Memberi Makan Gajah Liar, Seorang Warga Tewas Diinjak
Seorang warga di Sumatera Selatan tewas diinjak gajah liar yang masuk ke permukiman. Gajah tersebut keluar dari habitatnya di Hutan Harapan.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·3 menit baca
NIBUNG, KOMPAS — Zainal Arifin (54), warga Desa Bumi Makmur, Kecamatan Nibung, Kabupaten Musi Rawas Utara, Sumatera Selatan, tewas diinjak gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) liar, Selasa (12/5/2020). Gajah ini diduga keluar dari habitatnya di kawasan Hutan Harapan, perbatasan Musi Banyuasin dan Provinsi Jambi.
Kepala Desa Bumi Makmur Yatno mengungkapkan, peristiwa ini bermula saat warga melihat seekor gajah masuk ke kawasan permukiman sekitar pukul 06.00. Gajah itu memakan tanaman nanas di halaman rumah warga. Melihat kondisi tersebut, warga segera menghalau gajah itu ke kebun karet yang terletak sekitar 100 meter dari rumah warga tersebut.
Sesampainya di kebun karet, Zainal yang kebetulan lewat memberikan makan kepada gajah itu berupa pelepah pohon sawit. Ternyata, gajah tersebut tidak hanya mengambil pelepah sawit tersebut, tetapi juga melilit tubuh Zainal dan menginjak kepalanya. Zainal pun tewas di tempat kejadian.
Melihat peristiwa itu, warga segera menghubungi pihak terkait untuk mengevakuasi gajah. ”Warga sekarang sangat khawatir dan takut karena kejadian tersebut,” kata Yatno.
Menurut Yatno, peristiwa gajah masuk permukiman baru pertama kali terjadi di desanya itu. ”Selama 36 tahun saya tinggal di sini, tidak pernah ada gajah masuk ke permukiman warga,” katanya.
Itulah sebabnya, ketika gajah tersebut datang, warga antusias untuk melihatnya. Namun, ternyata situasi itu menelan korban. Yatno mengatakan, karena peristiwa ini baru pertama kali terjadi, warga pun tidak memiliki kemampuan untuk menghalau gajah keluar dari permukiman.
Yatno pun menduga, masuknya gajah ke desanya karena habitat alaminya terganggu. ”Mungkin di habitatnya ada penebangan hutan, jadi dia datang ke sini,” ujarnya.
Sampai, Selasa sore, gajah masih berada di lokasi. Warga tidak bisa berbuat apa-apa kecuali hanya menunggu petugas segera datang. Warga tidak berani bertindak lantaran ukuran gajah yang sangat besar, yakni setinggi sekitar 3 meter. Gajah itu juga hanya memiliki satu gading.
Kepala Seksi Konservasi Wilayah II Lahat dari Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sumsel Martialis Puspito menuturkan, gajah yang memiliki satu gading itu merupakan gajah yang selama ini terus dipantau pergerakannya. Nama gajah itu adalah Lanang (25), habitatnya di Hutan Harapan, perbatasan antara Kabupaten Musi Banyuasin dan Provinsi Jambi.
Sejak Januari 2020, keberadaan gajah itu sulit terdeteksi karena GPS collar (alat pelacak)yang disematkan pada gajah itu lepas. Martialis menduga, gajah tersebut mengamuk karena melihat kerumunan orang. Kasus ini hampir sama dengan konflik gajah yang menewaskan anggota Bintara Pembina Desa (Babinsa) TNI di Kecamatan Air Sugihan, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Maret 2020. ”Kala itu juga ada kerumunan orang di dekat gajah liar tersebut,” katanya.
Kemungkinan lain, menurut Martialis, gajah merasa terusik dengan keberadaan manusia. ”Gajah itu hanya memiliki satu gading, kemungkinan dia memiliki kisah yang buruk dengan manusia,” ucapnya.
Martialis menambahkan, gajah ini memang kerap masuk-keluar Hutan Harapan. Hingga saat ini, masih diselidiki mengapa gajah tersebut masuk-keluar dari habitatnya. Gajah Lanang ini juga pernah keluar dari Hutan Harapan ke kawasan Suaka Margasatwa Dangku, di Kabupaten Musi Banyuasin, sejauh 170 kilometer.
Saat itu, petugas juga terkendala mengevakuasi gajah tersebut karena ukuran tubuhnya yang sangat besar. Tidak ada gajah jinak sebesar itu di Sumatera Selatan. ”Kami harus mengambil gajah jinak yang akan dijadikan gajah pikat dari Riau,” kata Martialis.
Kendala lain, yakni terkait tempat evakuasi. Apabila dikembalikan ke Hutan Harapan, Martialis khawatir gajah itu akan keluar lagi. ”Perlu kajian mendalam untuk mengevakuasi gajah Lanang ke tempat yang tepat,” kata Martialis.