimen. Akibatnya, proses pemeriksaan tes usap (swab) dengan metode reaksi rantai polimerase (PCR) masih butuh waktu lama, yakni sekitar lima hari.
Proses pemeriksaan uji swab dengan metode PCR masih butuh waktu lama, yakni sekitar lima hari.
”Sampai saat ini, kami mengirimkan spesimen warga yang menjalani uji swab ke Sumatera Barat dan Sumatera Selatan. Itu karena kami tidak memiliki laboratorium untuk menjalankan metode PCR guna memeriksa spesimen warga,” jelas Herwan.
Hal tersebut, lanjut dia, tentu akan menghambat upaya pelacakan untuk mencegah penyebaran kasus. Dalam waktu dekat, ujar Herwan, pihaknya akan mengusahakan agar Rumah Sakit Umum Daerah dr M Yunus Bengkulu dapat menjadi laboratorium spesimen dengan metode PCR.
”Saat ini sudah dipersiapkan semua hal yang dibutuhkan, termasuk peralatan. Dengan ini, diharapkan hasil uji swab dapat diketahui lebih cepat,” katanya. Herwan pun menargetkan agar rencana ini dapat direalisasikan mulai minggu depan.
Kepala Seksi Suveilans dan Imunisasi Dinas Kesehatan Sumatera Selatan Yusri menuturkan, kapasitas Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Palembang tidak sebanding dengan jumlah spesimen. ”BBLK tidak hanya memeriksa spesimen dari Sumatera Selatan saja, tetapi juga dari empat provinsi lain, seperti Lampung, Bengkulu, Bangka Belitung, dan Jambi,” tuturnya.
Untuk di Sumsel saja, ujar Yusri, dari 1.701 spesimen yang masuk, masih ada 1.163 sampel yang masih dalam proses pemeriksaan. Jumlah spesimen tentu akan bertambah seiring upaya gugus tugas melacak semua orang yang dianggap pernah berinteraksi dengan orang yang terjangkit Covid-19.
Di sisi lain, kapasitas BBLK juga masih terbatas karena awalnya, kapasitas pemeriksaan hanya 254 spesimen, tetapi kini sudah mencapai 400 spesimen. ”Ke depan akan terus kami tingkatkan sehingga proses pelacakan warga yang terjangkit bisa lebih cepat,” ujar Yusri.