Banjir di Aceh Tengah, 57 Rumah Rusak dan 89 Warga Mengungsi
Banjir bandang yang terjadi di Kabupaten Aceh Tengah, Provinsi Aceh, menyebabkan 31 rumah rusak berat dan 26 rumah rusak sedang. Sebanyak 89 warga yang rumahnya rusak kini mengungsi di gedung sekolah dasar.
Oleh
ZULKARNAINI
·3 menit baca
TAKENGON, KOMPAS — Banjir bandang yang terjadi di Kabupaten Aceh Tengah, Provinsi Aceh, telah menyebabkan 31 rumah rusak berat dan 26 rumah rusak sedang. Sebanyak 89 warga yang rumahnya rusak kini mengungsi di gedung sekolah dasar.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Aceh Tengah Ishak, Kamis (14/5/2020), mengatakan, banjir bandang, selain merusak rumah warga, juga mengakibatkan 3 mobil, 1 sepeda motor, dan puluhan hektar kebun kopi rusak parah. ”Lima warga mengalami luka ringan,” kata Ishak.
Saat ini, sebanyak 89 warga korban banjir bandang mengungsi ke Sekolah Dasar Negeri 3 Kebayakan. Petugas kebencanaan setempat membuka dapur umum dan posko kesehatan di sekitar lokasi banjir. ”Bantuan tanggap darurat dari Dinas Sosial Aceh Tengah telah disalurkan dan alat berat sudah berada di lokasi untuk membersihkan material,” kata Ishak.
Pembersihan material banjir bandang saat ini tengah dilakukan oleh petugas BPBD Aceh Tengah, dibantu personel TNI, Polri, dan relawan. Sementara akses jalan Takengon-Bireuen yang sempat putus sudah dibuka dan sudah bisa dilintasi kendaraan.
Banjir bandang melanda Desa Paya Tumpi dan Paya Tumpi Baru, Kecamatan Kebayakan, Aceh Tengah, Rabu (13/5/2020) siang. Banjir bandang terjadi setelah kawasan itu diguyur hujan deras seharian.
Kawasan permukiman yang berada di kaki lereng perbukitan Danau Lut Tawar itu porak poranda diterjang air bah yang mengalir dari tebing. Warga lari berhamburan untuk menyelamatkan diri. Sebuah mobil warga terseret hingga jatuh ke jurang.
Daerah aliran sungai (DAS) Danau Lut Tawar 23,19 persennya dalam keadaan sangat kritis.
Secara geografis, Paya Tumpi berada di kaki lereng perbukitan yang membentuk Danau Lut Tawar. Letaknya berjarak sekitar 2-3 kilometer dari danau. Lokasinya yang berada di daerah aliran air sungai Danau Lut Tawar membuat kawasan itu rawan dilanda banjir dan tanah longsor. Ditambah lagi intensitas hujan tinggi beberapa hari di Aceh Tengah juga memicu terjadinya banjir.
Kepala Balai Pengelolaan DAS dan Hutan Lindung Krueng Aceh Eko Wijayanto menuturkan, secara geografis kawasan Paya Tumpi memang sangat rawan dilanda banjir bandang dan longsor. Sebab, Paya Tumpi berada di kaki lereng perbukitan yang membentuk Danau Lut Tawar.
Pada saat yang sama, ancaman semakin besar karena lahan kawasan daerah aliran sungai (DAS) Danau Lut Tawar 23,19 persennya dalam keadaan sangat kritis. Oleh karena itu, banjir bandang dan longsor juga mengancam kawasan sekitar Paya Tumpi.
Penanaman pohon yang kami lakukan kalah cepat dengan laju kerusakan.
Eko mengatakan, kerusakan lahan harus dicegah dan lahan yang kritis harus diperbaiki agar tanah semakin kuat menampung air. ”Penanaman pohon yang kami lakukan kalah cepat dengan laju kerusakan. Kita harus bergerak bersama lintas sektor menyelamatkan alam,” kata Eko.
Direktur Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Aceh Muhammad Nur menuturkan, pengelolaan lingkungan yang keliru telah memicu bencana alam di Aceh. Perambahan hutan dan illegal logging hingga kini masih masif sehingga menurunkan daya tampung air tanah. Saat curah hujan tinggi dan durasi lama, bencana longsor dan banjir bandang pun berpotensi terjadi.
Walhi Aceh mencatat deforestasi hutan Aceh dalam setahun mencapai 16.000 hektar. Deforestasi terjadi karena pembalakan liar, perambahan, alih fungsi lahan, pembangunan infrastruktur, dan tambang ilegal. ”Perusakan bantaran sungai cukup tinggi sehingga sungai kehilangan fungsinya dengan baik. Sayangnya, kita tidak belajar dari berbagai bentuk bencana yang melanda,” kata Nur.