Antisipasi Penularan di Tiga Daerah Transmisi Lokal NTB
Tiga wilayah transmisi lokal Covid-19 di Nusa Tenggara Barat perlu memperketat protokol kesehatan. Dalam 20 hari terakhir, selalu muncul kasus positif Covid-19 baru di Kota Mataram, Lombok Barat, dan Lombok Tengah.
Oleh
ISMAIL ZAKARIA
·4 menit baca
MATARAM, KOMPAS — Penyebaran virus SARS-CoV-2 di tiga wilayah transmisi lokal Nusa Tenggara Barat perlu diantisipasi. Hal ini karena dalam 20 hari terakhir selalu muncul kasus positif Covid-19 baru di Kota Mataram, Lombok Barat, maupun Lombok Tengah.
Hingga Selasa (12/5/2020), pasien positif Covid-19 di Nusa Tenggara Barat (NTB) mencapai 339 orang. Dari jumlah itu, sebanyak 117 dinyatakan sembuh, 7 meninggal, dan 215 orang masih dalam perawatan.
Kota Mataram masih menjadi daerah dengan jumlah pasien positif terbanyak, yakni 91 orang. Kemudian disusul Dompu dengan 38 kasus, Lombok Barat 25 kasus, Lombok Utara 16 kasus, Lombok Tengah 14 kasus, Sumbawa 14 kasus, Lombok Timur 9 kasus, Bima 5 kasus, Sumbawa Barat 2 kasus, dan Kota Bima 1 kasus.
Berdasarkan catatan Kompas, dalam 20 hari terakhir, setiap hari, kasus-kasus baru yang muncul di NTB selalu ada dari tiga wilayah transmisi lokal, yakni Kota Mataram, Lombok Barat, dan Lombok Timur.
Pada Selasa (21/4/2020) lalu misalnya, dari 19 kasus baru, sebanyak 10 orang berasal dari Kota Mataram, lima dari Lombok Timur, dan empat dari Lombok Barat. Pada Senin (27/4/2020), 11 kasus yang terkonfirmasi pun seluruhnya gabungan dari ketiga wilayah itu.
Dalam 20 hari terakhir, setiap hari, kasus-kasus baru yang muncul di NTB selalu ada dari tiga wilayah transmisi lokal yakni Kota Mataram, Lombok Barat, dan Lombok Timur.
Memasuki Mei, kasus positif dari salah satu dari tiga wilayah itu pun tetap bermunculan. Dari 17 kasus pada 2 Mei, sebanyak 7 kasus berasal dari Mataram. Pada 5 Mei, 14 kasus baru berasal dari ketiga wilayah tersebut. Bahkan, pada Sabtu (9/5/2020) kemarin, 17 kasus baru seluruhnya berasal dari Kota Mataram.
”Kami melihat bahwa tiga daerah transmisi lokal masih mendominasi kasus Covid-19. Bahkan kemarin (Senin), tiga kasus baru dari Lotim seluruhnya anak muda,” kata Kepala Dinas Kesehatan Provinsi NTB Nurhandini Eka Dewi.
Potensi penambahan dari tiga wilayah itu masih bisa terjadi. Sebagai wilayah dengan transmisi lokal, menurut Eka, sumber penyebaran sulit diketahui. Apalagi, jumlah orang tanpa gejala (OTG) juga banyak.
Hingga hari ini, jumlah orang tanpa gejala (OTG), yaitu orang yang kontak dengan pasien positif Covid-19, tetapi tanpa gejala, sebanyak 4.123 orang. Dari jumlah itu, sebanyak 2.034 orang masih dalam pemantauan dan 2.089 lainnya selesai dipantau. Pelaku perjalanan tanpa gejala (PPTG) yang masih dikarantina mencapai 5.616 orang dari total 50.437 orang.
Dari seluruh kasus, meski sudah diketahui klusternya, masih ada puluhan pasien positif yang belum terindentifikasi sumber penularannya. Termasuk juga beberapa kasus yang belum diketahui sumber penularannya.
”Dari 17 kasus baru (pada Sabtu), sembilan orang terkonfirmasi positif karena terpapar orang tanpa gejala (OTG), sisanya penularan dari orang tanpa riwayat perjalanan, dan tanpa riwayat kontak. Artinya, setiap orang harus dicurigai sebagai sumber penularan. Sebab, kita tidak pernah tahu siapa yang akan menularkan kepada kita di antara orang-orang yang berada di sekitar kita,” kata Eka.
Setiap orang harus dicurigai sebagai sumber penularan. Sebab, kita tidak pernah tahu siapa yang akan menularkan kepada kita di antara orang-orang yang berada di sekitar kita. (Eka Dewi-Dinkes NTB)
Masker
Hingga saat ini belum ada satu pun wilayah di NTB yang memberlakukan pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Termasuk tiga wilayah transmisi lokal tersebut. Mataram sendiri memberlakukan penanganan Covid-19 berbasis lingkungan (PCBL).
”Sebelumnya, masyarakat memang sudah melakukan langkah partisipatif (dengan karantina lingkungan secara mandiri). Kami perkuat dengan membagikan masker, pengadaan tempat cuci tangan, alat pendeteksi suhu, termasuk membangun posko dan palang di gerbang lingkungan, serta membekali mereka dengan buku panduan (penanganan Covid-19),” kata Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Mataram I Nyoman Swandiasa.
Hanya saja, PCBL terlihat belum efektif. Hal itu karena hingga saat ini masih banyaknya kasus positif baru dari Kota Mataram. Gubernur NTB Zulkieflimansyah, Sabtu lalu, mengeluarkan instruksi agar masyarakat menggunakan masker. Instruksi itu ditujukan kepada seluruh bupati dan wali kota di NTB.
Instruksi untuk mengenakan masker mulai diterapkan pada Senin (11/5/2020) kemarin. Hal itu ditandai dengan sosialisasi dan pembagian masker gratis di tempat-tempat keramaian, termasuk pasar-pasar di Kota Mataram.
Kepala Dinas Komunikasi, Informatika, dan Statistik Provinsi NTB Gede Putu Aryadi mengatakan, instruksi untuk mengenakan masker diujicobakan sejak Senin hingga Rabu. Selanjutnya, berlaku secara efektif mulai 14 Mei 2020.
”Melalui sosialisasi dan edukasi untuk mengenakan masker bagi warga Kota Mataram, harapannya dapat menurunkan penularan dari sumber yang tidak diketahui,” kata Eka.
Sejauh ini, berdasarkan pantauan Kompas, masyarakat NTB, termasuk di Kota Mataram, semakin banyak yang menggunakan masker ketika berada di luar rumah. Sejumlah tempat, seperti pusat perbelanjaan, bahkan mewajibkan pengunjungnya mengenakan masker jika ingin masuk.
Di tempat keramaian lain, seperti pasar, para pedagang, termasuk pekerja, juga mengenakan masker. ”Tentu ada rasa khawatir. Tetapi dengan memakai masker, bisa terlindungi dari penyakit,” kata Hasanudin (50), salah satu pekerja angkut barang di Pasar Mandalika, Kota Mataram.